Part 7 - Gemini

779 108 15
                                    

Badai dan hujan pernah singgah
Tapi mentari tak pernah lupa untuk kembali
Seperti hari
Sore tak pernah menghianati pagi
Senja selalu ada mendampingi fajar

-JSP-

🌸

Rafa khawatir setengah mati. Semenjak pagi, Syasya belum bisa makan sama sekali. Muntahnya bertambah parah.

Wajahnya pucat pasi. Tidak tega Rafa menatap kekasih hatinya dalam kondisi seperti ini.

Rafa mengelus lembut perut Syasya yang mulai sedikit membesar.

"Anak ayah" ucapnya lirih. "Kasih ijin ibu makan dikit ya? Kasian tu, ibu yang cantik jadi lesu" Rafa mengakhiri pembicaraan dengan perut Syasya itu dengan sebuah kecupan lembut.

Syasya sendiri tampaknya tak mengindahkan interaksi itu. Syasya masih saja merasa sangat mual, morning sick yang agak berkepanjangan. Ditambah tubuhnya merasa sangat kelelahan. Padahal kemarin dia hanya bersantai saja dirumah dan sedikit merapikan kamarnya.

Mbok Suti mengetuk pintu kamar, setelah dipersilahkan masuk, mbok Suti segera memberikan nasi dengan lauk kesukaan Syasya kepada Rafa. Rafa akan mencoba sekali lagi untuk bisa membuat istrinya ini makan.

"Yaang, coba makan lagi ya" bujuk Rafa.

Syasya menggeleng lemah. Mualnya masih sangat menganggu.

Rafa menarik nafasnya, berpandangan dengan mbok Suti. Keduanya sudah sangat prihatin dengan kondisi Syasya hari ini.

"Mbok jagain bentar. Saya telepon keluar sebentar" pesan Rafa.

Mbok Suti menurut, dia kemudian memijit pelan kaki Syasya.

"Mbaaak makan dikit yaaaa" pinta mbok Suti dengan halus. Lagi-lagi Syasya hanya menggeleng.

Mbok Sutipun pasrah dan memilih hanya memijat Syasya sambil menunggu Rafa kembali.

🌸🌸

Rafa mengendarai mobilnya dengan perasaan kalang kabut. Jika biasanya dalam kondisi seperti ini dia akan ngebut parah, tapi kali ini karena dia membawa Syasya, akhirnya dia hanya bisa memendam kegelisahannya dalam hati.

Rafa menyetir sendiri didepan. Sedang Syasya duduk dibelakang dengan mbok Suti. Tiba-tiba tadi setelah siang berhasil sedikit makan, sore ini tiba-tiba Syasya mimisan. Hal kecil memang, tapi bagi Rafa itu suatu hal yang mengkhawatirkan. Dia tidak ingin apapun terjadi pada istri dan bayinya.

Rafapun sudah menelepon Ella dan Adam. Keduanya akan menyusul segera ke rumah sakit.

Begitu sampai dirumah sakit, ternyata antrian dokter Luna belum sampai pada giliran mereka. Rafa hanya bisa mempererat genggaman tangannya pada Syasya. Mbok Suti juga menjadi ikut tidak tenang melihat tingkah Rafa dan juga kondisi Syasya yang makin pucat.

"Nyonya Jingga Arrafa" setelah 10 menit menunggu akhirnya panggilan itu terdengar juga. Rafa langsung memapah Syasya menuju ruang pemeriksaan. Mbok Suti dengan setia menunggu di depan ruang tunggu.

Rafa semakin menjadi tegang begitu mendapati ekspresi dokter Luna yang tidak biasa. Dua kali ikut pemeriksaan dengan dokter itu, biasanya dia akan cukup aktif menceritakan perkembangan kehamilan Syasya. Namun beda dengan hari ini.

Siluet Jingga di Langit Jelita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang