Jongin lantas menarik wajah cantik lelaki mungilnya untuk datang mendekat. Napas hangat saling menerpa ketika jarak hanya sebatas sebuku jemari. Jongin mengecup bibir yang tebalnya, kemudian melumat perlahan dan menyesap.
Beruntung, semuanya berbalas dengan baik; sang lelaki mungil membuka mulut dan memberikan lidah untuk diajak beradu, membuat Jongin semakin gila. Dia mulai menarik lidah itu dan beradu dengan ganas; tumpang tindih, basah, dan tumpah.
Kala ciuman mereka terlepas, Jongin segera saja mendekap erat; tak mau melepas lagi dan tak mau membuatnya bersedih.
"Aku tak dapat mempercayai orang lain, hanya Kak Minho yang kumiliki, sehingga hanya Kak Minho-lah yang dapat kupercaya."
Padahal Jongin sudah menyuruhnya untuk berhenti bercerita, tetapi tampaknya sang lelaki mungil tetap saja ingin berbicara. "Namun, kini Kak Minho sudah memiliki seseorang yang disukai, sehingga aku tak dapat lebih lama bergantung padanya." Dia berucap sembari menerima pelukan Jongin yang erat.
"Di tengah kesendirianku, kemudian Jongin ssi datang. Malam itu, membuat semuanya terasa berbeda."
Kali ini Jongin menarik wajah cantik sang lelaki mungil untuk mendongak. Rona menawan itu tersenyum sembari menatap wajah Jongin. "Semua pujian Jongin ssi dan segala sentuhan tangan Jongin ssi malam itu, membuatku benar-benar nyaman dan terlindungi. Itu pertama kalinya bagiku tidak risih akan sentuhan dan perilaku orang lain yang tak kukenal."
Kelopak mata Jongin melebar. Dia sudah mendengar cerita ini sebagian dari Madam pemilik tempat Kyungsoo bekerja, tetapi ia tak tahu sebanyak apa yang terjadi padanya dan Kyungsoo malam itu.
"Aku menceritakan tentang masalahku, Jongin ssi lantas memberi solusi dengan baik malam itu. Begitu pun aku, dengan hikmat pula, aku berusaha mendengarkan cerita Jongin ssi, tentang bagaimana gadis itu menyakitimu," ucapnya.
"Ah, satu hal yang membuatku semakin terpesona pada Jongin ssi malam itu." Dia tersenyum dan kemudian menundukkan kepala lagi. "Padahal aku sudah memberikan ide agar kau membalas dendam pada gadis yang menyakitimu. Namun, kalimatmu selanjutnya yang membuatku yakin jika inilah lelaki yang kucari selama ini, aku menginginkan lelaki ini." Dapat Jongin rasakan di tersenyum.
"Kau berkata; jika aku membalas dendam, itu akan menyakitinya. Lagi pula, dia memilih untuk berhenti seperti ini, dengan memilih orang lain yang membuatnya lebih bahagia. Aku akan merasa bersalah jika ia tidak bahagia bersamaku." Sang lelaki mungil menghela napas.
Jongin sesungguhnya tak mengingat sama sekali kapan dan bagaimana bisa ia berucap seperti itu. Keadaan mabuk, benar-benar membuatnya lupa diri.
"Aku tak pernah berniat untuk bermain-main bersama lelaki normal. Jongin ssi membuat semuanya berbeda; kau bahkan hanya menyentuh dan membelai kepala serta wajahku, membuatku merasa nyaman dan berpikir untuk melakukan hal yang lebih. Aku benar-benar menginginkanmu untuk menjadi pasangan untuk terus hidup bersama selamanya setelah malam itu." Dia memberi jeda ucapannya.
"Namun, harapan itu semuanya berakhir kala Jongin ssi tak bisa mengingat apa yang terjadi malam itu. Aku benar-benar kecewa dan marah sekali." Dia terkekeh.
"Hubungan darah memang menyeramkan, Jongin ssi," ucapnya dan kembali menatap Jongin. "Rasa ingin membalas dendam akan kesalahan orang yang tak bisa dimaafkan adalah sifat ibuku. Lantas, itu semua kulakukan pada Jongin ssi. Jika terus seperti ini aku akan benar-benar menjadi seperti ibuku."
"Aku yang seperti ini membuatku menjadi tak yakin jika aku dapat membahagiakan Jongin ssi ketika kita bersama." Dia mengakhiri ucapan dengan menatap wajah Jongin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trap
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Mereka terbangun di ranjang yang sama, bahkan di selimut yang sama. Namun, Kim Jongin...