《3》Tiga

19.9K 2.5K 352
                                    

Malas, itulah yang Jeno deskripsikan tentang Jaemin saat ini, istrinya benar-benar membuat amarahnya sering terpancing tiga bulan belakangan ini, namun Jeno memaklumi keadaan Jaemin yang tengah hamil muda,

"Na, aku yang beresin rumah sama nyapu halaman depan, kamu masak aja, mau kan?" pinta Jeno penuh harap

Jaemin menghentikan kesibukannya yang tengah memakan cookies coklat sambil menyilangkan kaki diatas sofa, terkesan seperti Nyonya rumah, berbeda dengan Jeno yang berdiri dengan kain lap tersampir dibahunya tak lupa menenteng ember berisi air untuk mengepel,

"Ngantuk Jen, delivery aja ya" jawab Jaemin malas

Rasanya Jeno ingin menyiram wajah istrinya dengan air yang ia bawa didalam ember, namun ia urungkan, ia masih sayang Na Jaemin semalas apapun istrinya itu,

Jeno hanya mengangguk, kemudian ia mulai mengelap meja yang lumayan kotor karena sisa-sisa makanan dan bedak bayi milik Chenle, Jaemin hanya menonton Jeno sambil bersantai disofa, tak lupa menyangga kepalanya dengan satu tangannya dan satu tangannya lagi ia gunakan untuk memasukan cookies kedalam mulutnya, sungguh damai hidup seorang Na Jaemin, batin Jeno kesal

"Jeno, sebelah situ masih kurang bersih, ulangi lagi" tunjuk Jaemin ke sisian meja yang masih membekas bekas kuah ramen

Dengan bodohnya Jeno menurut dan Jaemin mengangguk puas akan pekerjaan Jeno,

[]

Renjun diantar neneknya pulang, padahal ia masih sebal dengan Mamanya, sesampai dirumah ia langsung berhambur memeluk Chenle yang tengah duduk sambil meminum susu dari botol bayi,

"Lele ngga ditelantarin sama mama kan?" Tanya Renjun khawatir

Namun si bungsu hanya memekik riang, ia melempar botol bayinya yang sudah kosong lalu bertepuk tangan,

"Injuuun...."

Sialan, Renjun memutar bola matanya malas begitu mendengar suara mamanya, ia masih belum siap lagi menjadi ajudan mamanya,

Jaemin memeluk erat tubuh mungil Renjun, menciumi pipinya bertubi-tubi, "Mama kangen, Injun ngga kangen mama?"

"Injun kangen mama yang dulu, mama yang sayang injun, mama yang bikinin sarapan, mama yang ajak injun jalan-jalan sama Lele, mama yang rajin" akhirnya si sulung berhasil mengeluarkan semua keluh kesahnya

Merasa tertohok, Jaemin melepaskan pelukannya, ia menggigit bibir bawahnya, "maafin mama"

"Minta maaf terus tapi ngga berubah, percuma injun pulang" bocah kelewat cerdas itu bersidekap dada

"Mama janji bakal berubah" Jaemin mengulurkan jari kelingkingnya

Ragu-ragu Renjun menautkan jari kelingking mungilnya dengan jari kelingking panjang nan ramping milik mamanya, "janji ya?"

"Janjiiii"

[]

"Tumben"

Jeno mengecek dapur dan mendapati istrinya tengah mengiris beberapa bahan masakan untuk makan malam, terlihat juga dapur yang sangat rapih tanpa gerabah kotor berceceran,

"Jen" jaemin menoleh begitu jeno berdiri disampingnya

"Ya ampun Nana kamu pucet!" Panik Jeno

Jaemin tetap melanjutkan acara memasaknya tak peduli Jeno yang merasa panik, ia sebenarnya juga merasa kurang enak badan, rasanya sangat lemas dan ingin muntah sesekali saat mencium aroma susu bubuk milik anak-anak,

"Bikinin anak-anak susu, aku mual nyium baunya, ngga papa kan Jen?" Pinta Jaemin sedikit tak enak hati

Jeno merasa Jaemin kembali seperti semula, selalu merasa tak enak hati padanya yang notabene suaminya, Jaemin yang rajin dan memaksakan diri walaupun sedang tidak enak badan, Jaemin yang pemalu, terlihat jelas begitu Jeno memergoki Jaemin yang tadi salah menggunakan pisau, ia menggunakan bagian tumpulnya untuk mengiris bawang,

"Nana? Kamu ngga papa kan?"

"Ya ngga papa, kenapa emang?"

"Kamu balik kayak dulu lagi, merasa ngga enakan" kesal Jeno

"Perasaan kamu aja kali jen, udah sana buatin susu buat anak-anak, tuh chenle udah jerit-jerit heboh" kekeh Jaemin mendengar pekikan si bungsu

Jeno mengangguk pasrah, ia akan kembali mengintrogasi istrinya yang mungkin sedang mood swing,

[]

Jeno menikahi Jaemin karena perjodohan, pantas jika Jaemin masih canggung saat pertama kali keduanya hidup bersama, Jaemin yang lugu dan Jeno yang dulu sangat tempramen membuat Jaemin selalu sungkan meminta bantuan pada suaminya,

Begitu Renjun lahir, perlahan Jeno mulai merubah sikapnya, ia selalu memprioritaskan Jaemin, dan memanjakannya,

"Nana? kenapa tiba-tiba rajin kelewatan lagi?" Tanya Jeno entah yang keberapa kalinya

Jaemin menarik selimutnya sampai batas dada, "ngga papa, maaf ya Jen kemarin-kemarin aku manja, ngga peduli sama anak-anak, kamu pasti capek, mau aku pijitin?" Kembali menyibak selimutnya lalu duduk bersandar dikepala ranjang

Mengepalkan kedua tangannya kesal, Jeno yakin jika istrinya sudah kembali seperti semula, canggung, pemalu dan kelewat rajin

"Nana, aku lebih suka kamu males-malesan, manja, tukang ngatur, cerewet" kesal Jeno

"Ngga mau, itu semua ngerepotin kamu, kasian juga Injun sama Lele" balas Jaemin sambil menundukkan wajahnya

"Na... ngga perlu sungkan minta ini itu, kamu berhak"

Jaemin menyeringai tipis, "Ya ampun Jeno.... capek tau akting jadi rajin lagi... oke tapi jangan marah-marah ya, soalnya parfum mahal kamu tumpah sama Lele, aku yang ngasih buat mainan"

Menganga lebar, tak habis fikir, Jeno merasa dibodohi berkali-kali oleh Jaemin,

Jaemin benar-benar aneh dan menguras emosi Jeno,

"Nak, cepetan lahir ya, mama kamu makin kesini makin ngga waras" ungkap Jeno sambil mengecup perut Jaemin yang masih rata

[]

Ini keknya end pas Nana lahiran kali ya

What's Wrong With Na Jaemin [NOMIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang