06. Sakit Hati

2.5K 425 247
                                    



Ini sudah hari ke lima, Kyungsoo mengunjungi tempat ini. Matanya melirik bangunan bertingkat di seberang sana, di mana Kyungsoo waktu itu datang untuk mengembalikan kartu tanda mahasiswa milik Kim Jongin.

Sungguh memalukan; tetapi Kyungsoo masih tak menyerah untuk mengunjungi, mengirim pesan, dan melakukan panggilan telepon, kendati tak sedikit pun datang balasan dari orang itu.

Seluruhnya adalah kesalahan Kyungsoo, seharusnya ia tak menunda maafnya hari itu. Seharusnya ia menjelaskan segalanya pada Kim Jongin; akan bagaimana ia yang berniat membalas dendam lantas mencampakkan, tetapi kemudian ia benar-benar terjatuh dan sakit sekali ketika mendapati lelaki itu pergi menjauh. Seharusnya Kyungsoo bisa menjelaskan semuanya.

Namun, tampaknya sekarang sudah sia-sia. Lelaki itu mengabaikan semua panggilan dan pesan Kyungsoo.

"Jika kau terus saja bersikap jalang dan semena-mena sesuka hatimu, yakin saja, kau tidak akan pernah mendapatkan pasangan seumur hidupmu!"

Kyungsoo mengingatnya. Tatapan mata elang pertama kali bertemu, sama persis dengan tatapan tajam kala ia pergi meninggalkan. Penuh kemarahan.

"Bukankah ini bagus untukmu? Ini berakhir sesuai harapanmu."

Kata-kata itu terus terngiang. Kyungsoo bahkan sama sekali tak mau mengakhiri kebersamaan ini bersama lelaki itu.

***










"Akk!"

Jongin terjatuh lagi. Bahkan sudah berkali-kali sejak tadi. Ide-ide gerakan menari yang akan diciptakan sudah terngiang di kepala, tetapi sulit sekali merealisasi lantaran hal lain merasuk di pikiran, mengusik benaknya.

"Kim Jongin kenapa?"

"Entahlah, sudah beberapa hari ini ia seperti itu."

"Apa ini masalah tesis? Kudengar Profesor pembimbingnya begitu tegas."

"Bukan, bukan. Dia mengerjakan tesis dengan baik, bahkan sudah diterima untuk pengajuan ujian. Dia hanya berantakan ketika menari, kemampuan mencipta koreografinya tidak seperti dulu lagi. Dia seperti memaksa diri untuk bekerja keras."

Kendati itu adalah bisikan teman di belakang punggung, Jongin bisa dengan jelas mendengarkan. Jongin tak bisa memungkiri, ini memang benar adanya. Pikiran yang kacau, terjadi beberapa hari ini.

Ini sudah hari ke lima sejak pertengkaran mereka. Padahal Jongin yang meninggalkannya, tetapi Jongin sendiri yang tak dapat melupakan. Itulah alasan mengapa Jongin seolah terlihat bekerja keras pada kegiatan lain. Jongin hanya berusaha melupakan lelaki mungil itu dari pikirannya.

"Kak Jongin! Kau kenapa?!" Teriakan itu terdengar di depan pintu ruang latihan mahasiswa jurusan tari kontemporer. Jongin bisa mendengar derap kaki yang mendekati.

Itu adalah gadis cantik mantan kekasih. Waktu lalu dadanya berdesir hebat dan begitu jumpalitan kala ia datang mengunjungi, namun kini, Jongin tak merasakan perasaan apa pun.

"Kak Jongin! Jangan terlalu bekerja keras, kau bisa sakit. Aku tak mau kau sakit! Jangan membuatku khawatir!" ocehnya terdengar sedikit mengganggu. Demi Tuhan, Jongin sedang tak ingin berbicara dengan siapa pun saat ini.

Sweet Trap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang