[Istana Xiang]
"Sial!",
Perpustakaan istana terkesan hening, namun ketika Kaisar Xiang yakni Yu Po Shan memukul meja di hadapannya maka ruangan hening berubah menjadi canggung dan menegangkan.
"Bukankah hubungan Ding Jian Rui dan Meng Xiang Jia buruk? Bagaimana Meng Xiang Jia bisa hamil?!", Yu Po Shan dengan jengkel bertanya.
Mata-mata yang ditempatkannya di kediaman Ding segera membungkuk dan menjawab, "Hamba juga tidak begitu mengerti, Yang Mulia. Namun, akhir-akhir ini sepertinya hubungan keduanya terlihat membaik, bahkan Ding Jian Rui nampak sangat bahagia dan selalu berada disisi Meng Xiang Jia jika tidak ada pekerjaan. Ditambah, hamba kesulitan mendekati keduanya dan mendapatkan kabar karna entah kenapa pengawalan di kediaman Ding meningkat secara bertahap dan tanpa di sadari...".
Yu Po Shan kembali duduk, menghela napas kasar dan mengibaskan tangannya tanda agar mata-mata itu segera pergi.
"Meng Xiang Jia, Aih~ andai ada cara untuk mendapatkanmu, apapun akan kulakukan...".
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kediaman Ding sendiri seperti biasanya, tenang namun tidak juga terlalu sunyi.Ding Jian Rui begitu tergesa-gesa pulang dari istana untuk menemui istri tercintanya, Meng Xiang Jia yang kini tengah sibuk duduk di paviliun sembari membordir. Melihat istrinya begitu serius dan tidak menyadari kehadirannya, membuat Ding Jian Rui sedikit berpikiran nakal untuk menganggu istrinya.
Perlahan, Ding Jian Rui melangkahkan kakinya mendekat. Dari arah belakang dia menutup kedua mata Meng Xiang Jia yang spontan terdiam, sedikit terkekeh Ding Jian Rui memilih untuk diam dan tidak menjawab apapun pertanyaan Meng Xiang Jia yang nampak binggung.
"Le---lepaskan, siapa?!",
Tidak ada jawaban.
"Lepaskan atau aku akan menusuk tanganmu dengan jarum!",
Ding Jian Rui yang diancam segera melepaskan tangannya, berjalan memutar dan menatap Meng Xiang Jia dengan gelisah. Berkata : "Xiang Jia, kau---kau tidak serius ingin menusuk tanganku bukan? Kalau tanganku terluka, bagaimana aku akan memuaskanmu dimalam hari...???"
Mendengar itu, Meng Xiang Jia tersipu. Melotot, dia hendak memarahi Ding Jian Rui sebelum akhirnya pria itu terlebih dahulu kembali berbicara.
"Hehe, aku tau kau berpikiran kotor bukan? Maksudku adalah bagaimana aku akan memijatmu dimalam hari setelah lelah seharian jika kedua tanganku terluka? Bagaimana aku akan menyapa anakku jika tanganku tidak bisa menyentuhnya..?", Tutur Ding Jian Rui menjelaskan maksud ucapan bermakna ganda yang baru saja dia ucapkan.
Meng Xiang Jia masih tersipu, terlihat sedikit cemberut karna sudah salah sangka dan berpikiran buruk ditambah ledekan dari Ding Jian Rui membuat egonya sedikit terluka.
"Kenapa tidak beristirahat di kamar saja hm? Diluar udaranya dingin, tidak baik untukmu dan juga anak kita...", Ding Jian Rui mengapai kursi disamping Meng Xiang Jia, menatap sang istri dengan penuh cinta dan khawatir.
Meng Xiang Jia yang belum siap secara mental dan juga fisik semakin salah tingkah, memundurkan tubuhnya dan menyebabkan Ding Jian Rui merasa aneh.
"Xiang Jia, a---ada apa?", Ding Jian Rui bertanya.
Dia menatap panik kearah Meng Xiang Jia lalu kembali bertanya dengan gugup, "Apa---apa mulutku bau...? Tidak mungkinkan? Aku ingat sudah membersihkannya setelah makan!".
"Ya---Kau bau, Menjauhlah!", Meng Xiang Jia berbohong, sangat jelas. Dia hanya ingin menghindari Ding Jian Rui untuk sementara ini, karna hatinya seakan belum siap menerima perlakuan Ding Jian Rui meski mereka telah sepakat untuk bersikap lebih baik satu sama lain dan menjalankan tugas sebagai pasangan suami-istri dengan baik.
Melihat Meng Xiang Jia yang menjauhi dirinya secara tiba-tiba membuat Ding Jian Rui grogi dan juga panik, niat hati ingin mendekat dan mempertahankan Meng Xiang Jia disisinya justru harus pupus karna perempuan itu telah melarikan diri dengan cepat. Yang jelas, Meng Xiang Jia hanya berharap Ding Jian Rui sedikit memberikannya waktu untuk menenangkan hatinya yang bergejolak aneh selama beberapa waktu ini.
