Saat ini Zidan tengah bersantai di ruang tamu sambil bermain handphone. Dia tidak berangkat ke kampus karena mood nya yang masih hancur, tapi tenang saja, Zidan sudah izin terlebih dahulu walaupun keterangan nya sebenarnya kebohongan belaka.Kemudian dia tiba-tiba teringat kepada Seila, gadis yang selama ini selalu terang-terangan jika dia menyukainya. Zidan gusar. Dia masih teringat kejadian kemarin saat dia berbicara berdua dengan Seila di rumah sakit.
"Lo kenapa datang lagi sih?"
"Memangnya kenapa? Aku kan cuma mau jenguk adik kesayangan aja. Salah ya kalau aku khawatir ?"
"Jelas salah! Lo itu bukan siapa-siapa gue tahu!"
"Iya bukan siapa-siapa karena kesayangan masih belum nembak aku sampai sekarang. Lagian kesayangan kenapa sih? Masih marah sama aku karena badut boneka mampang itu? Lagian aku bisa jelasin kok."
"Nggak perlu. Lo itu emang sengaja cari perhatian gue aja."
"Enggak ih. Aku emang takut sama badut itu tapi karena dia udah nolong aku yang jatuh, aku jadi nggak takut lagi. Ternyata dia badut yang baik hati jadinya Sei suka. Kesayangan jangan marah lagi dong sama Sei."
"Geli sei. Lagian gue nggak akan pernah mau peduli. Cukup Sei. Gue harap lo mau berhenti buat ngejar gue lagi. Masih banyak cowok yang lebih baik dari gue."
"Tapi Sei cuma mau sama kesayangan. Nggak mau yang lain. Sei harus gimana ?"
"Terserah. Gue pergi!"
Zidan mengacak-acak rambutnya, kesal saat mengingat hal yang membuat dia malah merasa bersalah itu. Dia juga sebenarnya masih bingung dengan perasaannya sendiri. Dia akan merasa risih saat Seila mulai menunjukkan kegilaannya, namun dilain sisi, dia akan merasa kesal saat ada orang yang mencoba mendekati Seila, termasuk Alvin adiknya sendiri. Tidak bisa Zidan pungkiri, bahwa ada rasa tidak rela dalam hatinya saat Alvin meminta nomor handphone Seila.
Getar handphone nya itu membuat Zidan tersentak. Dia meraih handphone yang terletak diatas meja. Ternyata ada satu pesan masuk dari Seila.
Seimaklampir
"Kamu kenapa nggak masuk lagi? Pak Doni nanyain kamu loh. Kamu masih kesal ya sama aku karena kemarin ? Kalau gitu, Sei minta maaf ya. Sei nggak maksud buat Zidan marah kayak gitu. Kalau emang Zidan mau Sei berhenti suka sama Zidan, Sei akan coba. Tapi kasih Sei waktu ya? Karena semua itu nggak mudah buat Sei yang udah terlanjur cinta sama Zidan. Cepat ke kampus ya. Jangan lupa makan. Sei kangen Zidan.Zidan menghela nafasnya. Dalam hati dia bertanya-tanya, mengapa harus wanita sebaik Seila yang menyukai laki-laki pengecut sepertinya ? Rasanya dia benar-benar laki-laki yang buruk karena sudah menyakiti perasaan wanita itu.
Zidan
"Gue nggak apa-apa dan itu bukan salah lo. Sorry, gue nggak bermaksud buat nyakitin lo, gue cuma nggak mau lo terluka lebih lagi. Makasih udah suka sama gue dan perhatian sama gue selama ini. Gue yakin suatu saat nanto lo bakalan dapat laki-laki yang jauh lebih baik daripada gue. Gue harap lo bisa cepat lupain gue, karna gue mau lo bahagia dengan takdir lo sendiri Sei."Arghh." Zidan melemparkan handphone nya itu kesamping. Setelahnya dia kembali mengusap wajahnya kasar.
"Akhirnya sampai disini ya, Sei? Sorry karena gue harus buat lo terluka lagi. Gue yakin Alvin lebih baik sama lo, bukan gue."
Zidan memejamkan matanya dengan tangan kanan yang meremas celananya sendiri. Dia tengah merasa kesal saat ini.
"Gue emang pengecut banget."