PART 12

12.2K 474 18
                                    

#AKU_BUKAN_MADUMU
#PART_12

Rasa ini terbang seperti pucuk dandelion yang terbawa angin dan takkan mungkin kembali disatukan. Perlahan cintaku memudar, terampas secara paksa oleh cara mereka yang keji. Tak sadarkah mereka bahwa aku terluka?Aku tersakiti? Tak taukah mereka jika doaku bisa menjadi kutukan untuk mereka.
===
Aku terdiam meneteskan air mata, semilir angin menerbangkan hijab juga air mataku yang sejak tadi tak henti. Ku tarik napas panjang, kemudian kembali teringat dengan persekongkolan Agni dan Mas Aryan yang sengaja menempatkanku di posisi sulit ini. Aku ikhlas membantunya, aku senang membantunya tapi ini sakit sekali. Aku terkhianati, begitu sakit karena yang melakukan adalah orang yang mengaku paling mengenalku, begitu perih karena ini Mas Aryan lelaki yang begitu kucinta dan nyatanya hanya memanfaatkanku. Sakit. Pedih hingga tercipta lubang yang begitu dalam, sangat dalam di sukma. Rasa ini terbang seperti pucuk dandelion yang terbawa angin dan takkan mungkin kembali disatukan. Perlahan cintaku memudar, terampas secara paksa oleh cara mereka yang keji. Tak sadarkah mereka bahwa aku terluka?Aku tersakiti? Tak taukah mereka jika doaku bisa menjadi kutukan untuk mereka.

Bibirku basah, terus menerus menekan sabar dengan dzikir meski tak sejalan dengan rutukkan hati yang ingin mengucap sumpah untuk mereka. Tapi, anganku tak sanggup, tak sampai sana karena aku tak sekeji mereka. Jadi biar, cukup kulepas rasa ini saja dan esok aku bisa tersenyum cerah. Tiada lagi Aryan atau Agni yang memberikan luka.

“Nduk, Mas Aslan datang lagi.” Suara Bulek, menghancurkan hening dalam sekejap. Aku menghela, Mas Aslan, lelaki itu sepertinya takkan pernah menyerah. Ini adalah ketiga kalinya ia datang sejak tiga hari aku di tempat Bulek, dan tak satupun ada yang mengetahui keberadaanku kecuali dia. Lelaki berkulit sawo matang dengan rambut yang begitu panjang. Dia. Yang katanya mencintaiku tak seperti kakaknya, dia yang selalu mencoba membuatku tersenyum. Aku tak pernah berharap dengannya, dan sekarang pun sama. Aku ingin pergi meninggalkan mereka, membuang jauh bayangan Mas Aryan dan semua tentangnya.

“Temuin dulu, Nduk. Kasihan ….” Aku mengangguk, kemudian keluar melihat punggung lelaki yang dulu begitu dekat denganku, tapi aku. Tak punya rasa untuknya. Sebuah gitar di sampingnya, ia bersandar di pilar rumah seraya memandang hamparan rerumputan. Rambutnya tak beraturan terbang tertiup angin.

“Mas Aslan, ada perlu apa dengan Wulan?” tanyaku membuatnya berbalik dan begitu saja kulihat senyumnya merekah.

“Lan …,” ucapnya bangkit.

“Mas, datang mau menghibur Wulan.”

“Wulan tak ingin diganggu mas.”

“Lan, Mas sudah tau semua, semua yang dilakukan Aryan sama kamu.”

Aku menoleh, tak ingin rasanya membicarakan Mas Aryan.

“Mas … maaf, Wulan sedang ingin sendiri.”

“Lan, Mas mohon. Kamu marah dengan Aryan apa harus juga marah dengan Mas? Lan jika Mas tahu semua kelakuan Aryan, Mas sudah lama memberinya pelajaran.”

“Maksud Mas Aslan apa?”

“Aryan pantas mendapatkan pelajaran Lan, dia pantas menerima hukuman.”

“Sesakit apapun Wulan, wulan tak pernah berdoa hal buruk untuknya. Allah maha tau, biar Allah yang memutuskan. Mas Aslan, Wulan mohon, pulang lah,” kataku seraya berbalik.

“Besok Mas akan datang lagi Lan, terus dan seterusnya. Wulan, seharusnya kamu menikah dengan Mas. Bukan Aryan! Aryan tak pernah peduli denganmu Lan!” katanya ketus, dan hatiku datar tak ada getaran. Aku menunduk, membayangkan jika, jika dan jika. Tapi tetap tiada ritme yang bermain di anganku saat membayangkan Mas Aslan. Jiwa dan hatiku dulu telah terpatri dengan Mas Aryan dan luka yang mendalam pun kini juga dibuat olehnya. Lalu sejenak aku berpikir, bahwa rasa cinta itu tak indah, menyakitkan dan pedih. Jadi biarkan selamanya hati ini kosong. Tak menghiraukannya aku masuk ke dalam. Air mataku sudah kering, aku butuh ketenangan. Sedang Mas Aslan, kutahu hatimu terluka, tapi apa dirimu pantas menabur benih di hati yang sedang terluka?

Aku Bukan MadumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang