Kepul asap membubung menuju langit biru. Belasan jumlahnya. Sekali dua kali nampak lidah-lidah api menjilat bangunan yang berada di sekitarnya. Dari halaman depan istana saja kentara sekali.
"Sumpah demi dewa kami Kahmigato, aku tidak tahu apapun pasal penyerangan ini!" ujar Zhouyi meminta keyakinan Lumiwenas. Tuan Putri itu tengah menatapnya curiga sekaligus geram.
Secepat kilatan petir, Lumiwenas menciptakan tombak es dengan sihirnya. Segera ia serang Zhouyi dengan tombak itu. Zhouyi yang lengah mendapatkan sayatan di lengan kanannya, menyebabkan ia terjungkal. Oredeus yang berdiri di sisi kiri Lumiwenas, memekik panik. Kini Lumiwenas mengacungkan tombaknya pada Zhouyi.
Di tengah kerumunan yang berlari tak tentu arah, mereka bertiga malah menahan kaki agar tidak beranjak. Lumiwenas terlihat geram pada sosok di depannya sekarang.
"Rupanya aku salah membiarkan diriku percaya padamu, Perusak. Kau sengaja ikut beserta Pangeran Utara hanya demi menaklukkan Rafadhi?" sergahnya gusar.
"Demi apapun, aku berani sumpah aku tidak ada hubungannya dengan penyerangan ini! Tolong percayalah!" pekik Zhouyi membela diri. Ia meringis menahan perih lukanya.
"Sumpah seorang Westflames tidak pernah tegak berdiri! Kalian para pengkhianat sumpah, buat apa aku percaya?!" hardik Lumiwenas.
"Ia tidak ada hubungannya, Tuan Putri!" Sekarang Oredeus turut membela. Ia membentengi Zhouyi dengan tubuhnya.
Lumiwenas mendecih. "Apa Perusak ini memaksamu membelanya? Aku tahu di Verseis ada yang bisa menggunakan sihir pengendali pikiran. Akui sekarang juga dan aku akan membantumu melepas pengaruh sihir itu."
"Aku tidak dikendalikan, Tuan Putri! Lagipula, di Verseis sana hanya kalangan tinggi yang kudapati mampu menguasai sihir pengendali itu. Zhouyi hanyalah anak pedagang di pasar!" dalih Oredeus. Lumiwenas mendelik geram.
"Lagipula, jika memang Kak Zhouyi ada hubungannya, itu pasti karena Raja Guangmyo sialan itu menggunakan sihir untuk melacak keberadaannya! Karena Raja Guangmyo itu punya ribuan cara licik! Kak Zhouyi tidak bersalah!"
Lumiwenas nampak mengolah pikirnya. Oredeus belum tentu berkata benar. Tetapi dibandingkan dirinya yang belum pernah sekali pun menapakkan kasutnya di luar Patnai, anak ini lebih tahu perihal keadaan di Verseis. Jika demikian adanya, maka demi meyakinkan dirinya sendiri, ia harus melakukan sihir itu.
Ditariknya tombak itu menjauh, kemudian dihilangkannya dengan sihir. "Kita harus keluar dari wilayah ini dulu. Kemasi barang kalian. Aku akan pergi menghadap Raja."
Bergegas-gegas mereka memasuki istana. Lumiwenas pergi ke ruang singgasana, seraya Zhouyi dan Oredeus pergi ke kamar dan mengemasi segala yang bisa dibawa mereka. Begitu Oredeus membuka pintu ingin keluar, Lumiwenas telah menyambut mereka. Dengan sebuah tas kulit berukuran sedang.
"Lewat belakang. Kita pergi ke pelabuhan Undarbana," perintah Lumiwenas, lalu berlari. Kontan keduanya berlari mengekori Putri. Melewati dapur istana, kemudian bilik-bilik pelayan, dan tiba di selasar belakang istana. Tidak ada jembatan di sana. Lumiwenas menciptakan lapisan es tebal di atas air, sehingga ketiganya dapat menyeberang.
"Apa kata Yang Mulia?" tanya Zhouyi sembari mempercepat lari.
"Nanti kuberitahu di kapal. Urusanku denganmu pula akan kuselesaikan di kapal," tandasnya. Mereka tiba di bangsal kuda istana. "Carikan kereta kayu biasa. Aku akan mengambil dua ekor kuda."
Tanpa tanya mereka segera mencari kereta itu. Oredeus menemukan sebuah di belakang salah satu bangsal, dalam keadaan yang cukup baik. Zhouyi menyuruh Oredeus tinggal, sementara ia pergi menemui Lumiwenas. Tak lama, ia dan Tuan Putri kembali sambil membawa dua ekor kuda. Agak tergesa mereka memasangkan tali-temali kereta pada kuda, namun demikian tetaplah terpasang baik. Lumiwenas melempar asal tasnya ke dalam kereta, sedang Zhouyi dan Oredeus masuk ke dalam. Belum lagi mereka duduk, Lumiwenas telah memacu kuda layaknya pembalap kuda di perlombaan, membuat Oredeus terjungkal sampai hampir keluar kereta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of the Sky: Star Shard
FantasySekeping legenda dari benua dongeng sebelum kelahiran Cahaya Fajar dan Semburat Senja. Tanah Utama dihuni empat suku yang saling bermusuhan. Tiga di Dataran Besar dan satu di Samudera Benua. Northwinds di pegunungan Nolderk. Southwoods di dataran Ek...