Bagian Ketiga

7.8K 429 30
                                    


Zidan menutup pintu kamarnya. Siang ini dia sudah siap untuk berangkat ke kampus. Zidan tadi sempat tertidur sehingga tidak tahu jika Alvin sempat pulang terlebih dahulu.

Zidan membetulkan letak tasnya, setelah itu dia pun melangkah menuju tangga. Zidan berjalan menuruni tangga dengan santai. Masih ada waktu sebenarnya untuk pergi ke kampus, jadi dia tidak perlu merasa cemas terlambat.

"Eh den Zidan sudah mau berangkat "Ucap pak Satyo saat Zidan sudah berada di depan rumah.

Zidan hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Bunda udah berangkat, pak?"

"Sudah den "Jawab pak Satyo.

Zidan kembali menganggukkan kepalanya.

"Yaudah deh pak, kalau begitu Zidan berangkat dulu "Zidan meraih tangan pak Satyo kemudian menciumnya. Orang tuanya selalu mengajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua apapun pekerjaannya.

Pak Satyo tersenyum, dia merasa bersyukur karena dapat bekerja di keluarga yang sangat baik hati ini.

"Assalamualaikum "Ucap Zidan.

"Waalaikumsalam den "Balas pak Satyo sembari tersenyum.

Zidan masuk ke dalam mobilnya lalu melajukannya dengan kecepatan sedang. Semoga hari ini semuanya berjalan dengan lancar.

****

Alvin membuka pintu UKS dengan kasar yang mana membuat Reza yang semula memejamkan matanya terkejut.

"Gue kira siapa. Kaget gue bang "

Alvin tidak menghiraukan ucapan Reza, dia segera menghampiri sang adik yang saat ini masih betah memejamkan matanya.

"Udah lama ?"Tanya Alvin khawatir. Reza menganggukkan kepalanya.

"Lumayan bang "Jawab Reza.

Alvin menghela nafasnya kasar, tangannya terulur untuk mengusap kepala Rio dengan lembut.

"Kenapa bisa telat minum obat sih, Za ? Gue kan udah suruh lo buat jagain Rio "Ucap Alvin dengan wajah yang tidak bersahabat.

Reza menundukkan kepalanya. Dia juga merasa menyesal karena tidak bisa melindungi Rio tadi.

"Maaf bang, ini semua memang salah gue yang nggak bisa jaga Rio "Ucap Reza menyesal.

Alvin menganggukkan kepalanya pelan. Sebenarnya dia juga idak sepenuhnya menyalahkan Reza. Dia tahu jika Reza pasti sudah berusaha untuk melindungi adiknya.

"Nggak apa-apa, sorry Za. Abang cuma khawatir "Ucap Alvin.

Reza mendongakkan kepalanya, senyuman terukir di wajah tampannya.

"Iya bang, santai aja "Ucap Reza.

"Eunghh "Lenguhan Rio membuat atensi mereka berdua langsung tertuju kepada Rio yang saat ini tengah berusaha membuka kedua matanya.

"Hei apa yang sakit ?"Tanya Alvin lembut. Rio mengerjapkan matanya guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.

"Kak Alvin "Ucap Rio dengan suara yang lemas saat matanya sudah dapat melihat dengan jelas wajah Alvin dan juga Reza.

Alvin menganggukkan kepalanya.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang