Prolog

8K 554 171
                                    




Sinar matahari pagi menerobos masuk di sela-sela tirai jendela. Yang kemudian membuat mereka tersentak adalah dering alarm dari ponsel entah milik siapa di atas nakas tempat tidur, begitu nyaring menggema di seluruh ruangan.

"Jennie sayang, tolong matikan alarmnya."

Seseorang yang memeluk di belakang punggung lantas beringsut bangun. Suara alarm itu terhenti ketika ia menekan ponsel di atas nakas tempat tidur.

"Akan tetapi, Jongin ssi ... Aku bukan Jennie sayang. Namaku Do Kyungsoo." Suara itu terdengar khas seperti seseorang yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Sekelebat Jongin membeliak. Kesadaran menyerang seketika. Itu tadi adalah suara seseorang lelaki dewasa.

Dengan cepat ia beranjak dari posisi berbaring, kepala menoleh ke belakang punggung di mana suara tadi berasal. Mata elang semakin membeliak kala menangkap lelaki lain yang tak berbaju; terekspose seluruh bagian dada yang putih nan mulus. Celana jins yang dikenakan, bahkan sudah tak karuan lantaran kancing dan ritsletingnya sudah terlepas, celana dalam merah muda tersingkap jelas.

"S—Siapa?" tanya Jongin tak lepas dari keterkejutannya.

Belum menjawab, kepalanya mendongak, menatap dengan lekat; seolah meminta Jongin mengingat perilaku mereka semalaman.

Jongin menghela napasnya, lantas memijat kepala lantaran tak dapat mengingat kejadian tadi malam. "Maaf. Aku tak bisa mengingat apa yang terjadi."

Mata bulatnya melebar sejurus ucapan Jongin terselesaikan. Jongin tahu jika lelaki ini terkejut. Namun, Jongin tak berbohong, dia tak mengingat apa-apa. Bahkan terbangun bersama lelaki lain yang tak berpakaian, ini adalah pertama kalinya.

"Ah, aku mengerti." Dia tersenyum kernyih, sembari menundukkan kepala dan melepas kalung choker berwarna hitam di lehernya.

Dia meraih kedua tangan Jongin dan mengikat dengan kalung choker-nya tersebut. "Semalam Jongin ssi mabuk berat, wajar saja jika tak mengingat apa yang terjadi."

"Namun ...." Dia mengangkat kepalanya dan menyeringai. "KAU PIKIR AKU BISA SEMUDAH ITU MEMBIARKANMU MELUPAKAN SEMUA YANG TELAH KAU LAKUKAN PADAKU SEMALAM?!" Dia berteriak.

Semakin membuat Jongin terkejut manakala ia mendorong tubuh Jongin hingga jatuh di atas ranjang. Tanpa punya kesempatan menampik, ia sudah semena-mena naik ke atas perut atletis Jongin yang pula tak memakai baju, menjepit kedua tangan yang terikat kalung choker di atas kepala.

"O—Oi! Apa yang kau lakukan?!" Jelas saja Jongin memberontak. Dia tak pernah dalam posisi semacam ini bersama lelaki.

Dia menarik tangan Jongin yang terikat kalung choker. "Benda ini sangat berharga untukku, karena Jongin ssi orang baik, aku yakin Jongin ssi tak akan merusaknya." Dia tersenyum dengan manis.

Namun, posisi semacam ini benar-benar membuat resah. Jongin bisa merasakan kejantanannya terjepit kejantanan lain yang menindih di atasnya.

"Oi! Menyingkirlah! Kita tak mungkin seperti ini!" Jongin memberontak, menuntut ia untuk turun dari atas perut.

Bukannya menyingkir, dia malah terkekeh rendah, membuat Jongin semakin terkejut. "Setelah kau membuat seseorang merasakan hal semacam itu, lantas kau berlagak seperti tak mengenalku. Kau adalah lelaki berengsek, Kim Jongin ssi. Apa aku perlu melakukan sesuatu agar kau mengingatnya?"

"Hei! Hentikan!" Jongin menghela napas. "Baiklah. Barangkali yang kau katakan itu adalah benar. Namun, aku tak mungkin melakukan lagi! Jadi hentikan! Ayo bicara baik-baik!"

Dia menggeleng kepala."Aku bukan tipikal lelaki yang bisa diajak bicara baik-baik Jongin ssi. Kau hanya perlu diam saja dan aku akan membuatmu merasa nikmat sehingga kau bisa mengingat apa yang kita lakukan semalam."

"Oi! Oi!"

Jongin semakin panik saja kala satu tangan kembali menjepit tangan terikat di atas kepala. Lantas tangan lainnya berusaha menyusup di balik celana, bahkan menuju celana dalam; mengaduk-aduk mencari benda berharga milik Jongin di dalam sana.

"Woi! Kubilang hentikan!"

Tak dapat menggunakan tangan untuk memberontak, akhirnya Jongin menggunakan kedua kaki. Ia menjepit pinggul lelaki di atasnya dengan cara mengalungkan kedua kaki di sana; dengan begitu erat, sehingga ia memekik kesakitan.

"AKKKK!"

Dia melepas tangan yang menguasai tubuh Jongin dan lantas memukul kaki yang menjepit pinggul. "L—Lepas! Lepaskan Jongin ssi! Ini sakit!" rengeknya.

"Berjanji lebih dulu kau akan mendengarkanku! Kita bicara baik-baik!" Jongin menuntut.

"Baik! Baik! Aku dengarkan! Aku akan mendengarkanmu!"

Jongin melepas kedua kaki, lantas menghela napas. Sang lelaki barbar akhirnya turun dari atas perutnya.

Padahal dia terlihat begitu mungil. Wajahnya bahkan terlihat manis tanpa dosa. Jongin tak habis pikir mengapa ia begitu berani untuk berbuat hal tak senonoh semacam ini.

"Akk! Aw! Sakit sekali! Kau sungguh kejam Jongin ssi!" Dia merengek, memegangi pinggul yang tadi terjepit kaki Jongin.

Dengan cepat Jongin mengangkat tubuh dan beranjak dari ranjang, dia pula meraih baju yang terjatuh di lantai. Geraknya bahkan belum bebas lantaran tangan masih terikat.

"Siapa namamu tadi?!" Jongin bertanya dengan kesal.

"Do Kyungsoo!" Dia menjawab malas.

"Apa kau selalu bersikap semacam ini pada semua orang yang baru saja kau temui?"

"Memangnya apa masalahmu?!" Dia membalas kasar.

"Do Kyungsoo ssi! Apa kau pikir ini adalah perilaku yang baik?!" Jongin menghela napas dan melirik. Mata bulat itu kembali menatap Jongin dengan begitu lekat.

"Jika kau terus bersikap jalang dan semena-mena sesuka hatimu semacam ini, yakin saja, kau tidak akan mendapat pasangan seumur hidupmu!"

Dia tertegun, mata semakin membulat saja menatap Jongin begitu lekat dan tajam. Jongin tahu, ada rasa kesal yang terselip dari tampang kagetnya itu.

***

Sweet Trap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang