Chapter 5

254 69 47
                                    

ADARA melangkahkan kakinya menyusuri koridor. Tadi, Bimo, sang ketua kelas mengatakan Bu Dinty memanggilnya yang sontak saja membuatnya mengernyit, perasaan ia belum pernah membuat masalah yang begitu fatal sampai ia harus di panggil oleh Bu Dinty.

Setelah sampai di ruangan yang bertuliskan 'Ruang BK' Adara langsung mengetuk pintu kayu tersebut.

"Masuk," pinta seseorang dari dalam ruangan.

Setelah instruksi tadi gadis itu segera masuk ke dalam. Seketika mata gadis itu membulat sempura karena kaget. Bukan, ia kaget bukan karena Bu Dinty tapi karena seseorang yang sedang duduk berhadapan dengan Bu Dinty disana. Namun sedetik kemudian Adara berusaha menetralkan expresinya.

"Maaf, ibu manggil saya?" Tanya Adara mengingat tujuan utamanya kesini karena Bimo mengatakan ia dipanggil oleh Bu Dinty.

Bu dinty tersenyum, "Iya. Silahkan duduk, Adara," perintahnya.

Adara awalnya sedikit ragu namun demi menghormati Bu Dinty ia dengan sedikit terpaksa akhirnya memilih untuk duduk. Walaupun tepat di sebelah orang itu.

Bu dinty berdehem, "Jadi begini Adara, Mungkin sebelumnya kamu sudah tau siapa orang yang berada di sebelah kamu ini," ucapnya sambil menoleh ke arah laki laki itu.

"Alpha Archenar Galtero. Beberapa hari terakhir nilainya sangat jauh dari rata-rata dan ibu takut itu sangat berisiko untuknya," lanjut Bu Dinty.

Ya, orang itu adalah Alpha. Laki-laki yang mengganggu waktu makan siangnya di kantin beberapa hari yang lalu. Adara seperti mempunyai firasat tidak enak ketika Bu Dinty menyelesaikan kalimat tadi.

"Ibu dengar kamu pindahan dari Internasionaly Highschool dan disana kamu sempat mendapatkan Juara Umum 1 dari rumpun IPS, benar begitu?" Tanyanya kembali.

Adara hanya menjawab pertanyaan tadi dengan anggukan karena kelimat tadi memang benar. Walaupun Adara terbilang cukup keras kepala dan bandel namun otaknya jangan lagi di ragukan. Ia sudah tidak enak feeling, sepertinya sesuatu tidak mengenakan akan menimpa hidupnya hari ini.

"Jadi?" Tanya Adara to the point.

Bu Dinty menghela napasnya, "Jadi, ibu memberi kamu tawaran untuk membimbing Alpha agar yaa seenggaknya nilainya bisa lebih baik dari yang sekarang."

Seperti tersambar petir di siang bolong. Mata gadis itu membulat sempurna. Kenapa ia malah dihadapkan dengan situasi seperti ini padahal niat awalnya ingin menghindar dari laki-laki sialan di sebelahnya ini.

"Tapi bu, kenapa harus saya? Memangnya tidak ada orang lain?" Tanya Adara.

Bu dinty hendak menjawab sebelum sebuah suara membuatnya terhenti.

"Yaudah sih, terima aja kalik. Mungkin emang lo yang di percaya," sergah Alpha bersuara setelah sedari tadi hanya terdiam.

Adara melirik sekilas ke arah Alpha kemudian ia memutar bola matanya malas, "Gue ga ngomong sama lo," sahutnya.

"Adara, ibu juga akan jamin nilai kamu. Tidak hanya itu, kamu juga akan di bayar jadi tenang saja ini tidak gratis," ucap Bu Dinty.

"Jadi secara ga langsung saya bakal jadi guru privatnya Alpha, Bu?" Tanya Adara kembali.

Bu Dinty mengangguk mengiyakan, "Kamu tenang saja. Ini tidak akan berlangsung lama jika semester 2 ini kamu bisa menaikan nilai raport Alpha," jelasnya.

Adara memejamkan matanya. Ia mulai berpikir, jika ia menerima otomatis ia akan mendapatkan uang jajan tambahan. Ia tidak tau apa yang akan terjadi tentang uang bulanan yang di kirim oleh Papanya mengingat sekarang hubungannya dengan Papa terbilang kurang harmonis. Namun itu artinya dengan terpaksa ia secara tidak langsung akan berurusan dengan laki-laki sialan itu. Adara dibuat semakin bimbang sekarang.

"Bagaimana, Adara?"

Suara Bu Dinty membuatnya membuka kembali matanya. Ia menarik napasnya dalam-dalam. Sekarang, keputusannya sudah yakin.

Adara mengangguk, "Baiklah, Saya bersedia," ucapnya membuat Bu Dinty mengembangkan senyumnya.

Namun dilain sisi. Alpha, laki-laki itu tersenyum namun senyumannya kali ini tidak bisa diartikan. Otaknya telah menyusun sebuah rencana.

"Permainan baru saja akan dimulai Adara Aludra Ferisa," batin Alpha.

Kalian pikir ini semua murni ide dari Bu Dinty? Tidak, karena Alpha'lah yang sedikit menghasut Bu Dinty untuk melakukan semua ini demi melancarkan rencananya.

*****

Adara, gadis itu menghentak-hentakan kakinya memasuki kelas. Ia kesal, benar-benar kesal. Sesampinya ia di bangkunya gadis itu langsung menghempaskan badannya di atas kursi.

Nayara yang sedari tadi sedang membaca novel pun langsung menoleh ketika menyadari kehadiran sahabatnya itu.

"Kenapa lo?" Tanya Nayara memastikan.

Adara menghela napasnya, ia mengusap wajahnya gusar, "Kayaknya sebentar lagi secara perlahan gue bakal masuk ke lubang setan," sahutnya asal yang membuat Nayara kembali mengernyit kebingungan.

"Udah, lupain. Ga penting," lanjutnya.

Adara menenggelamkan wajahnya di atas meja dengan tas miliknya sebagai bantal. Ia sekarang hanya sedang malas berbicara. Moodnya sedang hancur sekarang, toh perlahan pasti Nayara juga akan tahu akhirnya.

*****
I'm Comeback,
Xoxo.

ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang