Pintu kedua, yang berada tepat sejajar dengan pintu masuk besar tadi, tidaklah kelihatan semegah pintu tadi. Hanya ukiran timbul dua sosok--Zhouyi menyebutnya Amashi dan Chidoshi, dewa langit dan bumi--menghias tiap daun pintu. Terbuka lebar, seperti juga pintu sebelumnya, pintu yang ini membawa mereka pada bangunan ritual utama: bangunan kedua.
Bangunan kedua memiliki dua lantai, dan karenanya lebih tinggi daripada bangunan pertama, pula lebih besar secara luas. Atap lantai pertama dibangun dari teras lantai kedua, dan ditopang oleh pilar yang persis sama dengan pilar di bangunan sebelumnya. Begitu pula dengan pilar di teras. Hiasan macam lentera kertas dan perkamen bertulis kaligrafi masihlah bertengger rapi di bangunan ini. Dari bangunan satu ke bangunan yang lain, ada dua selasar dibuat di ujung tiap bangunan. Menyisakan bagian tengahnya dipenuhi bunga dan tanaman hias.
Pintu yang mereka lewati sekarang membawa mereka langsung pada ruang besar dengan patung emas yang lebih tinggi serentang tangan daripada patung tadi di seberang ruangan. Patung ini berwujud seorang pria yang berpakaian macam rakyat Westflames, dengan bagian dada dan perut yang sedikit terbuka. Ikat pinggang yang menahan pakaiannya juga menahan sarung pedang. Pedang yang terhunus itu dipegang oleh tangan kanannya di hadapannya, sedemikian hingga ujung pedang itu menghadap serong bawah kanannya. Ekspresi yang berapi-api, dengan alis mengerut, patung ini menghadap arah yang sama dengan patung sebelumnya. Pada pijakan patung itu tertulis, "Yang disembah seluruh Barat, Kahmigato". Kalau kalian mengedarkan pandang, kalian pun akan menemukan patung-patung lain, terbuat dari perak, yang menunjukkan keseluruhan dewa sembahan suku Westflames. Semuanya itu berada di dinding ruangan, kecuali patung Kahmigato yang letaknya sedikit digeser ke depan.
Ada dua buah tangga di sisi kiri dan kanan pintu masuk, tepat di sebelah mereka saat ini. Junseong mengajak mereka naik ke atas, sebab katanya orang yang mereka cari ada di sana. Zhouyi, Fazharil dan Oredeus mengekori saja ia sampai tiba di lantai atas. Oredeus menganga saking takjub menyaksikan isi lantai ini. Altar besar di dekat pintu menuju teras, dengan pahatan patung Kahmigato dari kayu yang diletakkan di undakan di atas altar. Sekitar dua belas lilin berpendar di atas altar itu walau hari masihlah terik. Dipandangnya sekelilingnya. Ia mendapati ruangan yang penuh oleh hiasan aneh, patung-patung kecil, kaligrafi, dan puluhan lilin di dinding. Dan, seseorang yang berdiri di teras, memandang entah apa. Ia memakai jubah terusan dengan hiasan keemasan, dan topi tinggi berwarna merah.
"Ini adalah ruang upacara sekaligus ritual," ungkap Junseong ketika mereka menginjak lantai kayu ruangan itu. Tatkala mereka mendekati pria di teras itu, Junseong menyapa sambil membungkuk--kontan membuat tiga orang lainnya ikut membungkuk.
"Salam dari kami, Imam Tinggi Kahmigato," ucapnya takzim.
Orang yang dipanggil imam itu berbalik, mendapati empat orang yang kini membungkuk hormat padanya.
"Kiranya damai beserta. Apa yang dapat kuperbuat, Penyegel dari Tiga Sungai?" sapanya balik.
*
Penjelasan yang diberikan Junseong dan Oredeus membuat imam itu, Seungryo, mengantar mereka turun. Namun bukan ke lantai pertama, tempat dari mana mereka datang, melainkan menuju ruangan rahasia di bawah lantai itu yang dipisahkan oleh sekat dibalik patung besar Kahmigato.
Ruangan yang ini tidak terlalu besar. Bahkan jika kalian menatap dinding sekelilingnya, tidak ada apapun. Sama sekali. Tidak kelihatan pintu lain atau tingkap-tingkap. Yang menerangi ruang ini hanyalah kobar api di atas altar di tengah ruangan.
Sembari mereka mendekati altar itu, Seungryo memberi penjelasan atas rasa penasaran Fazharil dan Oredeus.
"Yang menerangi ruangan ini ialah api sihir paling awal yang pernah diciptakan. Kantenchikahmi, begitu kami menyebutnya. Altar itu dibuat dengan batu dari Tak Teraih, dipahat menggunakan pahat khusus, dan dibentuk sedemikian rupa sehingga sihirnya tidak akan hilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of the Sky: Star Shard
FantasySekeping legenda dari benua dongeng sebelum kelahiran Cahaya Fajar dan Semburat Senja. Tanah Utama dihuni empat suku yang saling bermusuhan. Tiga di Dataran Besar dan satu di Samudera Benua. Northwinds di pegunungan Nolderk. Southwoods di dataran Ek...