0.04

745 44 0
                                    

Sekarang Jaemin dan Jeno sedang berjalan menuju apartemen milik calon istri. Ini gara-gara permainan tadi yang berujung Jaemin tidak bisa menolak tawaran Jeno. Gara-gara ibu-ibu tadi juga yang bilang "Udah dik, kasi aja suaminya bawa belanjaannya."

"Ma."

"Mama."

"Kok diem aja sih, Ma?"

"Ish jijik tau ga! Mama mama. Lo pikir gue istri lo!" bentak Jaemin yang meninggalkan Jeno beberapa langkah di belakang.

"Tadi yang mulai manggil papa duluan siapa." Ejek Jeno.

"G-ga usa diinget yang itu!"

"Ya udah tapi satu syarat." Jeno berhenti. Sedang Jaemin masih berjalan. Sadar seperti tak ada langkah kaki lain yang menemaninya, ia berbalik dan melihat Jeno yang sedang berdiri di tengah trotoar. Jaemin menghentakkan kakinya menuju Jeno.

"Buruan! Adek gue pingsan ga makan nanti!" perintah Jaemin.

"Sabar dikit kenapa Ma. Papa capek tau."

"Percuma badan berotot tapi bantuin Mama aja capek." Tanpa sadar Jaemin mengucapkan itu.

Jeno menyunggingkan senyumannya.

"Nah gitu dong. Ayo jalan Mah!" Jeno kembali mengambil tas belanjaan di tanah lalu berjalan semangat.

Jaemin memukul punggungnya lumayan keras membuat Jeno mengaduh.

"Jangan manggil gitu!"

"Aduh! Aduh! Stop!"

"Pokoknya gue ga mau lagi!"

"Nama sama nomor hp lo." Ucap Jeno buat Jaemin tidak mengerti.

"Buat apa?"

"Syarat biar gue ga manggil lo gitu lagi."

Pinter banget ngalusnya yah ni bocah gede. Pikir Jaemin.

"Nih. Inget nama gue baik-baik. Na Jaemin."

Jeno mengangguk. Senyumnya lebar menandakan kemenangan. Jaemin? Ia memutar bola matanya dan mendorong punggung Jeno supaya lebih cepat berjalan.

Fluff (NOMIN)Where stories live. Discover now