Chapter 02. ♡

4.1K 359 9
                                    


- wHat?! -

Happy reading 💜.

.
.


Malamnya.
aku sudah seperti Eomma dari Jungi saja, membacakan dongeng lalu mengusap rambutnya lembut dan menemaninya tidur. Ini bukan pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini, sebelumnya aku juga pernah.

Menidurkan anak anjing, itu termasuk perbuatan yang mulia bukan?

Selesai menidurkan Jungi aku segera bangkit dari tempat tidur lalu mematikan lampu. Dan berjalan keluar untuk menuju tempat tidurku sendiri, karena hari ini aku sangat lelah. Sebelum tidur aku harus membuat teh, untuk meredekan lelahku.

Masih berada di ambang pintu milik Jungi, aku terkejut saat kepalaku menabrak sesuatu yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu empuk juga. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat, Jimin.

Aku hampir saja mengeluarkan suara yang kencang tadi, untung aku ingat jika Jungi sedang tertidur. Dengan segera aku melangkah mundur untuk menjauh dari nya.

Jimin memperhatikan Jungi dari kejauhan lalu menatapku keheranan, "Woah, bagaimana bisa kau menidurkannya? Apa yang kau berikan kepada Jungi? Huh?" Tanyanya.

Aku bingung lalu melihat Jungi sekilas dan kembali menatap Jimin, "aku tidak memberikan dia apa - apa, hanya membacakan dongeng lalu mengusap rambutnya. Dan.. ya, dia tertidur."

"Jungi sangat susah untuk di ajak tidur, bahkan dengan bibi dan juga Eomma saja. Dia masih saja susah untuk di ajak tidur. Dan.. kau? Hebat." Pujinya tersenyum bangga kepadaku lalu menepuk tangannya.

Cepat - cepat aku menahan tangannya untuk mencegah satu tepukan lagi yang akan menimbulkan suara kencang dari tangannya.

"Y-yak, apa yang kau lakukan? Jungi bisa saja bangun bodoh," pekikku menatap Jimin tajam.

"Aku hanya--" lagi - lagi Jimin hendak bertepuk tangan.

"Ssshhtt.. " kini aku memegang tangan Jimin sangat erat agar dia tidak menepuk tangannya.

Kami diam beberapa detik sebelum akhirnya sebuah suara membuat kami tersadar.

"Kak Jimin kak Seulgi? Hoamm... aku terbangun..." Sahut Jungi seraya menggeliat.

Aku terkejut lalu menghampiri Jungi untuk membuatnya kembali tertidur, "Jungi.. astaga," aku segera duduk di pinggiran ranjang lalu meraih kepala Jungi untuk aku tidurkan di pahaku.

Jimin menyandarkan tubuhnya lalu memperhatikanku dari ambang pintu, apa yang dia lakukan?

Aku mengusap rambut Jungi lembut sekitar 10 menitan, dan akhirnya Jungi kembali tertidur. sementara aku menahan rasa kantuk mati - matian, dan Jimin masih saja bertahan memperhatikanku. Menyebalkan.

Kepalaku mulai susah untuk aku tegakkan, mataku juga sulit terbuka. Tapi tanganku masih tidak diam, masih saja mengusap rambut Jungi dengan lembut.

Tiba - tiba saja aku merasakan ada yang mengangkat tubuh Jungi, lalu sedikit menarik badanku agar terbaring disamping Jungi. Rasanya aku sudah sangat mengantuk, akhirnya aku membiarkan orang itu melakukan aktifitasnya. Siapa lagi kalau bukan, Jimin.

• W H A T •  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang