What she wants, she gets. Hoseok menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk berhasil membawa Suga keluar apartemen dan bergabung dengan Jiae dan Mijoo di sebuah klub malam.
"Tsk, lo ga bilang ada dua orang ini juga," dumal Suga.
"Lo ga tanya kali," ejek Jiae, meneguk anggur dari gelasnya yang kedua.
"Udah udah ah. Minum minum. Malam minggu gini jangan pada kaku gitu. Oh, Wine nice banget btw, ini release lo yang paling apa ya, sadly sexy?" kekeh Mijoo.
"Ah, thanks." Suga mengambil gelas dari tangan Mijoo, "Kadang lo harus keluar dari zona nyaman. Or that's what people said, right," dengus Suga kepada Hoseok, si 'people' yang ia maksud.
"Gue penasaran keluar dari zona nyaman lo itu termasuk ke ngelirik real music atau cuma ke semua musik yang sesuai preferensi lo doang, generic."
Suga menyipit. "Sekarang 2020, lo paham ga ya kalo musik udah bukan cuma tentang instrumen konvensional?" balas Suga. "Like, musical instrument is something that is used to create music. Synthesizers do exactly that."
"Yap. Dan makanya ga ada yang salah pas gue bilang musikalitas lo cuma seputar musik 'kekinian' doang kan?" Jiae menyunggingkan senyum seringai mendapati sorotan tajam Suga.
"Hadu, hadu, hadu, pusing kepala adik ini ngedengerin kalian adu sambat yang adik ga paham. Udah deh mendingan kita goyang di bawah."
"No thanks," tolak Suga. Bisa masuk ke tempat seberisik dan sepenuh ini saja sudah membuatnya lelah bukan main, apalagi harus ikut berdansa dengan lautan orang dan keringat di bawah sana. Ia tidak ingin buang-buang tenaga dengan melakukan hal yang tidak ia sukai kendati berduaan dengan Yoo Jiae juga sama-sama jauh dari definisi menyenangkan.
Sedangkan Jiae tidak akan menyerah untuk mencapai tujuannya. Kerap kali Jiae menempelkan telinga di pintu Chanhee, mencari tahu apakah adiknya itu sudah kembali mendapatkan semangatnya bermain gitar. Hasilnya nihil. Jiae pun sudah melakukan konfirmasi kepada Manager Lee. Dengan masa kontrak Chanhee yang tinggal hitungan minggu, agensi hanya memberikan penawaran perpanjangan kontrak hanya untuk aktivitas dan fasilitas sebagai seorang aktor.
Jiae paham betul bahwa Chanhee adalah gitarnya. Dan apa yang paling dibutuhkan laki-laki itu bukanlah dukungan semangat toksik semacam 'setidaknya orang-orang menyukai aktingmu, Chanhee-ah," melainkan dukungan semangat dengan aksi sungguhan untuk membuat laki-laki itu bangkit dalam bermain musik.
Hoseok dan Mijoo sudah meninggalkan keduanya dalam pikiran masing-masing.
Jiae mengambil gelasnya yang ketiga. "Did you even bother to hear his songs?"
Suga enggan membalas pada awalnya, lantas mengambil gelasnya yang kedua. "I kinda did."
Jawaban itu membuat hati Jiae sedikit berharap. "So?"
Di sela tegukannya, Suga melirik ekspresi Jiae yang berubah lunak. "So what?"
"I mean, apa yang kau pikirkan? Chanhee mengeluarkan 6 lagu dan setengahnya full Chanhee yang buat, dari lirik, melodi, sampai proses rekaman. Kau tidak berpikir bahwa Chanhee hanya sekedar pretty face yang dipaksa bernyanyi untuk memikat gadis-gadis seumurannya, kan?"
Well, Suga memutar bola mata. Itu anggapannya terhadap seorang idol yang tidak bisa bernyanyi dan tidak mengerti musik. "Not really. He could be and do better."
"Right?" Suga mendapati perubahan ekspresi lagi di wajah gadis Yoo. Ini pertama kalinya Jiae tidak melotot penuh amarah padanya. "Aku tahu Chanhee paling 'Chanhee' ketika ia bermain gitar. Kau tahu maksudku, kan?"
Suga hanya mengangguk pelan.
"Apa kau punya penilaian untuk lagu-lagunya? Atau saran sebagai sesama musisi? Aku tahu permintaan untuk kolaborasi, menjadi produser, memberinya lagu, menjadi mentornya memang terdengar absurd dan tiba-tiba dan well, berlebihan." Jiae memutar bola mata, lalu menghela napas. "Maaf membuatmu tidak nyaman dengan itu semua."
Suga membutuhkan waktu satu menit lebih untuk menelaah dan menimbang apakah gadis Yoo itu sudah mabuk hingga bisa mengutarakan permintaan maaf dan berkata sopan, atau ada maksud lain di belakang sikap itu.
"Apa?" Jiae membalas tatapan Suga. "Kau pasti menganggapku aneh atau sudah mabuk karena tidak berteriak kepadamu ya?"
Kalimat itu hanya dijawab dengan keheningan, meskipun lagu Steve Aoki melantun keras dari speaker di penjuru ruangan.
"Aku.. aku kenal seseorang." Jiae kembali membuka suara. Kali ini ia merasa ia memang sudah mulai mabuk. Sulit untuk membendung perasaan rindu akan sosok Chanhee yang ceria dan percaya diri terhadap musiknya, pun sosok Min Yoongi.
"Dia sangat 'dia' ketika berlari di lapangan sepak bola. Pelajarannya anjlok semua, padahal kalo dia belajar, dia mudah sekali paham dan hapal semua materi. Tapi memang, dia yang sedang bermain bola itu yang paling keren. Dan ketidakpeduliannya akan hal-hal yang memang tidak penting baginya itu membuatnya semakin mengagumkan."
"Hm, like he doesn't give any fuck?"
"Ya. He did not." Dorongan untuk meneteskan air mata membuat Jiae menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia membuka ponselnya, membuka ruang pesan dengan 93minyoongi dan terperanjat mendapati pesannya sudah terbaca. 93minyoongi online dua jam yang lalu.
"Hacker Bedebah!"
Suga mengernyit lagi mendapati Jiae sudah kembali melotot dan mengumpat. "Selamat datang kembali, Yoo Jiae," komentar Suga pelan dalam tegukannya di gelas ketiga.
Jiae sedang membuat pesan kepada 93minyoongi ketika Hoseok datang ke meja dengan tergesa-gesa. Wajahnya berkeringat dan pucat. Ia mengambil kunci mobil, "Eoh, itu, hm, Mijoo pingsan."
---
author note: HALO! akan kuubah statusnya dari hold menjadi slow update :"D
fun fact yang semoga bener-bener fun, What She Wants ini udah aku buat sampai part 29 :) tapi karena aku ngerasa ada yg miss buat ngelanjutin ceritanya + terdistrak hal pesonal dan hal-hal lainnya, jadilah aku sempet ngehold ini huhu. sebagai balasannya aku akan coba double update hari ini eheheh
terima kasih buat semua yang sudah baca, menunggu, dan mampir ke kolom komentar untuk mengapresiasi xD
KAMU SEDANG MEMBACA
What She Wants || yja x myg (slow update)
FanficWhat Jiae wants, Jiae gets. Except Yoongi.