Awan Galak

88 48 17
                                    

Pagi-pagi sekali Awan sudah berada di rumah Pelangi. Bahkan dirinya sedang sarapan di rumah perempuan itu. Terdengar ketukan langkah sepatu dari arah tangga, membuatnya menengok kearah pemilik sepatu vans berwarna hitam itu. Wajahnya masam, saat menatapnya. Masalahnya masih sama tentang jabatan ketua kelas yang sangat tidak dirinya sekali itu.

Selepas mengantarkan perempuan itu pulang juga malam harinya. Perempuan itu terus mengabaikannya.

"Morning Pelangiku." Sapanya yang dibalas wajah datar perempuan itu.

Pelangi meneguk susu coklatnya, sesekali melirik Awan lewat gelas yang sedang ia minum. Ia sebenarnya tidak tega mendiamkan Awan seperti ini terus. Walaupun kemarin Awan marah padanya laki-laki itu tetap bersikap baik padanya.

Setelah meneguk susu coklatnya hingga tandas. Ia bangkit menuju luar, diikuti Awan.

"Wait." Kata Awan lalu menghalangi jalannya.

Tiba-tiba saja tangan Awan terulur kearah mulutnya mengusap bibirnya. "Itu bibir mau disemutin, susu nempel semua."

Pelangi menghempaskan tangan Awan.

"Pelangi kalo lagi ngambek tambah imut." Ujar Awan dengan kekehannya. Lalu kembali berjalan mengejar Pelangi.

***

Ini sudah genap dua hari Pelangi mendiamkannya. Membuat Awan frustasi bukan main. Bahkan saat istirahat pun perempuan itu menghindarinya, dia lebih memilih beristirahat dengan teman perempuannya.

Malam ini ia akan kembali membujuk perempuan itu. Bahkan ia sudah membelikan sepuluh batang coklat kesukaan Pelangi, susu kotak coklat dan susu kotak strawberry.

Ia memencet bel rumah Pelangi. Tak lama suara ketukan sandal terdengar yang ia yakini milik Pelangi. Dan tebakannya benar, saat pintu terbuka wajah cantik Pelangi terlihat. Ketika melihat melihat wajahnya, perempuan itu langsung masuk ke dalam. Lagi-lagi meninggalkannya sendirian.

Awan menyusul Pelangi lalu duduk di sebelahnya. "Pel gue bawa banyak coklat buat lo. Bawa susu coklat susu strawberry juga." Ujar Awan dengan antusias menaruh kantung plastik berwarna putih dengan logo lebah itu di atas meja.

Awan melirik Pelangi yang tampak acuh padanya dan masih sibuk dengan Novelnya. ia mengambil susu strawberry itu lalu menusukan sedotan. "Nih minum mumpung masih dingin." Awan menyodorkan minuman itu pada Pelangi. Namun Pelangi masih mengacuhkannya, bahkan menengok pun saja tidak. "Pelangi ini nanti susunya nangis loh, didiemin gini sama lo." Ucap Awan lembut. tangannya masih mengambang di udara memegang susu itu.

 Awan membuang nafasnya kasar. Kesal akan sikap Pelangi yang terus-terusan seperti ini

"ANINDIA PELANGI lo bisa nggak sih nggak usah kaya anak kecil gini. Ini nih yang nggak gue suka dari lo, sifat lo yang kekanakan. Perlu lo tahu, kenapa gue dengan keras menolak jabatan itu. Karena gue nggak mau waktu gue sama lo berkurang, gue nggak mau lalai dalam menjaga lo. Terlebih itu pesan dari bokap lo. Lo jangan egois gini dong." Awan menetralisir nafasnya mencoba meredam emosinya. Ia meraih bahu perempuan itu dengan lembut. Lagi ia menyesali ucapannya karena telah membuat perempuan di hadapannya ini menangis.

Dengan lembut Awan menghapus air mata di pipi Pelangi dengan ibu jarinya. "Lo tahu kan gue nggak bisa diginiin sama lo. Gue tersiksa ngga bisa denger suara lo." Ucap Awan dengan lembut sambil menyelipkan anak rambut Pelangi di belakang telinganya.

"Ma..af." Ucap Pelangi sambil menunduk. "Gu...gue cu..ma mau yang terbaik buat lo, gue takut nilai lo kosong di rapot."

Awan menaikan dagu Pelangi untuk menatapnya. Membelai lembut pipi wanita itu."Emangnya lo khawatir banget sama nilai gue?"

PELANGI MEET AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang