Di sebuah kelas yang sangat sepi tepatnya di barisan paling belakang seorang gadis kecil dengan rambut tergerai ke bawah menggunakan kacamata sedang sibuk dengan membaca bukunya.
Sekolah masih sangat lah sepi belum ada satupun murid yang berada di sekolah. Waktu menunjukkan pukul 05.30 pagi, Masih sangat pagi bukan? untuk seorang siswa datang ke sekolah?
Gadis bernama lengkap Anatasya Kathleen Horison. selalu datang ke sekolah dengan sangat cepat. Pintar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Namun sayang tak banyak yang ingin berteman dengannya.
Terkenal dengan sosok misteriusnya dan sangat pendiam. Tempat setiap harinya kalau bukan di kelas yang sepi ya, di perpustakaan menghabisi waktunya dengan membaca buku.
Namun hidupnya tak selalu berjalan mulus ada saja segerombolan siswa ataupun siswi yang selalu menjahili maupun membully nya. Gadis yang malang.
Mempunyai orang tua yang kaya namun keduanya sibuk dengan pekerjaan mereka. Sehingga Tasya bisa dikatakan broken home. kekurangan kasih sayang orang tua. Ia lahir dan dibesarkan oleh pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah mereka.
Tasya benci kepada orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sampai melupakan tanggung jawab mereka sebagai orang tua.
Tasya menutup bukunya dan beranjak keluar kelas karena keadaan kelas mulai ramai oleh siswa siswi yang berdatangan semakin banyak setiap waktunya.
Jujur saja sebenarnya ia masih ingin berlama-lama di kelas namun kelas bukan lagi tempat yang aman untuk berdiam diri saat ini.
Saat Tasya melangkah kan kakinya untuk keluar kelas tiba-tiba...
Brukkk..
Tasya terjatuh di lantai kacamatanya terlempar entah kemana itu membuat penghilatan nya buram tanpa kacamata Ia tak bisa melihat apapun di sekeliling nya.
"Awww" ringis Tasya
"Uh kasihan nggak bisa lihat ya? hahaha" ujar seorang perempuan sambil memegang kacamata Tasya
Tasya hanya bisa berdiam diri, tak mampu melakukan apapun untuk membela dirinya. Ia terlalu lemah karena mereka ber tiga sedangkan Tasya? ia hanya bisa menunggu belas kasihan mereka untuk memberikan kembali kacamata nya.
Karin, Elisa, dan Retta. Geng yang paling populer di sekolah, merasa paling berkuasa atas sekolah ini suka membully membuat kasus dan sering berpakaian mini layaknya cabe-cabean.
Karin merupakan ketua geng mereka. Ayahnya adalah seorang kepala sekolah di sekolah ini. jadi dia merasa bahwa dia lah yang paling berkuasa. jika ada yang menentangnya maka ia tidak akan segan-segan melaporkan kepada Ayahnya untuk mengeluarkan dari sekolah.
"Hee jelek cupu berdiri lo!" ujar Elisa
"Nggak punya kasur lo terus tidur-tiduran di lantai! dasar miskin" ujar Retta tak kalah tajam. Yaps, tak ada yang tau kalau Tasya berasal dari orang kaya. Ia sangat tertutup dan enggan memberitahu kan kepada semua orang bahwa dia anak orang kaya.
Ia tak mau ada orang yang tahu tentang identitas nya sedikitpun sama sekali tidak mau. sampai saat ini Tasya tak mempunyai teman untuk berbagi tentang kisah hidupnya. Ia tak boleh salah memilih orang untuk menceritakan kisah hidupnya.
Dengan sekuat tenaga Tasya berdiri namun kakinya sangat sakit jika di gerakan akibat tersandung tadi.
"Woy cupu! lo dengerin kita nggak sih?!" ujar Karin yang semakin geram.
Mereka ber empat menjadi tontonan namun ini bukan pertama kalinya hal seperti ini selalu saja terjadi. seluruh murid yang berada di kelas ada yang merasa kasihan namun banyak juga yang ikut membully dan menertawakan nya.
"Karin, lo apa-apaan sih! lo tau nggak kalau ini udah berlebihan banget! lo nggak bisa gini terus sama Tasya, emangnya dia salah apaan sih sama lo Rin" ujar Inka yang adalah murid di kelas itu Ia sudah tak tahan dan merasa kasihan dengan Tasya.
"Guys liat nih, ada yang mau jadi pahlawan kesiangan" ujar Karin dengan smirknya
"Hahahaha..." tawa memecah di seluruh penjuru kelas.
Inka tak menghiraukan tawa serta cacian teman sekelasnya ia membantu Tasya berdiri dan mengambil paksa kacamata dari tangan Retta.
Elisa dan Retta ingin maju untuk menghajar Tasya dan Inka tiba-tiba di hadang oleh Karin sambil memberi kode untuk segera pergi dan menjauh dari mereka.
"Anggap aja lo beruntung hari ini!" ujar Karin sambil melangkah pergi diikuti dengan teman-temannya.
"Tasya, lo nggak apa-apa kan?" tanya Inka namun tak ada jawaban dari Tasya. Tasya hanya diam sambil melihat lututnya. Inka yang bingung langsung melihat ke arah pandangan Tasya
"Astaga! lutut lo berdarah Sya. Kita ke UKS ya" ujar Inka yang panik. Tasya menggeleng cepat menolak tawaran Inka.
"Duh lo gimana sih ini udah banyak darahnya ikut gue ya. nggak make nolak-nolak" ujar Inka dan langsung menghantar Tasya ke ruangan uks.
"Eh Nad kalau ada guru masuk, gue sama Tasya izinin ya"
"Yoi sist" balas Nadya yang adalah teman dekat Inka.
Dalam perjalanan ke UKS, Inka terus saja mengoceh-ngoceh tidak jelas pada Tasya. Tasya belum mengucapakan sepatah kata pun pada Inka Ia hanya diam mendengarkan sambil terkekeh kecil.
Padahal dia dan Inka tidak dekat namun Inka mengoceh nya layaknya seorang sahabat yang sudah kenal lama.
Sampai di UKS, Inka membersihkan lutut Tasya sampai bersih dari darah.
"Nah udah selesai" ujar Inka senang
"Makasih ya" balas Tasya dengan senyumannya
"Eh Sya, lo kalo senyum manis banget deh beneran. Mungkin mata mereka aja katarak nilai lo jelek" cibir Inka. Tasya hanya terkekeh kecil.
"Lo diem-diem mulu deh. capek mulut gue ngomong sendiri terus"
"Iya maaf aku emang nggak suka banyak bicara" ujar Tasya
"Yaudah balik kelas yuk, by the way gue duduk bareng lo ya" tawar Inka
"Iya" ujar Tasya.
Jujur saja ia merasa sangat senang kini ada seseorang yang ingin berbicara dengannya setelah sekian lama ia tak banyak bicara.
••••
Gimana?
Ini baru prolog nya, semoga kalian enjoy di part 1 nya.My first story. Mohon dukungan kalian dengan cara menekan tombol bintang di bagian bawah untuk aku makin semangat nulisnya.
100% cerita hasil pemikiran sendiri.
Makasih buat yang udah vote cerita ini!
Have fun :).With love,
Feiby.
KAMU SEDANG MEMBACA
°MY UGLY GIRL°
Dla nastolatkówAnatasya Kathleen Horison. Seorang wanita yang terkenal dengan keburuk rupanya namun itu tak jadi penghalang untuk bersekolah. Lahir di tengah keluarga kaya namun keharmonisan tak didapat disana. Gadis malang yang sementara duduk di bangku SMA itu. ...