"Ahk!"Reza memekik kesakitan saat Alvin mendorongnya ke dinding lorong rumah sakit.
"Ya Allah Alvin "Kaget Zidan yang dengan segera menarik Alvin, berusaha menjauhkan Alvin dari Reza.
"Lepas!"Bentak Alvin sambil menepis kasar lengan Zidan. Hal itu tentu saja membuat Zidan tersentak, ada apa dengan Alvin sebenarnya ?
Tatapan tajam Alvin kembali mengarah kearah Reza yang saat ini tengah menatapnya dengan takut.
"Gue tahu obat Rio nggak ketinggalan, gue juga tahu kalau obat dia nggak hilang, Za. Gue sadar akan itu semua! Sekarang gue mau lo jawab jujur, apa yang sudah terjadi sama Rio ? Kenapa obat dia bisa sampai nggak ada, hah?!"Tanya Alvin dengan nada dingin.
"Maaf bang, gue nggak bermaksud bohongin lo. Gue terpaksa nggak jujur sama lo karena kemauan Rio sendiri "
"Nggak usah banyak omong, Za. Gue cuma minta penjelasan dari lo tentang obat Rio "Ucap Alvin datar yang mana semakin membuat Reza gemetar karena takut.
"Vin jangan paksa Reza buat cerita kalau dia belum siap. Lo malah bikin dia takut "Ucap Zidan yang kasihan melihat wajah pucat Reza. Namun Alvin malah mengabaikan ucapannya.
"Ngomong Za !"Bentak Alvin.
"Obat Rio hancur, diinjak sama kakak kelas yang nggak suka sama lo, bang. Namanya Revan "
Mendengar hal itu sontak saja membuat Alvin dan Zidan sama-sama terkejut. Alvin membuang nafasnya kasar dengan kedua tangan yang kini terkepal.
"Ceritain lebih lengkap, Za "Ucap Alvin dengan penuh penekanan.
"Kita lagi makan awalnya bang, tapi tiba-tiba saja tuh kakak kelas datang langsung bikin keributan. Dia juga menghina Rio karena Rio penyakitan, dia buang semua obat Rio ke tanah. Gue udah berusaha buat ngambil lagi semua obat Rio, tapi dia malah nginjak-nginjak obat Rio sampai hancur "Jelas Reza sambil menundukkan kepalanya.
"Gue udah mau cerita sama lo waktu di UKS, tapi Rio ngode gue buat nggak cerita ke lo "Lanjut Reza dengan suara pelan.
"Emangnya ada masalah apa antara lo sama Revan itu, Vin ? Kenapa dia bisa sampai sebegitu nggak sukanya sama lo ?"Tanya Zidan yang kembali membuka suara.
Alvin tidak langsung menjawab, dia hanya berdiri mematung di tempat. Zidan yang melihat itu tentu saja merasa curiga.
"Vin "Panggil Zidan dengan suara yang sedikit dikeraskan yang mana membuat Alvin tersentak.
"Gue---"Alvin menggantungkan ucapannya. Hal itu tentu saja semakin membuat Zidan penasaran.
"Gue apa ? Ada masalah apa sebenarnya Vin ?"Tanya Zidan.
Alvin menggelengkan kepalanya.
"Nggak apa-apa, kak. Gue mau lihat Rio "Ucap Alvin dengan cepat. Setelah mengatakan semua itu Alvin pun segera pergi meninggalkan Zidan dan Reza.
Zidan menghela nafasnya pelan, kemudian pandangannya kini tertuju kearah Reza yang masih betah menundukkan kepalanya. Zidan tersenyum tipis kemudian menepuk pundak Reza pelan.
"Nggak usah dipikirin, Za. Lo nggak salah kok "Ucap Zidan yang membuat Reza mengangkat kepalanya.
"Tapi gue nggak bisa jaga Rio, bang. Gue bukan teman yang baik buat dia "Ucap Reza dengan nada suara yang menyesal.
"Kalau lo saja merasa bukan teman yang baik buat dia, gimana sama gue, Za ? Gue bahkan bukan kakak yang baik buat Rio juga, kan ?"Ucap Zidan sambil tersenyum.
"Udahlah, nggak baik terus menyalahkan diri kita sendiri. Lebih baik kita terus berdoa supaya Rio cepat sembuh. Lo ngerti kan, Za ?"Tanya Zidan.
Reza tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.