SUASANA malam yang dingin tak membuat Adara pergi meninggalkan balkon kamarnya. Gadis itu tetap asyik dengan lamunannya.
Moodnya hari ini tiba-tiba saja buruk akibat kejadian tadi siang di sekolah. Bukan, ini bukan karena Mauren menyuruhnya untuk putus dengan Alpha. Tapi, ini perihal tamparan. Sejujurnya Adara sangat rawan akan kekerasan akhir-akhir ini, sedikit saja ia dikasari, entah kenapa ia selalu teringat akan pertengkaran Mama dan Papanya saat itu.
Kenapa pula ia bisa terjebak sebuah permainan konyol dengan laki-laki gesrek yang tak lain adalah Alpha. Adara ingin mengelak tapi mulutnya terlalu lelah untuk menjelaskan ke dunia. Sekalipun ia koar-koar di sekolah untuk menyangkal berita tadi, Ia yakin tidak akan ada yang benar-benar percaya dengan dirinya, kecuali sahabatnya, Nayara.
Hanya Nayara yang ia punya di sekolah. Adara bukannya malas untuk berinteraksi, tapi ini semua juga dampak dari masa lalunya di sekolah lama. Orang-orang hanya memanfaatkan dirinya, bukan benar-benar tulus untuk berteman dengannya. Mungkin itulah alasan dibalik Adara yang memalsukan identitasnya.
Biarlah, baginya lebih baik mempunyai satu teman tapi tulus daripada seribu teman tapi palsu semua.
Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipinya membuat Adara tersadar dari lamunannya. Adara menoleh, ternyata itu adalah sebuah eskrim lalu Adara mendongak untuk melihat siapa yang melakukannya dan ternyata dia adalah Alpha.
"Ngapain?" Tanya Adara.
Laki-laki dihadapannya menaikan sebelah alisnya, "Buat lo," ujarnya.
Adara sedikit mengernyit. Ia heran, kesambet apakah laki-laki dihadapannya kali ini sampai sikapnya tiba-tiba berubah seperti ini. Namun tak urun, gadis itu tetap meraih es krim tersebut. Jujur, ia memang sangat menyukai eskrim.
"Tumben," ujar Adara dengan tangan masih fokus membuka kemasan es krim tersebut.
Adara hendak memakannya, namun tiba-tiba ia mengurungkan niatnya. Ia menyipitkan matanya menatap Alpha, Alpha yang dilihat seperti itu pun tiba-tiba mengernyit heran.
"Kenapa lo?" Tanya Alpha.
"Jangan bilang ini es krim lo isiin sianida kan? Ngaku deh lo!" Tebak Adara asal.
Pletak!
Sebuah jitakan berhasil mendarat dengan mulus ke jidat Adara. Gadis itu meringis kesakitan.
"Seburuk-buruknya gue di mata lo, gue ga mungkin sampai ngeracunin orang kalik!" Jelas Alpha.
"Yakan siapa tau gitu, gue hanya berbicara sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada dipikiran gue saat ini," balas Adara.
Alpha berdecak kesal, "Yaudah kalau lo emang gamau siniin deh es krimnya, mending buat gue aja," ucapnya sambil hendak meraih es krim yang sudah berada di tangan gadis itu.
Sebelum Alpha berhasil meraihnya, Adara buru-buru menjauhkan tangannya dari jangkauan laki-laki itu.
"Eitss.. sesuatu yang udah dikasik ke orang lain, gabaik kalo diminta lagi oke!" Sergah Adara.
Alpha hanya mendengus kesal. Sedangkan Adara buru-buru memakan es krim tersebut agar tidak diminta lagi oleh laki-laki itu.
"Jadi, ada apa?" Tanya Adara kembali, tak lupa masih sambil memakan es krimnya.
Alpha mengernyit, "Maksud lo?"
Adara memutar bola matanya malas, "Lo ngapain tumbenan dateng-dateng terus bersikap sok manis gini pake ngasi gue es krim segala," jelasnya.
"Ya enggak sih, gue cuma gatau mau ngapain di kamar, jadi gue kesini aja, gue pikir lo belum tidur dan ternyata bener," jelasnya dan Adara hanya mengangguk mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESTRELLA
Fiksi Remaja"Karena dunia ini bukan meja hijau, kehidupan ga akan bisa selalu adil," ucap Adara Aludra F. "Pada akhirnya, lo ga akan pulang ke manapun kecuali ke diri lo sendiri," ucap Alpha Archenar Galtero. *** [Judul sebelumnnya adalah "Be My Little Star?"]...