"Yoon-" Jiae tercekik oleh suaranya sendiri. Matanya basah, begitu juga dengan pelipisnya yang sudah mengeluarkan butiran keringat dingin. Ia hampir menabrak dasbor mobil ketika tersentak bangun.
Cahaya dari lampu belakang mobil di depannya membuat Jiae seketika mengernyit. Pun dengan suara klakson dari mobil di samping yang berhasil tersalip cepat. Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi.
Jiae menoleh ke samping, siap mengomel jika ia melihat Hoseok menyetir. Namun yang Jiae dapati adalah tampak samping seorang laki-laki berpakaian serba hitam yang sedang mengunyah permen karet. Sebuah topi hitam menutupi kepalanya. Jiae menoleh ke belakang, menemukan Hoseok yang sudah tertidur pulas bersama Mijoo di pangkuannya.
"Ah, driver," pikir Jiae dalam hati. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya yang sakit. Mimpinya selalu terasa nyata. Jiae mengerjap, masih membiarkan air mata jatuh, lalu cepat-cepat mengusapnya.
"Pelankan mobilnya. Kau dibayar untuk mengantarkan kami ke rumah dengan selamat," ucap Jiae.
Lantas Jiae menyandarkan punggungnya kembali ke sofa mobil. Kepalanya masih berdenyut, sehingga Jiae memutuskan untuk menempelkannya ke jendela. Sambil memandangi toko-toko yang tertinggal di belakang oleh laju mobil yang melambat, Jiae juga berusaha meninggalkan memori yang setia melekat.
Sudah lima tahun lebih dan Min Yoongi masih hidup dalam hatinya.
Jiae memijit pelan pelipisnya, berharap sakitnya perlahan menghilang. Ia kembali gagal memejamkan mata ketika melihat sebuah toko kue bernama Candy Jelly Love di sebrang jalan.
Tempat kencan pertamanya.
Ketika itu Jiae tidak tahu bahwa mereka akan 'berkencan'. Yoongi ingin meminjam notes kuliah Jiae selepas laki-laki itu sakit dua hari.
Jiae datang ke sana dengan hati yang bertalu-talu, lantas menemukan Yoongi sedang merapal kalimat yang sukses membuat Jiae menjadi milik laki-laki itu hingga saat ini. "Yoo Jiae, aku menyukaimu. Jadi pacarku, ya? Ehm, tidak... Mau kah kamu jadi pacarku? "
"Cepatkan mobilnya!" pekik Jiae.
"Ha?"
"Aku bilang cepetin mobilnya! Kau pelan banget, tahu!"
Jiae bisa mendengar decak kekesalan dari laki-laki itu. Spontan Jiae menoleh, siap menegur sikap buruk driver tersebut ketika injakan gasnya membuat tubuh Jiae tertarik ke belakang. Rover Ranger Hoseok berderu kencang, dengan liar berhasil menyalip mobil-mobil lain di sepanjang jalan. Jiae hanya mengatupkan bibir rapat-rapat, berharap ia bisa sampai di rumah dengan cepat dalam keadaan tak kekurangan apapun.
Emosi Jiae kembali meninggi mendapati pengemudinya terus melaju kencang ketika lampu lalu lintas di perempatan depan sudah berubah menjadi kuning. Alih-alih menginjak rem, laki-laki itu kembali menaikkan gigi, membanting setir dengan cepat untuk mengambil belokan ke kanan. Tubuh Jiae terdorong ke samping dan membentur pintu.
"YA! Bisa nyetir ga sih?!" teriak Jiae kesal. Baru pertama kali ini Jiae mendapat supir panggilan yang urakan. Kekesalannya semakin menjadi-jadi ketika laki-laki itu membalas tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan di depan.
"Gue cuma ngikutin apa yang lo minta."
Jiae sudah siap membalas lagi ketika mobilnya memasuki gerbang kompleks perumahan Amaris. Jendela mobilnya diturunkan, lalu seorang satpam menyapanya dari luar. Sebuah prosedur umum yang harus dilakukan penjaga keamanan untuk setiap kendaraan yang keluar masuk perumahannya, salah satu perumahan yang ditinggali 1% kaum elit Korea Selatan.
Setelah mobilnya kembali melaju, laki-laki itu bertanya, "Rumah lo yang mana?"
"Ikutin aja kata maps, sih," cibir Jiae sinis.
"Amaris Complex dan Grand Grails. Gue cuma dikasih tau itu sama Hoseok."
Jiae mendengus kesal. Ia melirik ke belakang, Hoseok masih tertidur, semakin nyenyak bahkan dengan mulut yang menganga.
"Lurus terus sampe pojok, ambil kanan."
Lalu hening sampai mobil berbelok. Jiae membuka seat beltnya. "Berhenti di bangku depan itu aja," ucapnya.
Jiae terlampau illfeel dengan si pengemudi. Sebagai putri pemilik saham terbesar stasiun TV nasional YNews, Jiae sudah terlatih untuk tidak memberitahu banyak informasi pada orang yang baru ia kenal, apalagi yang berhasil membuatnya mengernyit kesal.
Orang yang dimaksud pun hanya diam, lantas menghentikan mobil di depan bangku yang ditunjuk Jiae. "Hoseok bilang ada barang lo di belakang."
"Biarin aja." Jiae membuka pintu, terlalu malas berlama-lama di satu tempat sempit bersama orang asing yang berperilaku kurang ajar.
"Lain kali yang sopan dikit ya jadi driver. Lo emang keliatan seumuran sama kita, tapi tetep aja dijaga sikapnya," ucap Jiae sebelum benar-benar turun.
Setelah Jiae membanting pintu mobil, Range Rover itu langsung mundur dan memutar arah.
Jiae mendengus pendek. Malam yang menyebalkan. Seakan ia tidak diizinkan tenang barang sedetik saja.
Tentunya bukan hanya malam itu yang akan berakhir mengesalkan.
--------author's note:
haloooo, iya aku selalu berusaha kembali so here i am. but yeah ngedatengin story baru alih-alih nyelesein yg lama. will always try to continue the old ones 😭💜💜untuk series ini... personally menurutku ini alurnya ga secepet series-series aku yg lain. yhaa semoga suka dan menikmati yha 🙈
much luvs 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
What She Wants || yja x myg (slow update)
FanfictionWhat Jiae wants, Jiae gets. Except Yoongi.