"Xiang Jia? Ada apa?",
Xia Ren Cui tengah mempersiapkan makan malam ketika Meng Xiang Jia berhenti berlari di dapur, melihat menantunya terlihat panik dan kelelahan.
"I---Ibu? Tidak, bukan apa-apa. A---aku hanya ingin sedikit berolahraga saja...", Balas Meng Xiang Jia masih gelagapan.
Xia Ren Cui mengernyit heran, dia jelas tau Meng Xiang Jia hanya beralasan saja.
"Apa ibu sedang memasak makan malam...?", Tanya Meng Xiang Jia mencoba mengalihkan perhatian sang ibu mertua.
Yang mana, di jawab Xia Ren Cui dengan anggukan.
"Kamu sendiri seharian membordir, apa tidak lelah? Oh---apa kau membuat pakaian bayi...?", Xia Ren Cui melihat Meng Xiang Jia memegang perlengkapan merajut dan juga sebuah rajutan berbentuk baju dengan ukuran kecil.
Sang menantu mengangguk, "Aku berpikir untuk membuatkan anak ini pakaian, ibu maaf aku tidak membantu ibu seharian ini dan hanya sibuk sendiri...",
Xia Ren Cui tersenyum hangat, mengeleng dan mengambil alih peralatan merajut dari tangan Meng Xiang Jia. Berkata : "Ibu sudah terbiasa melakukannya, lagipula itu adalah hal baik dengan membuatkan sendiri pakaian anak. Tapi, kamu tidak boleh memaksakan diri dan menjadi kelelahan mengerti?"
Meng Xiang Jia mengangguk malu, dia sendiri terlalu asik melakukan kegiatannya hingga melupakan segala hal. Membuat ibu mertuanya mengerjakan pekerjaan rumah sendirian meski ada pelayan yang bekerja, namun Xia Ren Cui memang sudah terbiasa.
"Ibu, biar ku bantu membuat makan malam. Ibu duduk saja...", Tutur Meng Xiang Jia mengiring Xia Ren Cui duduk.
Perempuan paruh baya itu hanya tersenyum pasrah, duduk dan mengamati Meng Xiang Jia menyiapkan makan malam untuk keluarga. Meski begitu, tidak berlangsung lama hingga Xia Ren Cui mulai merasa aneh tidak melakukan apapun dan bergegas membantu Meng Xiang Jia.
Ding Jian Rui sendiri sudah menebak kemana Meng Xiang Jia akan pergi, ketika dia sampai di dapur dan melihat bagaimana interaksi antara sang ibu dan istri. Membuat hatinya tenang, tanpa di duga seulas senyum terlukis begitu saja.
Xiang Jia, ku harap kita akan terus seperti ini..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bulan ke 6 kehamilan Meng Xiang Jia, dengan perutnya yang sudah mulai membesar perempuan itu tidak diijinkan melakukan pekerjaan yang berat.Ding Jian Rui begitu posesif terhadap Meng Xiang Jia dan menyebabkan semua anggota keluarga kewalahan dengan sikapnya, hingga pada akhirnya Meng Xiang Jia menasehati sang suami untuk menjaga sikapnya terhadap semua orang.
Pagi ini, Ding Jian Rui tengah sibuk dan asik mengamati kegiatan Meng Xiang Jia.
Ding Jian Yu terlihat berlari dengan tergesa-gesa mengarah kearah keduanya, ada kepanikan dan juga ketegangan di wajah mengemaskan Ding Jian Yu.
"Ka---kakak!",
Ding Jian Rui yang tengah asik mengamati Meng Xiang Jia merasa terganggu dan memberikan tatapan tajam pada sang adik, kemudian dengan malas berkata : "Apa kau tidak melihat aku sedang sibuk disini???!",
Ding Jian Yu masih mencoba untuk menenangkan diri, napasnya yang terengah-engah membuat Meng Xiang Jia merasa kasihan lalu menyodorkan secangkir teh untuknya.
"Terima kasih kakak ipar---ah tidak, Kakak! Kau---kau harus ikut denganku sekarang juga, ayah dan ibu meminta kita untuk segera menemui mereka!", Tutur Ding Jian Yu panik.
Ding Jian Rui terlihat malas.
"Pergilah...", Meng Xiang Jia berujar pelan.
Mendengarnya, Ding Jian Rui menghela napas pasrah dan mengangguk.
"Aku akan segera kembali, jaga dirimu sayang..",
Tbc.
Kira-kira, apa yang ingin dibicarakan kedua orang tua Ding Jian Rui?
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Only Married Jiāngjūn
Historical FictionMeng Xiang Jia, putri dari kerajaan Cu harus kehilangan negara dan keluarganya karna tuduhan dari Kaisar bahwa keluarganya melakukan pengkhianatan, dibunuh oleh Jendral besar nan gagah Kekaisaran Xiang, Ding Jian Rui. Ketika yang tersisa dari keraj...