"Bagaimana dengan Morita-san?"
Suara yang tak lebih berat dari Toru dan terkesan seperti ayah yang lembut itu berujar. Yamashita Tatsuo duduk dengan jemari saling bertautan menatap anak bungsunya di ruangan kerjanya. Meski ruangan itu dibuat hangat menggoda, hal itu tidak mempan bagi sang anak itu duduk nyaman berlama-lama di situ. Sebaliknya, Toru merasa gelisah.
Alasannya bukan karena ruangan hangat nun nyaman itu, juga bukan karena pekerjaannya yang menumpuk di mejanya, melainkan karena topik yang dibawa ayahnya. Ia selalu merasa gusar kala ayahnya membawa nama Morita Taka ke topik pembicaraan mereka, baik itu hal bagus maupun hal buruk. Selain itu, ia juga merasa gelisah karena kejadian semalam. Rencana mempertemukan Ryota dan Taka, atas keinginan egonya karena ingin membuktikan pada Ryota bahwa Taka masih hidup, bekerja sebaliknya dengan Ryota mengundang serta Tomoya tanpa aba-aba.
Semalam setelah Taka berlari ke luar, Tomoya dan Ryota menuntut penjelasannya, tentu, itu bukanlah hal yang aneh, melainkan wajar. Tetapi dengan Tomoya yang seorang polisi, dan Ryota yang tidak tahu menahu tentang pekerjaan Taka yang sebenarnya, ia hanya tutup mulut. Membuka mulut meski untuk berkilah hanya akan menjadi pedang bermata dua. Sungguh, ia benar-benar tidak menyangka Ryota akan membawa serta Tomoya. Sialnya, untuk mereka sekarang, Taka dan Tomoya adalah bensin dan api yang tidak boleh dipertemukan. Menyedihkan memang, lingkaran pertemanan mereka seolah terbuat dari besi yang mulai berkarat, lalu akhirnya keropos dimakan usia.
Malam itu, pada akhirnya, ia tidak bisa mengatakan apapun dan memilih pamit ikut pergi, berkata ia tidak enak badan, dan meminta maaf pada keduanya dengan bumbu janji yang mengatakan ia akan menjelaskan semuanya pada saat yang tepat, masalahnya, saat yang tepat itu bisa saja tiba, juga bisa saja tidak akan tiba.
Pada malam yang sana pula, dari bar, ia melangkah ke minimarket dan membeli berkaleng-kaleng bir. Kaleng-kaleng bir itulah yang menemaninya saat menelepon Taka untuk meminta maaf, berniat mengatakan ia tidak tahu menahu dengan kedatangan Tomoya, tetapi nihil, Taka tidak mengangkat teleponnya barang sebiji pun. Berakhirlah ia tertidur dalam keadaan mabuk berat dan terbangun dengan sakit kepala hebat. Itu juga yang membuatnya gelisah sekarang.
"Tidak ada masalah," katanya sedikit berdesis, sesuatu di dalam tengkoraknya berdentum menyakitkan, membuatnya tidak fokus dalam segala hal, "tidak ada yang mencurigakan, ia bekerja dengan baik."
Tatsuo menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya, senyum puasnya terulas. "Bagus, bagus," pujinya, "terus pantau dia."
Toru mengangguk dalam diam.
"Kau boleh pergi."
Biasanya, Toru akan senang jika ayahnya sudah berkata seperti itu. Biasanya, ia akan langsung membungkuk dan balik badan. Akan tetapi, tidak kali ini, ia tetap bergeming, matanya lurus menatap ayahnya. Tatsuo berpenampilan seperti biasa, tanpa keanehan yang menonjol. Rambut keabuannya disikat klimis ke belakang, kerutannya nampak di sekitar mata dan mulut, jasnya licin dan formal seperti biasa dan tidak menonjol, benar-benar seperti biasa tanpa keanehan yang membuat Toru terdiam dan tidak mengambil seribu langkah meninggalkan kantor ayahnya.
"Ada apa?"
Toru menelan ludahnya dengan paksa. Ia berdehem sedikit. "Apa kau menyukai kinerjanya?"
Tidak langsung menjawab, Tatsuo memandang anak angkatnya dengan alis terangkat. Terlihat jelas Toru sedang gugup, untuk alasan yang tidak ia ketahui. Ia pun tidak dapat menerka maksud Toru menanyakan hal itu. Ia sudah memuji Taka berulang kali di depan Toru, dan sekarang, Toru menanyainya.
"Apa yang ingin kau katakan?"
"Jadikan dia sekertaris permanen, biarkan dia bekerja padamu—bersamaku setelah pemilu," tutur Toru lugas, "aku yang bertanggung jawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
Toruka: In The Eye of The Storm [DISCONTINUED]
Fanfiction[TORUKA FANFICTION] Toru menemukan jejak untuk menemukan teman baiknya, Takahiro, yang hilang sebelas tahun lalu, tetapi kedua temannya yang lain, Ryota dan Tomoya, justru skeptis dengan petunjuk yang Toru temukan dan curiga Takahiro telah terlibat...