Awan Menghilang

55 41 2
                                    

Laki-laki itu sedang tidur telentang dengan mengandalkan kedua tangannya untuk dijadikan bantalan seraya menatap atap di kamarnya. Pikirannya masih melayang pada kejadian hari ini, kejadian yang sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya.

Ia benci tidak bisa menjaga Pelangi, baru beberapa jam  ia meninggalkan perempuan itu, perempuan itu sudah terluka. Bagaimana berhari-hari dan lagi dengan bodohnya perempuan itu membiarkan tangannya yang melepuh. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikir sahabatnya itu. 

Flashback

"Awas Wan temen gue mau duduk." Usir Afisa, saat teman sebangkunya yang bernama Rasti baru datang, dengan bercucuran keringat.

"Lo duduk di belakang dulu, gue udah pw." Ucap Awan dengan tampang bosnya itu.

Rasti mengangguk, lalu duduk di bangku belakang Awan.

"Ck, lo nggak kasian apa sama Rasti lagi cape malah lo suruh seenaknya." Afisa menatap Rasti iba.

"Emang gue suruh apaan, gue nggak nyuruh apa-apa."

Afisa memutarkan bola matanya. "Lo suruh duduk di belakang, dodol."

"Eh Afisa bego. Itu namanya bukannya nyuruh, tapi gue lagi berbuat baik. Udah untung dia gue kasi tempat duduk gue. Nggak semua orang bisa duduk di tempat duduk gue."

Afisa membuang nafasnya kasar."Terserah lo deh. Cape gue ngomong sama lo."

"Nggak usah muna, padahal lo seneng kan gue duduk di sini." Perempuan itu terlalu jual mahal padanya dan ia benci itu.

Afisa menghiraukan Awan, ia kembali melanjutkan aksi menyalin pr temannya itu.

"Ck bener kan omongan gue, lo itu sebenernya suka sama gue. Cuma lo ngelindungin rasa suka lo ke gue dengan cara sok galak."

Afisa kembali menghiraukan Awan. Membuat Awan kesal sendiri. Ia tidak suka diacuhkan. "Lo nggak nyangka juga ya, tukang nyontek. Gue pikir dengan tampang so galak lo, lo itu anak pinter. Eh ternyata bego juga."

Afisa masih diam, mendengarkan ocehan Awan yang merendahkan dirinya itu.

"Beda banget sama Pelangi." Awan tersenyum saat mengucapkan kata Pelangi. "Dia itu udah cantik, hatinya baik, pinter, nggak sok galak. Coba elo sok galak iya, cantik engga, bego iya, jelek lagi."

"Stop it!!" Afisa membanting pulpennya kasar. "Lo bisa, nggak usah ngerendahin gue di depan banyak orang?"

Awan membisu, saat melihat mata Afisa berkaca-kaca.

"Emang gue salah apa sih sama lo? Sampe-sampe lo ngerendahin gue segitunya?" Afisa menghapus air matanya dengan kasar. Lagi pertengkaran mereka menjadi tontonan para teman-temannya.

"Ck lo baperan amat sih jadi anak. Bercanda kali gue."

"Nggak semua becandaan bisa diutarakan." Afisa mengatakannya dengan lemah tanpa ada nada tinggi sedikit pun.

"Yaudah sorry." What is this apa yang dikatakan Awan barusan??? Kata itu seharusnya langka bila dikeluarkan dari mulut seorang Awan. Bila meminta maaf dengan seorang Pelangi tentu saja sudah sering. Namun ini kepada wanita yang baru dikenal Awan.

Afisa bangkit dari duduknya, mendorong mejanya ke depan melewati Awan begitu saja tanpa mau melihatnya.

Brakkk

"Fissss"

"Fiss"

"Afisaaa"

"Fisss"

"Fisss bangunnn"

"Udah Wan lo gendong aja. Bawa ke uks." Ucap siswa yang bernama Gerald itu. Ketua ekskul musik.

PELANGI MEET AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang