#AKU_BUKAN_MADUMU
#PART_5
"Mas, cinta itu datangnya dari hati bukan dari mata, yang dari mata itu hanya nafsu sedang yang langsung tembus ke hati itu datangnya dari Allah. Jika saja mas tahu, bahwa cinta ke Wulan adalah cinta yang langsung tembus ke hati. Apa mas mau memilih Wulan, apa mas mau meninggalkan Agni? Ah bodoh! Aku bukan madumu mas, aku juga bukan wanita yang pintar merebut kekasih orang. Mas pergi saja," gumamku pedih di hati.
===="Dek, Wulan ...," panggil Mas Aryan dengan wajah yang begitu datar. Seketika senyumanku memudar dan mas Aslan pun terdiam. Aku bangkit kemudian memenuhi panggilannya. Biar bagaimana pun Mas Aryan adalah suamiku yang harus kuhormati, meski ia tak menganggapku. Aku Berjalan mengekor di belakangnya, hingga aku masuk ke dalam kamar bersamanya. Mas Aryan, kalut. Mondar-mandir tak jelas, membuat hatiku gundah.
"Mas, lapar ya?"
Dia menggeleng.
"Mas ... mau kopi?"
Dia menggeleng lagi dan semakin terlihat kalut tanpa membuka suara.
"Mas ... mau apa? Kalo tak ada Wulan keluar."
"Sini!" Dia menarik lenganku dan kemudian kini kami saling berhadapan, kedua siku ia rengkuh. Degup jantungku seperti genderang perang, sorot mata itu begitu tajam menatap.
"Mas ... mau apa?" lirihku ketakutan, tapi ini bukan rasa takut. Ini rasa cinta yang lagi-lagi mendesir bagai ombak, rasa cinta yang sebelumnya sudah susah payah kuhapus kini kembali lagi ke permukaan. Rasa cinta yang besarnya sama dengan rasa cinta pada diri sendiri, mata Mas Aryan terus menatapku dan wajahku kini pasti memerah seperti yang sudah-sudah. Hingga kemudian ia menghela napas.
"Mas ... mau pergi ke Mba Agni? Pergi saja Mas!" ucapku seraya melengos, dan kemudian ia seperti orang bodoh yang perlahan melepas pegangannya. Mungkin ia lupa siapa istrinya, aku juga istrinya, tapi aku bukan madunya. Sampai kapanpun, aku belum siap untuk menjadi madu. Menjadi luka di hidup orang lain itu sungguh tak mudah. Jika aku yang harus dimadu, aku masih bisa berpikir. Tapi ini ... luka mba Agni pasti lebih parah dariku. Atau kita seimbang.
"Wulan ... mas tidak suka kamu dekat-dekat dengan Aslan."
"Kenapa?"
Ya Allah ... cemburukah dia? Apa ada rasa cinta untuk Wulan meski sedikit? Mas Aryan diam, mengusap kepalanya.
"Mas tidak suka! Wulan, mungkin mas setuju untuk tidak menyentuhmu. Tapi kamu harus ingat dan paham. Mas ini tetap suami Wulan, yang harus Wulan taati dan hargai. Wulan bisa tersenyum dengan Mas Aslan kenapa dengan Mas nggak bisa?"
Aku tercengang, "bagaimana senyuman ini bisa mengembang, untuk seseorang yang sudah membuat luka di hati."
"Mas Aryan minta maaf, Lan ... tapi melihat Wulan cemberut terus, Mas tersiksa."
"Terus! Mas, mau Wulan seperti apa?!"
"Seperti kita dulu ... adik dan kakak, tapi kita tak ada batas. Bermain monopoli, belajar, tertawa bersama."
Hatiku sakit, dia tak paham. Aku mendengkus, betapa egoisnya Mas Aryan, tak tahukah dia aku meringis sakit. Kuhentakkan tangan, kemudian menoleh dan lagi-lagi, tubuhku membeku, terpatri, kupejamkan mata ketika tangan itu melingkar di perutku. Mas Aryan memeluk tubuhku dari belakang, dan aku tak mampu berkutik.
"Mas mohon Lan, apa kata orang kalo istri Mas hanya bisa tersenyum untuk lelaki lain?"
Kupejamkan mata, menangis. Mas aryan jahat! Hanya peduli dengan pikiran orang tanpa peduli apa yang kurasakan. Perlahan kulepaskan tangan yang melingkar di perut. Kemudian pergi meninggalkannya di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Madumu
RomanceWulan terjebak oleh rencana Aryan dan Agni. Pernikahan yang sejatinya mimpi indah seketika hanyalah sebuah mimpi buruk baginya. Aryan yang tak pernah mencintai Wulan, kini terperangkap akan sebuah dilema besar. Dilema kisah rasa yang mencabik-cabik...