Prolog

831 145 175
                                    

SINAR mentari mencoba menerobos melalui celah jendela salah satu kamar di sebuah Apartement. Tepatnya di lantai delapan, dengan gerakan malas gadis itu bergelung di selimutnya yang nyaman.

Kali ini ia mencoba menggapai sesuatu di nakas tepat disebelah kanan tempat tidurnya berada. Gadis itu mangambil handphonenya dan melihat jam yang menunjukan pukul 05.35. Masih ada cukup banyak waktu untuknya bersiap siap.

Dengan gerakan malas ia mulai bangkit dan melangkah ke arah cermin. Gadis itu tersenyum kecut melihat bayangannya dicermin.

"Kenapa takdir sepertinya betah mempermainkan hidup gue," ujar gadis itu lirih.

Adara Aludra Ferdinand. Hidupnya sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Ralat, baru seminggu. Hidupnya sudah tidak seperti seminggu yang lalu. Hidupnya kali ini jauh dari kata indah.

Mamanya meninggal seminggu yang lalu karena penyakit kankernya. Papanya dari dulu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Papanya adalah CEO di salah satu perusahaan terbesar di Asia. Hidupnya memang sangat jauh dari kata kekurangan. Namun menurut gadis itu, untuk apa memiliki harta yang berlimpah jika dia kekurangan kasih sayang.

Adara sebelumnya masih tinggal di Mansion bersama Mama dan Papanya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di Apartemen. Awalnya Papanya menentang keputusannya namun akhirnya Papanya menyetujui dengan alasan Adara hanya ingin mandiri.

Sebenarnya bukan itu alasan utamanya. Karena menurutnya tinggal di Mansion akan mengingatkannya akan sosok Mamanya. Dan lagi pula untuk apa dia tinggal di rumah sebesar itu. Jika di dalamnya hanya ada Adara saja. Papanya pasti hanya ada disana ketika sarapan saja. Selebihnya hanya Adara dan para pelayan.

Maka dari itu ia memutuskan untuk tinggal di Apartemen dengan syarat Adara masih dalam pantauan salah satu suruhan Papanya yang tak lain sekarang menjadi supir pribadinya.

Adara mengusap wajahnya gusar. Berlama-lama melamun di depan cermin tidak akan merubah hidupnya. Gadis itu memutuskan untuk membersihkan diri. Tepat pukul 6.30 gadis itu mengambil tasnya untuk segera berangkat ke sekolah barunya.

*****

Suasana kelas XI IPS 1 di SMA Cakrawala yang tadinya riuh sekarang tiba-tiba menjadi hening akibat teriakan Bimo si ketua kelas yang mengatakan Bu Helly yang tak lain adalah Wali kelas sekaligus guru Bahasa Inggris mereka akan datang ke kelas.

Benar saja, tanpa menunggu lama seorang guru yang terkenal dengan bulu mata cetarnya yang mengalahkan cetarnya bulu mata anti badai milik Syahrini tersebut memasuki ruang kelas. Namun di ikuti dengan seorang gadis yang langsung menjadi pusat perhatian seluruh mahluk di dalam kelas tersebut.

Semuanya berbisik. Yang perempuan menatapnya dengan tatapan memuji ada juga yang menatapnya dengan tatapan iri. Yang laki laki menatapnya dengan tatapan seakan akan gadis itu adalah sebuah bakwan yang siap santap.

Bu Helly berdehem membuat suasana kelas menjadi hening kembali, "Selamat Pagi anak-anak..." ujarnya dengan lantang.

"Selamat Pagi Bu.." sahut semuanya.

"Oke, jadi kali ini kita baru saja kedatangan murid baru," ucap Bu Helly menggantungkan kalimatnya dengan sedikit melirik sekilas ke arah gadis itu. Seperti mengerti kode yang diberikan guru tersebut gadis itu berdehem.

"Hallo teman-teman semua. Perkenalkan nama gue Adara Aludra Fer-.."

Gadis itu menghentikan kalimatnya sejenak ia menggit bibir bawahnya refleks membuat yang melihatnya mengerutkan dahi kebingungan.

"Ehm.. Nama gue Adara Aludra Ferisa. Semoga gue bisa menjadi bagian dari kelas ini," gadis itu melanjutkan kalimatnya yang sempat terhenti.

"Baik. Kalau begitu kamu boleh duduk di bangku sebelah sana," perintah Bu Helly sambil meunjuk bangku kosong paling pojok belakang.

Disana sudah terdapat seorang gadis. Adara kira gadis itu sangat jutek namun sepertinya prasangkanya salah.

"Hai, Gue Nayara Rafael," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Adara menatap uluran tangan tersebut. Bukannya apa-apa, Adara hanya sedikit terkejut. Namun tak lama ia membalas uluran tangannya.

"Gue Adara Aludra Ferisa dan mungkin lo udah tau," balas Adara.

Gadis yang bernama Nayara itu sedikit terkekeh, "Ternyata lo lebih judes dari yang gue kira. Sepertinya kita bisa menjadi patner yang baik."

Bukannya apa-apa, Adara sejujurnya bukan tipikal orang judes. Hanya saja, jika dalam keadaan seperti ini, maksudnya, ketika bertemu orang yang belum ia kenal sepenuhnya, gadis itu akan mengeluarkan aura judesnya.

Adara tidak terlalu menghiraukan ucapan Nayara tadi karena suara Bu Helly sudah menginstrupsi pelajaran akan dimulai.

*****
I'm Comeback,
Xoxo.

ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang