Brak!"WOYY APA-APAAN SIH LO!"
Bugh!
"Gara-gara lo nyokap gue pergi! Gara-gara lo juga Rain koma! Sumpah gue pengen banget bunuh lo sekarang!"
"Bang Revan jangan kasar sama kakak gue!" Sentak Rio yang kemudian mendorong Revan sekuat tenaga lantas berdiri di depan Alvin sambil merentangkan tangannya.
Semuanya tampak terkejut dengan kehadiran Revan yang mendadak itu. Penampilan berandalan sekolah itu tampak menyedihkan. Kantung mata yang menghitam, baju pemakamam yang acak-acakan, terlihat sekali jika berandalan sekolah itu benar-benar kacau.
Revan terkekeh, dengan kasar dia pun menarik Rio lantas mendorong nya kencang sehingga membuat Rio jatuh dan pinggang nya mengenai ujung meja kantin. Semuanya memekik saat menyaksikan semua itu. Reza dengan segera membantu Rio sementara Alvin langsung menarik kasar kerah seragam Revan.
"Jangan berani sakiti adek gue!"
"Kenapa? Nggak terima? Sama gue juga! Gue juga nggak terima hanya karena lo hidup gue jadi seberantakan ini sialan!"
Mata Alvin menatap tajam Revan, keduanya sama-sama memancarkan emosi yang kuat. Rahang Alvin mengeras menandakan bahwa dia benar-benar tengah emosi.
"Semua yang terjadi bukan salah gue, Rev! Harusnya lo mikir!"
Bugh!
Revan kembali memukul wajah Alvin kuat sehingga membuat Alvin jatuh tersungkur.
"BUKAN SALAH LO HAH? ENAK BANGET LO BILANG BEGITU!"
Semuanya hanya bisa menyaksikan tanpa ada yang berani melerai pertikaian yang tengah terjadi di depan mereka. Rio sendiri terlihat masih meringis sambil memegangi pinggang nya, rasanya ngilu dan sakit.
"Lo nggak apa-apa kan? Kita ke UKS sekarang," ucap Reza yang dengan segera mendapatkan gelengan dari Rio.
"Nggak! Gue mau misahin mereka berdua. Gue nggak mau kak Alvin kenapa-napa."
"Nggak usah ngeyel deh. Muka lo udah pucat lagi! Sini gue gendong lo ke UKS," ucap Reza tegas namun Rio tetap keras kepala. Dia tetap kukuh pada pendiriannya. Dia memaksakan diri untuk bangkit dengan bantuan dari Reza.
Alvin terkekeh, dia bangkit dari posisinya lantas mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
"Mikir dong Rev! Gue juga manusia yang punya perasaan! Gue nggak bisa maksa diri gue sendiri buat jatuh cinta sama adek lo! Orang yang nggak pernah gue cintai sama sekali!"
"Tapi seenggaknya lo bersikap baik sama adek gue! Bukan malah bikin adek gue tambah drop dengan tingkah lo yang sering acuhin dia! Seenggaknya lo kasih adek gue kesempatan buat bikin lo suka sama dia!"
"Lo pikir mudah? Enggak! Semuanya enggak semudah kayak lo membalikkan telapak tangan lo sendiri! Kalau gue kasih dia kesempatan dan akhirnya gue tetap nggak suka sama adek lo, sama aja gue kasih dia harapan kosong Rev!"
Revan menggeram dengan tangan yang mengepal dengan kuat. Matanya menatap penuh amarah kearah Alvin.
"Semua yang dibilang sama kak Alvin itu benar bang. Lo nggak bisa maksa kakak gue buat suka sama kak Rain, orang yang jelas-jelas nggak kakak gue suka! Ini semua bukan sepenuhnya salah kak Alvin, bang, gue harap lo ngerti," ucap Rio lembut agar tidak sampai menyinggung Revan.
Revan mendecih. Dia menggelengkan kepalanya kuat.
"Gue sama sekali nggak peduli! Semuanya tetap salah lo Vin! Semuanya salah lo! Kalau sampai terjadi sesuatu sama Rain, gue nggak akan segan buat ngehancurin kehidupan lo juga!"