Chapter 13

216 32 30
                                    

DISALAH satu rumah mewah tepatnya di salah satu kamar serba pink. Terdapat tiga gadis sedang berleha-leha. Mereka tak lain adalah Mauren dan kedua temannya Salsha dan Jesselyn. Mauren adalah anak tunggal, orang tuanya memang termasuk orang penting dikalangan para pengusaha namun tidaklah sepenting keluarga Galtero atau bahkan keluarga Ferdinand.

Disana, Mauren sedang duduk di ujung ranjangnya sedang memakan apel sambil bermain handphone. Salsha, gadis itu sedang duduk di depan cermin sambil berusaha memakai masker. Sedangkan Jesselyn, gadis itu sedang berada di dekat jendela kamar Mauren, ia sedang mencari cahaya untuk mendapatkan hasil selfie yang terbaik, biasa perempuan.

Mereka sejenak sibuk akan aktivitas masing-masing sebelum Salsha akhirnya mengeluarkan suara ketika sudah selesai mengaplikasikan masker di wajahnya. Salsha menghampiri Mauren yang masih asik dengan ponselnya.

"Eh, Ren. Lo tau ga?" Tanya Salsha.

"Ga," balas Mauren acuh karena masih fokus dengan ponselnya.

Salsha berdecak kesal, "Ah kayaknya lo ga berminat tau sama info gue kali ini, padahal ini tentang Adara," ucapnya hendak beranjak kembali ke tempat semula sebelum Mauren menghentikannya.

Mauren langsung menoleh, "Apa lo bilang? Adara? Ada apa lagi sama cewek satu itu?" Tanyanya penasaran.

Salsha tersenyum meremehkan. Jesselyn yang tadinya asik di dekat jendela langsung mendekat karena tak sengaja mendengar nama Adara disebut, ia hanya tak ingin ketinggalan berita, begitu pikirnya.

"Baru Adara aja langsung gercep lo. Seberapa berpengaruh sih cewek itu dalam hidup lo?" Tanya Salsha penasaran.

Mauren memutar bolamatanya malas, "Gausah banyak basa-basi. Langsung ke inti kenapa sih," ucapnya mulai greget.

Salsha terkekeh mendengarnya namun tak lama kemudian ia langsung mengeluarkan ponselnya. Jarinya dengan lincah membuka salah satu aplikasi, setelah dirasa ia menemukan apa yang dia cari, Salsha langsung memperlihatkannya ke Mauren.

Mauren mengernyit. Disana, tertera foto seorang perempuan yang siapapun pasti tau itu adalah Adara dan di sebelahnya ada seorang wanita paruh baya. Mereka berdua seperti sedang berbincang tetap didepan sebuah rumah.

"Terus?" Tanya Mauren masih tidak mengerti.

Salsha mendengus kesal, "Kemarin gue ga sengaja ngeliat Adara ngobrol sama ibu-ibu ini, tapi gue gatau apa yang mereka obrolin dan dari yang gue liat sih mereka kayak deket banget gitu," terangnya.

"Jadi, lo cuma mau nyeritain kedeketan Adara sama seorang ibu-ibu? Gue kira apaan," balasnya santai.

Salsha kembali berdecak kesal, "Lo gamau nyoba nyari tau gitu? Ya siapa tau lo bisa dapet info atau lo bisa tau kelemahannya Adara, itung-itung buat bales dendam gimana sih," ujar Salsha kesal.

Mauren seperti sedang berpikir sejenak, tak lama kemudian ia menjentikan jarinya di udara tanda sudah menemukan titik terang dari apa yang ia pikirkan.

Tanpa diduga Mauren menoyor jidat Salsha, "Pinter juga lo ternyata," sahut Mauren.

Salsha yang ditoyor langsung meringis, "Lo muji gue tapi lo noyor gue, gimana sih," ujarnya kesal.

Mauren tak membalas. Ia kembali ke alam khayalannya, seperti sedang memikirkan rencana selanjutnya yang akan ia berikan kepada gadis yang bernama Adara tersebut.

****
Keesokan harinya...

Saat ini Adara dan Nayara sedang menuju ke arah pintu gerbang sekolah. Adara hari ini berniat untuk main ke rumah Nayara karena ia sangat jenuh jika berlama-lama di Apartemen jadi tak ada salahnya dia ke rumah Nayara. Lagipula selama mengenal Nayara sejauh ini ia belum pernah sama sekali yang namanya berkunjung ke rumah teman sebangkunya satu itu.

ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang