Alvin memasukkan motornya ke garasi. Setelah itu dia pun segera melepaskan helm nya dan masuk ke dalam rumah."Loh udah pulang ? Kok sendiri?"
Alvin tidak menanggapi pertanyaan Zidan saat kakak nya itu berpapasan dengannya di tangga. Zidan yang melihat tingkah Alvin tentu saja bingung. Dengan tergesa dia pun menyusul Alvin.
"Sebentar-sebentar. Lo kenapa?"
"Nggak apa-apa," jawab Alvin tanpa menatap kearah Zidan.
"Vin!" Tegas Zidan sambil menahan tangan Alvin, membuat adiknya itu terpaksa harus berhenti dan menatap kearahnya.
"Gue bisa tau kalau lo lagi nggak baik-baik aja. Kenapa sih? Lo lagi ada masalah ? Terus Rio mana?"
"Gue tinggal di sekolah," jawab Alvin yang membuat Zidan terkejut bukan main.
"Vin jangan bercanda! Kok lo tinggal di sekolah sih?!" Kesal Zidan. Alvin juga kembali merasa kesal kepada dirinya sendiri.
"Gue emosi kak, gue nggak tahan. Gue nggak mau tambah nyakitin Rio," ucap Alvin dengan kepala tertunduk.
"Lo marah sama Rio? Kenapa?"
"Dia bandel. Nggak mau nurut. Dia ikutan olahraga tadi terus drop. Gue omelin lah dia, tapi dia nya malah gitu ke gue," ucap Alvin dengan nada kesal.
"Gitu gimana?" Tanya Zidan yang merasa kebingungan.
"Gitu deh pokoknya! Udah ah. Gue masih kesal kak, gue mau makan," ucap Alvin yang kemudian berlalu.
"Vin," panggil Zidan namun Alvin tidak memperdulikannya. Zidan sendiri hanya bisa tertawa kecil.
"Kesal kok mau makan," ucap Zidan sambil tertawa.
Hingga kemudian, Zidan pun menghentikan tawanya saat mendengar suara pintu dibuka. Itu pasti Rio. Tanpa pikir panjang Zidan pun turun kebawah.
"Pulang sama siapa ?" Tanya Zidan yang membuat Rio terkejut.
"Sama Reza," jawab Rio sambil menutup kembali pintu rumah.
Rio berjalan menghampiri Zidan dengan kepala menunduk kemudian segera mencium punggung tangan kakaknya itu.
"Udah puas olahraganya ? Udah ngerasa sehat emangnya?"
Rio membeku di tempat saat Zidan bertanya dengan suara yang direndahkan. Itu justru semakin membuat dia takut.
"Maaf kak," ucap Rio pelan.
Zidan menghela nafasnya kasar.
"Mau sampai kapan sih dek ? Kakak kan udah wanti-wanti tadi pagi, jangan ikutan olahraga! Kenapa bandel banget sih? Lo tau kan kalau kita semua ngelakuin ini karena sayang sama lo. Bukan mau ngekang!"
Rio meremat celana seragamnya sendiri dengan gemetar.
"Maaf kak, gue salah."
"Emang salah! Gue sama yang lain paham dek kenapa lo mau banget ikutan olahraga, tapi gue juga mau lo ngerti, kalau kita ngelarang juga demi kebaikan lo. Lo emang mau tambah parah? Lo mau masuk rumah sakit lagi? Enggak kan? Makanya jangan bandel lagi. Kalau dikasih tau itu nurut bukan malah ngelawan."
Rio menganggukkan kepalanya, dia merasa sangat menyesal.
"Maaf kak. Gue nggak akan ikutan olahraga lagi. Maaf kak."
Zidan menghela nafasnya lantas menarik Sang adik kedalam pelukan nya yang hangat.
"Iya gue maafin, tapi beneran ya jangan sampai diulang lagi?"