"Jadi? Bagaimana kesan pertamamu pergi ke taman bermain?" tanya lelaki yang kini tengah mengeringkan surai hitam Kyungsoo.
"Tidak buruk," jawab Kyungsoo kemudian. Tadinya dia mengira dia akan mengutuk selamanya tempat keramaian tersebut, tetapi nyatanya dia memang tidak bisa membenci tempat itu.
"Tapi, kurasa sehari saja tidak cukup untuk mengelilingi dan menaiki semua wahana yang ada," tambah Kyungsoo lagi, sembari meneguk maekju-nya. Matanya kembali mengamati isi peta taman bermain yang tadi Jongin berikan kepadanya. Ingin rasanya Kyungsoo menghafal seluruhnya sehingga ia tak lupa jika suatu saat nanti dia harus kembali ke sini.
"Well, tempatnya begitu lebar. Lain kali kita akan datang dari sisi lain sehingga kita bisa mencoba semuanya," ucap sang lelaki perkasa.
Kyungsoo kemudian membalik tubuh dan melirik lelaki itu, lantas ia menghentikan gerak tangan yang sedang mengeringkan surainya dan malah menarik telapak tangan besar itu untuk memeluk pipi gembil Kyungsoo.
Sontak saja itu membuat sang lelaki perkasa kaget, namun tampaknya ia tak bisa menolak perilaku manja Kyungsoo.
"Kau tahu, aku hidup tanpa orang tua. Jadi, memang tak ada acara semacam piknik keluarga dan pergi ke taman bermain. Akan tetapi, terkadang begitu menyebalkan ketika mendengar orang sekitar yang dengan riang gembira menceritakan piknik mereka bersama keluarga, kedua orang tua mereka." Kyungsoo mulai bercerita tentangnya.
Bahkan kala orang tuanya masih ada, tidak pernah sekali pun mereka berniat untuk mengajak Kyungsoo pergi ke tempat indah semacam taman bermain. Lantas, kala sudah pindah ke Seoul dan tinggal berdua saja bersama sang kakak, tidak sekali pun terpikir untuk mereka mendatangi taman bermain. Mereka sibuk untuk bertahan hidup.
"Akan tetapi hari ini, aku bahagia karena aku bisa datang kemari." Senyum ceria Kyungsoo kembali tersemat di bibir. Pipi bahkan kembali bergesekan bersama0 telapak tangan besar yang begitu hangat.
"Aku sangat berterima kasih pada, Jongin ssi." Kyungsoo tulus mengatakan ucapan terima kasih itu.
Namun, tak ada jawaban dari sang lelaki tampan. Kala melirik, lelaki itu bahkan termangu dengan mata elang yang menatap lekat. Entahlah, sulit ditebak arti tatapannya. Entah dia sudah terjatuh hatinya atau malah terlihat jijik dan muak atas ucapan Kyungsoo.
"Apa kau tahu? Ini adalah kencan pertamaku."
"Eh?!" Sang lelaki perkasa seakan tersadar. Mata elangnya semakin membulat. "Bohong! Kau bahkan terlihat genit dan nakal!"
"Huh! Apa aku seburuk itu?" Kyungsoo menggeser kepalanya, merebahkan di atas paha Kim Jongin yang masih terduduk di pinggiran ranjang.
"Kau yakin kau tak pernah memiliki kekasih sebelumnya?" tanya lelaki itu.
Kyungsoo menarik lagi telapak tangan besar milik lelaki itu untuk kembali mengusap pipi yang gembil. "Daripada frasa memiliki seseorang, lebih tepatnya aku tidak membutuhkan seseorang yang disebut kekasih." Kyungsoo tersenyum dengan jawabannya. Dia memejamkan mata, menikmati hangat dan nyaman paha lelaki ini yang menjadi bantalan kepalanya.
"Jika kau sudah mengenal cinta, maka kau akan mengenal sakit hati. Aku benci jika hatiku tersakiti." Kyungsoo menyebutkan alasannya.
"Lagipula, keluarga yang terlihat mencinta dan menyayangimu, belum tentu mereka benar-benar seperti itu, apalagi untuk percaya orang lain mencintaimu," ucap Kyungsoo lagi.
"Orang lain begitu menakutkan, bagaimana bisa aku mempercayai mereka?" Itu memang sebuah pertanyaan, namun sejujurnya Kyungsoo tak membutuhkan jawaban. Dia hanya ingin lelaki ini tahu bagaimana prinsip yang selama ini dipegang teguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trap
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Mereka terbangun di ranjang yang sama, bahkan di selimut yang sama. Namun, Kim Jongin...