part 4

237 45 7
                                    

"Ugh, sakit!" Jiae meringis, telapaknya terasa terbakar kendati tanah yang bergesekan dengan tangannya basah oleh gerimis hujan. Ia menoleh, lalu berdecak marah melihat wajah itu lagi.

"Maaf, saya bur-"

"Si Driver kemarenan! Punya mata ga sih lo?!"

"Ugh, elo."

"What? 'Ugh, elo'? Gue tau ga sih yang berhak kesel ngeliat muka lo lagi!" pekik Jiae. Tangan Si Driver yang tadi sudah terulur untuk membantunya bangun kini sudah tak lagi ada untuk membantunya. Well, bukan berarti Jiae mengharapkan bantuan untuk bangun juga, sih!

Jiae segera berdiri. Api rasanya sudah keluar dari pori ubun-ubun. "Punya mata ga? Gue bahkan ga nongol dari pintu tiba-tiba gitu loh."

"Kalo ga punya gue ga bakal kesel ngeliat cewe yang lagi marah-marah," dengus laki-laki itu sambil kembali menggunakan masker hitamnya.

"Kalo ga punya gue ga bakal kesel ngeliat cewe yang lagi marah-marah," dengus laki-laki itu sambil kembali menggunakan masker hitamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dih!" Jiae melipat tangan di depan dada, pose siap tempurnya.

"Ugh, sorry, okay? Gue lagi buru-buru." Laki-laki itu merogoh saku celananya, lalu mengulurkan sebuah kain warna hitam.

"Apa?"

"Tsk, lama," Si Driver menarik tangan Jiae, lalu meletakkan sapu tangan di atasnya. "Sorry," ucapnya, lalu kembali berlari melewati Jiae yang seketika kehabisan kata-kata dengan sikap laki-laki itu.

Setelah menggeram kesal melihat punggung laki-laki itu semakin menghilang, Jiae akhirnya menarik napas panjang-panjang, menahannya beberapa detik, lalu menghelanya perlahan. Sepertinya ia sedang sial akhir-akhir ini.

Jiae melirik sapu tangan hitam pemberian Si Driver. Hitam lagi. Bahkan pakaian laki-laki itu tadi juga serba hitam. Daripada kesal tak berujung, Jiae memutuskan untuk menggunakan sapu tangan itu untuk membersihkan tangan dan mantelnya yang kotor terkena air tanah.

Setelah selesai, Jiae sempat berpikir untuk membuang sapu tangan itu ke tong sampah. Toh kecil kemungkinan baginya untuk bertemu lagi dengan Si Driver. Pun Jiae tidak ingin juga bertemu lagi dengan laki-laki tidak sopan itu.

Akan tetapi sebuah sulaman di ujung sapu tangan membuat Jiae berhenti. Bahkan jantungnya pun entah kenapa sempat berhenti satu ketukan.

.AGUST D.

Jiae terdiam. Di mana ia pernah melihat nama itu?

"Jiae?! Ngapain lo di luar? Kaget gue tiba-tiba lo ngilang." Itu suara Kihyun tepat dari depan pintu Tiffany & Co.

"Aw, khawatir banget suaranya?" goda Jiae kendati tahu bahwa Kihyun memang pribadi yang mudah khawatir. Terlebih ketika Jiae memang pernah 'hilang' di masa lalu.

"Khawatir palamu, kunci mobil gue kan di lo. Sini masuk, kena gerimis itu nanti lo flu," cecar Kihyun menarik tangan Jiae. Kihyun memang sangat manis ketika menutupi sikap perhatiannya.

"Kok mantel lo kotor, Ji?"

"Ketabrak orang tadi," jawab Jiae datar.

"Lah? Trus orangnya mana? Punya mata ga sih dia?"

Jiae mengangguk-angguk. Mereka memang anak kembar, ya. Responnya tidak jauh berbeda.

"Lagi buru-buru dia. Orangnya udah minta maaf kok. Ini dia ngasih sapu tangan buat gue," ucap Jiae, paham betul bahwa Kihyun sudah tidak seharusnya terus menerus terbebani oleh masalah hidup Jiae.

"Well, okay. Lo gapapa?"

"Safe and sound, Sir!" balas Jiae mantap. "Eh tapi, lo pernah denger August D?"

Kihyun kembali mengangguk pada pegawai Tiffany & Co. yang sudah selesai membungkus pesanannya. "Bulan Agustus?"

"Ah... iya? Mirip sih," Jiae menggumam. "D-nya apaan?"

"Dick?"

"Ish! Language!" Jiae spontan mencubit lengan Kihyun. "Udah mau nikah juga mulutnya masih aja comberan."

"Ee, sakit! Yaudah apaan sih elo. Tadi minta diajak ke sini katanya mau bantuin milih," komplain laki-laki itu.

"Udah kan tadi gue bantuin? Emang akhirnya beli yang mana?" tanya Jiae.

"Yang lo pilih sih," balas Kihyun, manyun sedikit membalas senyum lebar penuh kemenangan dari Jiae. "Sayang banget kan gue sama lo? Semua yang lo mau gue lakuin," tutupnya.

Jiae tertawa pelan, melingkarkan lengan di milik Kihyun. "Eoh, gue juga sayang banget sama lo. Please lakuin semua yang gue mau seenggaknya sampe lo resmi nikah, yes?"

Kihyun menoleh, menggigit bibirnya. Keduanya akan melakukan hal itu ketika sedang bingung berkata-kata, pun ketika sedang menahan perasaan tidak enak di dalam dada. "Lo tetep bakal jadi prioritas gue, paham? Mungkin bukan yang pertama, tapi tetep prioritas, okay?"

"Uwu, macam bangku prioritas di kereta gitu, ya?" goda Jiae sambil tertawa. Ia bersyukur dengan hidupnya saat ini. Harus.

"Yaudah ah, Baskin kuy?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaudah ah, Baskin kuy?"

Belum sempat Jiae membalas tawaran menarik dari Kihyun, ponsel keduanya berbunyi dan menampilkan pesan dari orang yang sama, Si Bungsu. "Noona, Hyung, tolong aku."

---

azel's note:

iya gitu...



What She Wants || yja x myg (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang