"Kejar aku kalau bisa!"
"Pasti kutangkap!"
Dua anak kecil berlari melewati lorong panjang berdinding batu. Sesekali dapat kaulihat orang berpakaian pelayan lalu lalang di lorong yang sama. Merasa terganggu tentulah, tetapi tak banyak yang dapat mereka perbuat. Sebabnya, karena yang sedang kejar-kejaran itu adalah para putra raja Hefler, pemimpin suku Northwinds. Oredeus putra Hefler adalah si bungsu--yang dikejar, dan Aldeideus putra Hefler adalah si sulung--yang mengejar. Umur mereka saat ini tidak beda jauh, selisihnya hanya dua tahun.
Mereka berlari melewati lorong lain setelah berbelok, lorong yang mengantarkan mereka pada taman yang berseri oleh putih salju. Di sana pun mereka masih saja kejar-kejaran, meninggalkan jejak kaki di atas tebalnya salju. Mengitari pancuran batu yang beku airnya, mereka berlari ke arah pohon besar dengan tetesan air beku menutupi sulur-sulurnya.
"Kakak pasti takkan bisa!" sahut Oredeus tersengal. Uap dingin keluar bersama kalimat itu.
Kalimat itu malah membuat Aldeideus makin terpacu. "Kita lihat dulu!"
Lagi, mereka mengitari pohon besar itu. Salju yang lebih tebal di sini membuat kaki keduanya sulit berpijak. Rasa lelah pun merayapi kaki Oredeus lebih cepat. Ia memutuskan untuk berhenti di sisi pohon yang agak tersembunyi, berhadapan dengan kolam berlapis putihnya es tipis.
Aldeideus tetap saja lebih lihai. Ia menemukan persembunyian Oredeus dan memutuskan mendekatinya diam-diam. Ia melangkah sepelan mungkin agar suara salju terinjak tidak terdengar oleh Oredeus. Saat tangannya dirasa cukup untuk meraih pundak Oredeus, ia menepuknya seraya menyahut.
"Tertangkap!"
Kejutan itu berhasil. Terlalu berhasil.
Bersama pekik kejut Oredeus, salju yang dipijaknya merosot ke bawah, ke arah kolam yang lebih rendah dari pohon besar itu. Alhasil, ia ikut tergelincir, terguling sebentar sebelum tubuh mungilnya menghantam es hingga pecah, tenggelam dalam dinginnya air.
Aldeideus membelalak. Segesit yang ia bisa ia berlari mengikuti Oredeus. Ia membungkuk sampai hampir merebah di tepi kolam, tangannya terulur berusaha menggapai tubuh adiknya yang menggelepar tak jauh dari tepi kolam. Mulutnya kembali berseru, hanya dengan kalimat yang berbeda.
"Tolong! Siapapun, tolong kami!"
Meski Aldeideus tak patah asa walau lelah, tubuh mungil Oredeus tak mampu mengalahkan lelah yang dirasakannya. Perlahan, ia ditelan dinginnya air, hingga jari-jari kecil yang berusaha menggapai udara tenggelam seutuhnya.
Gelembung-gelembung kecil lalu dari bawah tubuhnya menuju ke permukaan yang makin jauh saja. Napasnya tercekat, ia melemas. Matanya memejam, tidak lagi berusaha melihat cahaya dari atas yang makin pudar. Sesaat kemudian, ia merasakan kehampaan.
"Tindakan bodoh yang kaulakukan itu, Aldei! Kenapa kau meladeninya?"
Suara bariton itu menggegap di dalam ruangan berdinding batu. Pendengarnya--Pangeran Aldeideus dan Ratu Bevreia--cukup tersentak mendengar suara itu, meski Aldeideuslah yang paling tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of the Sky: Star Shard
FantasiSekeping legenda dari benua dongeng sebelum kelahiran Cahaya Fajar dan Semburat Senja. Tanah Utama dihuni empat suku yang saling bermusuhan. Tiga di Dataran Besar dan satu di Samudera Benua. Northwinds di pegunungan Nolderk. Southwoods di dataran Ek...