"1, 2, 3!" Aku berseru.
Kami mengacungkan jari-jari kami secara bersamaan. Ajay mengangkat jari telunjuk, jari tengah dan jari manisnya, sedangkan aku mengacungkan kesepuluh jariku.
"Huruf ke 13, huruf M!" Aku berseru, "Nama brand dari huruf M!"
"Hmm--" Ajay mengelus dagunya.
"Marlboro!" Aku berseru.
Ajay membelalak, "Wah, kau gadis liar! Bagaimana kau tahu nama-nama rokok?"
"Tik, tok, tik, tok, waktu terus berjalan, Ajay!"
Ajay mengacak-acak rambutnya, "No no no, mengapa sulit sekali menyebutkan nama brand dari huruf M!"
"3, 2, 1. Waktumu habis! Aku akan memilih pertanyaan truth untukmu!" Aku menepuk tanganku.
Ajay berdecak, "Sial, ini sudah keempat kalinya aku kalah! Empat kali berturut-turut!"
"Michelin, Microsoft--" Aku menyebutkan satu persatu nama brand sebanyak yang kubisa.
"Stop! Cepat berikan aku pertanyaan truth!"
Aku terkekeh, "Oke, oke. Apakah kau pernah mencium seorang gadis sebelumnya?"
Ia mengangkat salah satu alisnya, "Di bibir?"
Aku mengangguk.
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja pernah."
Aku mendengkus kesal dan melemparkan sebuah potato chip ke arahnya, "Dasar kau sutradara sombong!"
Ajay terkekeh, ia melindungi wajahnya dari lemparan potato chip, "Loh, memangnya kau belum pernah?"
"Tentu saja belum!" Aku mengerucutkan bibirku, "Dan karena kau memilihku menjadi princess, mungkin Rory akan menjadi ciuman pertamaku!"
"Kau sepertinya yakin sekali dengan itu." Ajay menyeringai.
"Karena memang begitu kenyataannya, bodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Riflettore [END]
Ficção AdolescenteDi hari pertamanya bersekolah, Nicole Jenkins mendaftarkan diri untuk bergabung dalam ekstrakurikuler teater atas saran Rory Silva, cinta monyet masa kecilnya. Selain dapat menghabiskan waktu bersama Kesatria Berkuda Putih yang tampan, ia juga harus...