25

1.2K 141 52
                                    

Esoknya, Yoongi kembali bekerja seperti biasa. Taehyung mengantarnya pulang pagi-pagi sekali, membuat sarapan bersama untuk berdua, membantu Yoongi mengemasi sejumlah berkas. Lalu setelah Yoongi berangkat, Taehyung duduk sendiri di sofa sambil memangku stoples camilan. Pikirannya kemana-mana, Yoongi agak aneh sejak semalam―seperti bukan dirinya yang biasa. Mereka tidur berdua dan Yoongi tidak menolak apalagi keberatan berbagi ruang di sofa.

Ada apa dengan si pucat?

Taehyung tidak berani bertanya lebih sebab khawatir menyinggung atau membuat kesal. Lagi pula itu hal bagus kalau Yoongi perlahan melembut padanya.

Rumah Yoongi terkesan lebih sepi dibanding rumah lamanya, hanya terdengar dentingan jam dinding, dan suara satu dua kendaraan berlalu lalang di depan jalan. Taehyung menghembuskan nafas panjang, melorotkan punggung yang bersandar di sofa ruang tamu. Ia sempat berjanji takkan kemana-mana sampai Yoongi pulang entah sore atau malam nanti, tapi kakinya mulai gelisah dan dirinya mulai tak nyaman.

Mungkin dia bisa keluar sebentar. Lebih-lebih Yoongi tidak akan tahu karena lelaki itu berada di tempat kerja.

Setelah membulatkan tekad, Taehyung segera pergi melaju dengan mobilnya. Seperti biasa ia hanya menyusuri jalanan kota, masuk ke sejumlah pertokoan untuk melihat-lihat, atau ke restoran cepat saji hanya sekedar memesan minuman. Taehyung sadar hidupnya membosankan, ia tidak bekerja karena ayah tirinya punya segalanya. Sehari-hari ia habiskan menjelajahi beberapa tempat, bersenang-senang di jalan, bahkan sempat jadi buronan. Setidaknya banyak hal berubah semenjak kedatangan Yoongi. Lelaki itu pemberani, dia tidak takut mengambil resiko, lebih terkesan nekat. Rasa takut benar-benar jarang Taehyung temui dimatanya.

Taehyung menyungging senyum mengingat pertemuan pertama mereka. Sorot mata tajam itu, raut datar bercampur penasaran, kulit pucatnya, suhu tubuhnya. Taehyung nyaris gila menyadari bibirnya tak henti melengkung bahkan saat mobilnya berhenti tepat di lampu merah.

Mustahil dia suka Yoongi, kan? Tidak bakal terjadi!

Stir mobil di cengkram kuat-kuat. Bodoh saja kalau sampai Taehyung terpesona paras cantik Min Yoongi, bisa-bisa lelaki itu menghajarnya sampai mampus. Taehyung kapok dipukuli.

Ketika traffic light berganti, perhatian Taehyung otomatis tertuju pada sebuah butik bergaya modern yang jaraknya hanya beberapa meter di depan. Taehyung baru pertama lihat butik itu, mungkin belum lama di buka.

Mobilnya berhenti tepat di depan butik, hanya mengamati sebenarnya. Tapi sesuatu menarik perhatian Taehyung, jendela kaca ukuran besar yang memamerkan sejumlah barang dan pakaian di patung manekin. Taehyung agak tertarik pada satu hal―syal rajutan hijau tua.

"Permisi?"

Taehyung berseru saat ia sudah masuk ke dalam butik. Ada dua orang pekerja di sana, satu wanita dan satu pria. Taehyung pun di sambut ramah.

"Selamat siang, tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya si wanita.

Taehyung mengangguk lalu menunjuk pajangan di depan jendela. "Bisa lihat sebentar syal rajut di sana?"

"Tentu. Mari, tuan"

Wanita itu mengajak Taehyung untuk ikut ke depan meja kasir sementara dia mengambil boks di rak tinggi tepat di belakang meja tersebut. Memperlihatkan syal serupa seperti yang dipajang.

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang