Sebelas tahun yang lalu, Tokyo, Jepang.
Bulan April, bulan dimulainya masa sekolah yang baru, teman baru, adik kelas baru, seragam baru. Pada bulan April, bunga sakura bermekaran, lalu berguguran seolah menyambut para murid baru. Dengan langit bulan April yang cerah dan sedikit dingin, Moriuchi Takahiro duduk di atap sekolah, rokok yang menyala memuntahkan abunya bertengger di jarinya, mulutnya mengembuskan asap bau yang membuat ibu-ibu hamil, orang tua, dan siapa pun yang menjaga kesehatannya menyingkir menjauh. Angin bulan April meniup lembut rambut bergelombangnya yang memanjang kian bandel untuk diatur, membuat rambutnya itu semakin mencuat kesana kemari, mengusap lembut telinga berhiaskan dua anting perak di masing-masing telinganya, tipikal anak pembangkang.
Bunyi bel dari ruang guru berbunyi, istirahat makan siang sudah selesai, tetapi Takahiro tidak beranjak. Pantatnya betah duduk berlama-lama di situ, tidak peduli akan dihukum sekeras apa jika ketahuan. Harapannya ia bisa duduk di sana hingga bel jam akhir berbunyi, tetapi tidak, seseorang terlebih dahulu membuka pintu atap sekolah dan berlari menghampiri Takahiro layaknya badai.
"Sudah kubilang jangan merokok!" kata badai itu sambil merampas batang penuh racun dari jemari Takahiro dan menghempaskannya kuat-kuat ke lantai, lalu menginjaknya kuat-kuat. Wajahnya yang seperti yankee menatap galak Takahiro yang hanya cengengesan. "Ayo masuk, Nanami-sensei mencarimu."
"Tegasnya, Toru-san," ejek Takahiro.
"Biar, ayo," ujar 'Toru-san' sambil membungkuk, meraih tangan Takahiro dan menariknya berdiri. Takahiro hanya menurut, ia membuntuti Toru yang berjalan terlebih dahulu memasuki gedung sekolah.
Toru membawa Takahiro bukan ke kelas, melainkan ke ruang guru di mana 'Nanami-sensei' menunggu Takahiro. Toru mengodekan Takahiro yang cemberut untuk masuk ruang guru, sementara ia menunggu Takahiro di koridor, dan dari sanalah Toru 'menguping' pembicaraan temannya dengan sang guru dengan matanya. Ia bisa melihat Takahiro menggeleng-geleng dengan kuat, menunjukkan betapa tidak setujunya Takahiro mengenai suatu hal. Ia juga melihat Nanami-sensei menghela kecewa dan pada akhirnya mempersilakan Takahiro keluar.
"Olimpiade lagi?" tebak Toru begitu Takahiro membuka pintu ruang guru. Takahiro tidak menjawab dan hanya berjalan melalui Toru. Di belakangnya, Toru menghela wajar. Entah sudah yang ke berapa kalinya, Takahiro diminta mengikuti olimpiade menembak dan memanah, tapi pemuda itu sama sekali tidak tertarik dan berulang kali menolaknya. Setiap kali guru-guru memintanya, saat itulah, mood Takahiro langsung hancur dan menjadi seperti perempuan hendak menstruasi, lihat saja gaya berjalannya yang mengentak-entakkan kakinya kesal, "Takahiro, hati-ha--"
BUMP!
Belum selesai Toru mengingatkan Takahiro untuk berhati-hati, temannya sudah menubruk seseorang hingga terpental dan terjatuh. Melihat itu, Toru segera menghampiri Takahiro yang sedang memaki ucapan tak pantas didengar dan membantunya berdiri sambil mengomel, "Sudah kubilang hati-hati."
"Ah, maaf, senpai tak apa?"
Baik Toru maupun Takahiro mendongakkan kepala mereka, rupanya, yang Takahiro tabrak merupakan junior mereka, setingkat di bawah mereka menimang warna dasi yang ia pakai adalah biru.
"Hm," gumam Takahiro sambil bangkit, "maaf."
"Tak apa," junior itu tersenyum, lalu membungkuk dan berlalu pergi setelah bertukar sapa sopan.
"Anak yang sopan," komentar Takahiro.
Toru hanya mengangguk menanggapi, kemudian, seperti baru teringat akan sesuatu, ia berceletuk ketika keduanya sudah kembali berjalan menuju kelas, "Tomoya ingin bertemu, nanti malam."
Takahiro mangut-mangut. Tomoya adalah senior mereka yang baru saja lulus. Mereka bertiga, bersama Ryota yang merupakan anak kelas dua--setingkat di bawah mereka--tergabung di sebuah band sekolah. Jika Tomoya yang kini sudah menjadi mahasiswa mengajukan usulan untuk bertemu, artinya mereka akan bermain musik bersama atau hanya sekadar bermain. Itulah yang membuat Takahiro enggan mengikuti olimpiade itu. Waktunya bersama ketiga temannya akan terampas digantikan dengan waktu untuk berlatih. Ia tak mau itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Toruka: In The Eye of The Storm [DISCONTINUED]
Fanfic[TORUKA FANFICTION] Toru menemukan jejak untuk menemukan teman baiknya, Takahiro, yang hilang sebelas tahun lalu, tetapi kedua temannya yang lain, Ryota dan Tomoya, justru skeptis dengan petunjuk yang Toru temukan dan curiga Takahiro telah terlibat...