Chapter 22

237 14 12
                                    

BEBERAPA hari telah terlewati setelah kejadian di kantin kala itu. Adara mulai menjalankan aktivitasnya seperti biasa tanpa gangguan Mauren. Kenapa begitu? Ya, pasca kejadian itu, Mauren dikenai skorsing selama 3 minggu oleh Bu Yanti selaku guru BK sekolah.

Memang tak tanggung-tanggung kan? Ya, ini sebenarnya masih ada campur tangan seorang Alpha Archenar Galtero. Apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin dengan seorang Alpha. Awalnya, Adara sempat menolak hal itu, karena baginya itu sangat berlebihan. Apalagi disini yang di skorsing hanya Mauren. Ya walaupun yang salah memanglah Mauren. Namun, Adara jadi merasa tidak enak.

Tapi, Alpha tetaplah Alpha. Ia keras kepala, tak bisa dibantah. Maka dari itu Adara hanya bisa pasrah mengikuti alur yang ada.

***

Kali ini Adara sedang berada di perjalanan, tepatnya di dalam taxi online yang baru saja ia pesan tadi. Adara baru saja pulang dari rumah sahabatnya yang tak lain adalah Mauren.

Adara, gadis itu menatap keluar jendela selama perjalanan. Tiba-tiba ia tak sengaja melewati sebuah Cafe yang tak asing baginya. Dan benar saja, itu adalah Coffe Shop yang kala itu ia sempat kunjungi. Dengan cepat Adara mengalihkan pandangannya ke depan kemudi.

"Pak, berhenti," pintanya kepada supir taxi tersebut.

Mobil mulai menepi perlahan.

"Saya sampai disini aja pak. Oiya, ini uangnya, kembaliannya ambil aja," ucap Adara mengeluarkan beberapa lembar uang.

Supir taxi tersebut tersenyum, "Terimakasih, mbak," ujarnya yang dibalas anggukan oleh Adara.

Adara segera turun, ia kemudian menatap gedung bercat hitam-putih tersebut. Kemudian ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Saat Adara membuka pintu, lonceng pintu berbunyi dan seperti biasa, aroma vannila kembali menyapa indra penciumannya.

Cafe ini tak terlalu ramai hari ini, mungkin karena Adara kemari disaat hari sibuk. Hanya ada 4 sampai 5 orang saja yang ia lihat disini.

Namun, Adara merasakan seperti ada yang berbeda kali ini. Di meja kasir biasanya ada laki-laki itu. Tapi kenapa sekarang ia tak melihat satupun barista disini?

Adara mulai mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dan tepat di sebuah meja tak jauh dari tempatnya berdiri, ia menjumpai laki-laki yang kalau tak salah bernama Dafa itu sedang sibuk dengan beberapa berkas, sampai tak menyadari akan keberadaannya yang bisa dibilang sebagai seorang pembeli.

Adara menghampiri laki-laki itu.

"Hei.." Sapa Adara sedikit ragu.

Dafa menoleh, kemudian ia sedikit mengernyit seperti sedang mengingat sesuatu, dan selanjutnya ia menjentikan jarinya di udara tanda ia mengingat sesuatu.

"Ah iya, gue inget. Lo? Adara, kan?" Tanyanya mencoba memastikan.

Adara tersenyum lalu menangngguk mengiyakan, "Gue boleh duduk disini gak?" Tanyanya.

"Of course, why not," Balas Dafa.

Adara kemudian duduk setelah persetujuan dari laki-laki itu. Tiba-tiba Dafa menepuk jidatnya tanda melupakan sesuatu.

"Eh iya sampai lupa, lo mau pesen apa?" Tanyanya hendak beranjak namun Adara segera menahannya.

"Gapapa, lo lanjutin aja dulu, kayaknya lo lagi sibuk banget tuh," sergah Adara sambil menunjuk beberapa berkas di hadapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang