Bagaimana pun juga, setiap kali Jongin membuka pintu mobilnya, aroma khas lautan yang luas menusuk di indera penciuman. Jongin sudah sampai di tanah Pulau Jeju.
Ini adalah kedua kalinya. Dulu waktu masih duduk di sekolah menengah pertama, dia pernah datang kemari sebagai acara karyawisata bersama teman-teman.
Jongin sengaja tidak menaiki pesawat terbang untuk datang ke pulau ini. Alih-alih, dia menumpangi kapal laut dan membawa mobil sendiri untuk digunakan berkeliling menikmati pemandangan. Jongin benar-benar ingin mengenali bagaimana indahnya tanah kelahiran sang lelaki mungil yang dicintai.
Niatan Jongin adalah mendatangi rumah megah di pinggiran lautan, di dekat kebun bunga rapeseed, seperti bagaimana Kak Minho memberitahunya. Akan tetapi, sesekali pula ia sengaja turun dari mobilnya untuk mengambil beberapa gambar yang indah dipandang matanya.
Ini sudah entah ke berapa kalinya, mobil Jongin terhenti di pinggiran laut yang indah. Terlihat di ujung sana para nelayan turun menuju laut untuk menyelam dan mengambil hasil laut. Tak lupa Jongin mengambil ponselnya untuk mengambil beberapa gambar. Jika nanti kembali ke Seoul, dia akan menunjukkan semuanya pada lelaki mungil kesayangan.
"Hei, hei, hei, Yuri! Tunggu!"
Sedetik kemudian, Jongin dikejutkan oleh seseorang yang berteriak. Dari kejauhan di sana, seorang nenek tertatih mengejar anak anjingnya yang terlepas.
Dengan cepat Jongin membantu, dengan sigap ia menangkap anak anjing yang berlari mendekat ke arahnya.
"Oh! Anak muda, terima kasih." Nenek pun berseru sembari mengatur napas terhenti dari larinya.
Jongin tersenyum dan datang mendekat, membawa anak anjing milik sang nenek yang baru saja ia tangkap.
"Ya ampun! Yuri nakal sekali. Turunkan saja, anak muda. Bajumu bisa kotor jika menggendongnya." Nenek mengomeli.
Jongin tersenyum lagi dan terhenti di hadapan nenek. "Ini tidak kotor sama sekali, Nek." Dia memberikan anak anjing tersebut kepada sang nenek.
"Terima kasih." Masih dengan napas tersengal, Nenek menerima anjingnya. "Oh, kelihatannya kau bukan orang sini?" tanya Nenek kemudian.
"Ah, saya berasal dari Seoul, Nek. Saya datang berkunjung," jawab Jongin.
"Oh, pantas saja, aku belum pernah melihatmu sebelumnya."
"Oh ya, Nek. Saya datang untuk mencari rumah keluarga Do, apakah Nenek tahu?" tanya Jongin kemudian. Jongin belum menemukan kebun bunga rapeseed yang dimaksud. Nenek ini akan membantu sekali jika ia tahu.
"Keluarga Do? Ada beberapa marga Do di daerah ini. Do yang mana yang kau maksud kan?" tanya sang Nenek kemudian.
"Ah, benar juga. Maksudku, Keluarga Do yang rumahnya berada di pinggiran laut di ujung kebun bunga rapeseed. Anak mereka bernama Do Kyungsoo," jelas Jongin menambahkan tentang keluarga Do mana yang ia maksud.
"OOH! Aku mengingatnya!" Sang Nenek sontak berseru kemudian. "Sungguh kasihan anak itu. Dia dan kakak angkatnya pindah ke Seoul setelah kedua orang tuanya meninggal."
"Meninggal?" Jongin mengerut dahi. "Apa terjadi, Nek?"
"Keluarga mereka sungguh ternama di kota kecil kami ini, karena memang mereka merupakan orang yang paling kaya di daerah ini. Mereka begitu dihormati dan disegani." Nenek dengan cuma-cuma memulai cerita.
Jongin dengan hikmat menyimaki, lantaran sejak awal ia begitu penasaran. Apalagi, Kyungsoo-nya semacam melupakan bagaimana tanah kelahirannya yang indah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trap
Fanfic[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Mereka terbangun di ranjang yang sama, bahkan di selimut yang sama. Namun, Kim Jongin...