Part 6 - Hard Step

932 109 13
                                    

Tidak semua hal bisa dimiliki disaat yang sama
Pasti akan ada kerelaan untuk melepas
Tenang, hanya butuh keluasan hati
Kamu pasti bisa
Aku disini
Cuma buat kamu

-JAA-

💓

Di minggu ke 5 kehamilannya Syasya mulai merasakan hal baru lagi. Jika biasanya dia makan tanpa problem, kini seringnya makanan yang dia makan akan dia muntahkan kembali. Syasya bahkan sekarang sangat membenci beberapa bau makanan karena sangat mudah untuk membuatnya mual.

Tantangan semakin berat karena kini perkulihan pertengahan semester sudah dimulai. Syasya sering kali menjalani kuliahnya dengan energi yang sangat minim. Syasya menjadi orang yang sangat irit bicara, termasuk saat perkuliahan. Syasya tak punya energi lagi untuk bertanya ataupun berdiskusi tentang mata kuliahnya.

"Sya..lo pucet banget" reaksi Raya, teman sekelas Syasya, saat melihat wajah Syasya keluar dari kelas pertamanya pagi ini.

"Tau nih Ya, mual banget gw" Syasya mengambil duduk di dudukan yang banyak terdapat di depan kelas.

"Lo dah makan? Mau muntah? Duh lo mau apa Sya?" Gelisah Raya yang baru kali ini berhadapan dengan seorang ibu hamil.

Syasya tersenyum tipis melihat tingkah Raya, sejauh ini selama kuliah Syasya paling dekat dengan Raya memang.

"Gw boleh minta dibeliin teh anget Ya" pinta Syasya.

Tanpa banyak cerewet Raya buru-buru melesat ke kantin.

Sambil menunggu Syasya mengambil handphonenya dan mengetik sesuatu disana. Kemudian Syasya kembali menyamankan duduknya, dan mencoba memejamkan matanya, berharap mualnya bisa sedikit berkurang.

"Heei. Lo ga pingsan kan?" Sebuah suara membuat Syasya terpaksa membuka matanya. Syasya hanya menggeleng, dia tidak punya energi sama sekali untuk hanya sekedar menjawabnya.

"Ni Sya minum dulu" Raya datang dan segera menyodorkan teh angetnya.

"Temen lo kenapa? Gw Rendra, by the way" cowok itu ikut duduk di sebelah Raya.

"Mual!" Ketus Raya yang masih panik, tidak peduli se good looking apa  Rendra.

"Lo mau pulang aja Sya?" Ucap Raya lagi kali ini nadanya lembut.

Syasya mengangguk.

"Ya udah kalian aku anter aja" Rendra menjawab. Raya melirik tajam mendengar tawaran Rendra, Raya merasa terganggu dengan keberadaan Rendra sekarang, Raya sedang panik dan kehadiran orang lain itu tidak membantu.

"Ga usah, suami gw bentar lagi datang" Syasya akhirnya menjawab dengan lirih.

Spontan Rendra melongo dengan jawaban Syasya.

"Makanya kalo bantu orang yang tulus! Giliran dah istri orang melonggo kan lo!" Komen Raya telak.

Rendra makin melongo dengan reaksi Raya.

Galak juga ni cewek. Belum juga kenalan udah kena sentak. Nasib!!!

Belum lagi Rendra menjawab Raya, perhatian mereka teralihkan oleh langkah seseorang yang menuju kearah mereka dengan berlari.

Siluet Jingga di Langit Jelita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang