KITA

11 1 0
                                    

Satu hari setelah kepergian Alam ke Amerika, Rayen tidak lupa dengan janji nya pada Andien akan segera melamar nya tepat hari ini. Ia telah menyiapkan segalanya dari mulai cincin tunangan, seserahan kepada keluarga perempuan, termasuk keberanian nya saat ini. Pagi ini pukul 05.00 WIB. Dirumah Rayen penuh dengan makanan, dan kerabat yang membantu untuk menyiapkan keperluan acara.

Saat ini, sedari tadi senyum milik Andien tidak luntur karna dia tau bahwa Rayen akan datang melamar nya pukul 10.00 nanti. Ia kini sudah mandi tetapi masih dengan kaos oblong nya. Andien berniat keluar kamar ingin mengingatkan pada orang rumah bahwa hari ini adalah hari lamaran nya.

"Morning Bun." Sapa Andien.

"Morning to, ngapain kamu cengar cengir?" Tanya Diana yang heran melihat tingkah anaknya.

"Bunda gk lupa kan.. Rayen hari ini mau lamar aku yeeey" Ucap nya girang.

"Lamar? Siapa? Kamu mau dilamar?" Tanya Diana.

"Tuh kan Bunda mah... Pikunan males aku mah jadinya." Ucap Andien sambil menekuk wajahnya.

Dian terkekeh melihat putri nya yang kini sedang ngambek seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan. "Inget kok inget.. Udah jangan ditekuk mulu tuh muka pamali." Ucap Diana sambil mengangkat dagu Andien.

Senyum Andien kini kembali mengembang ia tak sangka ternyata Bunda nya ingat hari ini. Tapi tidak tau dengan Ayah nya, dia ingat atau tidak, atau bahkan pura-pura lupa mungkin. Entahlah.

"Kalo Ayah?" Tanya Andien dengan ragu.

"Em.. Kalo Ayah, Bunda gk tau Nat. Dari tadi Ayah kamu gk mau keluar kamar tuh." Ucap Diana dengan menoleh ke arah pintu kayu berwarna putih itu.

Andien menghela nafas lesu lalu berkata "Hm, yaudah aku kesana dulu deh" Sebelum melangkah menuju kamar Ayah-Bunda nya.

Tok

Tok

Tak ada jawaban. Fix, Ayah ngambek. Pikir Andien.

"Ayah.. Buka dong pintu nya aku mau ngomong sebentar." Pintanya.

. . . .

Hening.

"Ayah bukain dongg diluar dingin nih Yah gk boong." Ucap nya. Andien memang sudah dewasa tapi tingkahnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia wanita dewasa berumur 24th.

Tetap tidak ada jawaban. Mau tidak mau Andien harus memakai 'cara ini'

"AYAH!! IKAN DI AKUARIUM MATI!! PADA MATI AYAH! PADA NGAMBANG!!" Teriak Andien sekencang-kencang nya. Benar saja tiba-tiba ada suara kunci terbuka dan keluar lah Ayah nya yang sedang tergesa-gesa memeriksa akuarium nya berasa diruang tamu. Ya, Ayah nya sangat suka mengoleksi ikan-ikan cantik.

Terlihat sekali kekesalan diwajah Andi. Karna telah dikerjai oleh putri kesayangan nya sendiri. Bahwa terlihat jelas disana ikan-ikan itu sehat semua nya berenang kesana kemari dengan senang. Andien terkekeh karna melihat Ayahnya berlari-larian dari kamar hanya karna seekor ikan. Ikan. Astaga.

"Bener-bener kamu ya Andien Natta Kalinggar?!" Ucap Andi dengan menyebut lengkap nama putrinya. Yang pertanda dia sangatlah marah.

"Abis nya Ayah gk mau keluar kamar yaudah aku kerjain." Ucap Andien denga nada selow nya.

"Kapan sih kamu gk nyebelin?! Gk rese?!" Ucap Andi.

"Kalo udah direstuin dan nikah sama Rayen.."

Andi pun duduk disofa berusaha menenangkan dirinya akibat ulah putri nya itu. Berusaha tidak emosi. Sabar. Dan sabar.

Andien pun mendekat dan ikut duduk disamping pria paruh baya tersebut.

Sahabat Dan Cinta.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang