Part 12 - Nomor Satu

295 45 3
                                    

Jangan pergi
Jangan pernah bahkan hanya mencobanya
Aku tak akan ijinkan
Dengan segenap hati
Jangan pergi
Tetap disini

-JAA-

🌸

Syasya menangis disepanjang perjalananya. Hatinya sedang tidak baik. Sedang sangat sedih, entah sedih entah kecewa. Wanita ini tidak dapat membendung air matanya. Tidak perduli dengan bapak supir yang sudah menanyanyai kondisinya dari tadi.

Syasya memutuskan tidak menunggu pak Anto yang menjemputnya. Untuk pertama kalinya Syasya ingin pergi tanpa dia harus memberitahu Rafa. Memangnya hanya Rafa saja yang bisa memintanya pergi tanpa memberi tahu kenapa? Syasya sekarang juga sedang ingin sendiri, tanpa perduli bagaimana Rafa akan mencemaskannya.

Sama bukan.

Ditengah perjalanannya, handphone Syasya berbunyi, ada nama Rafa disana. Sangat tidak mudah bagi Syasya untuk memilih mengabaikan panggilan itu.

Syasya ingin sekali tidak menghiraukannya. Tapi nyatanya hatinya berkata lain, mengabaikan panggilan Rafa justru makin membuat air matanya jatuh berhamburan. Dia sangat tahu pastinya suaminya itu akan sangat panik dengan keberadaanya.

Tidak tega dengan itu. Syasya memilih menuliskan pesan singkat pada Rafa.

To: Jingga Arrafa
Rafa,
Sya baik saja, Rafa lagi butuh waktu sendiri kan? Sya juga. Tak usah khawatir ya.

Singkat.

Syasya berharap pesan ini cukup untuk menenagkan Rafa. Tidak lagi membuatnya cemas dan bisa fokus dengan apapun yang sedang Rafa pikirkan. Yang Syasya tidak tahu, dan sedang tak ingin tahu.

Syasya langsung mengirimkannya. Setelah memastikan pesan itu terkirim, Syasya langsung mematikan handphonenya.

Syasya mampir dulu ke rumahnya, mengambil beberapa barang dan vitaminnya. Mbok Suti sedikit kaget dengan kedatangan Syasya.

Begitu mbok Suti menatapnya Syasya memberikan kode dengan menaruh jarinya di bibir. Meminta mbok Suti untuk diam, pasti Rafa sudah menghubunginya, begitu pikiran Syasya.

Mbok Sutipun menurut. Dia hanya membukakan pintu depan rumah itu dengan lebih lebar untuk nona kesayangannya itu masuk.

Tanpa diduga begitu berada di dekat mbok Suti, Syasya menghamburkan dirinya. Syasya memeluk wanita yang sudah mengasuhnya sejak pertama kali Syasya menghirup udara dibumi ini. Dada Syasya yang sesak, dia coba salurkan pada pelukannya ini. Mbok Suti yang masih bingung, hanya bisa mengusap punggung Syasya dengan penuh kasih sayang.

"Sya mau nginep hotel. Sya butuh waktu sendiri" hanya itu kalimat yang didapat mbok Suti. Kemudian dia menyiapkan semua keperluan Syasya kedalam sebuah koper, agar mudah dibawa oleh nonanya yang tengah hamil itu.

"Mba Sya"

"Ya mbok?"

"Mas Rafa tau?"

Syasya menunduk, air matanya tak sanggup dia tahan lagi. Syasya menggeleng.

"Nanti mbok boleh kasih tau?" Mbok Suti mendekat, duduk disebelah Syasya yang masih mengusap air matanya.

Siluet Jingga di Langit Jelita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang