Part 4 - Wavelet

914 120 18
                                    

Pasti kugengam
Apapun menyapa diesok harimu
Ditanganmu pasti ada jemariku

-JAA-

🌸

"Syayangnya mana mbok?" Tanya Ella begitu masuk rumah dan tak mendapati manantunya yang biasa menyambutnya. Padahal biasanya pasti sudah heboh sendiri saat Ella datang.

"Itu bu Ella, katanya belanja ke supermarket sebelah" kata mbok Suti.

"Lah tapi itu Pak Rahmad barusan sama mama" Rafa kaget.

Mbok Suti diam, dia tahu Syasyanya tidak minta ijin pada Rafa. Mbok Suti juga tahu pasti bahwa Rafa tidak suka dengan hal itu.

Mama Ellapun diam. Dia tahu sekarang Rafa tidak baik-baik saja, masih pacaran saja posesif. Apalagi sekarang dengan kondisi Syasya yang mengandung.

"Sayang dimana?" Tanya Rafa saat sambungan teleponnya direspon oleh Syasya.

"Di TransMart. Kamu dah balik sayang?" Tanpa rasa bersalah Syasya menjawab santai.

"Kok ga sama Pak Rahmad?" Tegas nada bicara Rafa dan penuh penekanan.

Syasya diseberang sana baru sadar, nada bicara suaminya itu tidak seperti biasanya. Biasanya hanya akan muncul jika dia sedang kesal.

"Maaf tadi dah pengen banget makan ini" Syasya takut, tapi bagaimana lagi beginilah adanya. "Pengen otak-otak goreng Carfur" ucap Syasya lirih.

Rafa sedikit mereda namun tetap saja kekhawatirannya masih ada. "Disitu aja, aku jemput ya" kalimat terakhirnya ini sudah bernada lembut.

Rafapun bergegas, sambil mengajak pak Rahmad untuk nantinya membawa mobil yang Syasya bawa tadi pulang.

Melihat tingkah Rafa, Ella dan Mbok Suti hanya saling tersenyum memaklumi. Sudah sangat tahu bagaimana sikap Rafa kalau sudah tentang Syasya.
Keduanya pun memilih menyiapkan rujak, seperti yang Syasya sempat request untuk dibuatkan kemarin.

🌸🌸

"Yang, lain kali jangan pergi sendirian lagi kayak gitu ya" Rafa bicara lembut sambil menyender pada bahu Syasya yang tengah membaca katalog supermarket di atas ranjangnya.

"Aku khawatir tauk" Rafa kini memeluk pinggang Syasya.

"Emang kenapa? Kan cuma deket rumah ini" masih dengan memperhatikan katalognya Syasya menjawab polos.

"Aku takut terjadi apa-apa sama kamu, dan dia" Rafa mengelus-elus perut Syasya yang masih rata.

Tiba-tiba saja Syasya menutup katalog yang tadi asyik dia perhatikan.

"Emangnya aku selemah dan setakberguna itu ya??" Syasya langsung menjawab dengan nada suara yang bergetar, seolah menahan tangisnya.

"Masak aku cuma pengen sesuatu, yang aku tau dimana aku bisa dapatkan, aku masih harus meminta kamu. Padahal kamu udah kerja, aku hanya dirumah. Bahkan di Butik saja aku juga ga diperlukan lagi" lengkap sudah kini air mata itu sudah membanjiri wajah Syasya.

Rafa menegang. Tidak sama sekali dalam pikirannya, arah pembicaraannya tadi akan sampai kemana-mana seperti saat ini.

"Aku sebegitu ga bergunanya ya? Sebegitunya kamu ga percaya kalo aku juga bisa jaga diri dan calon anak kita"

Siluet Jingga di Langit Jelita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang