[12] Malamnya Eska

652 116 3
                                    

Langit hari ini cerah sekali, beberapa kali angin juga menghembus pelan di dataran tinggi ini. Dan 9 pemuda yang baru saja berkemas itu, kini sudah ada beberapa yang kembali keluar dari wisma yang akan mereka tinggali tiga hari kedepan.

Nampak seorang dari mereka tengah berfoto ria. Hanya dua orang yang kembali pergi keluar wisma, berhubung hari sudah hampir petang.

"Eh Lix gue denger anak UKM lo lagi pada ada acara ya? Kok lo ga ikutan?" tanya Haris tiba-tiba kepada Felix.

"Pengurus doang itu Ris." pemuda itu salah satu anggota jurnalis. Setelah melewati beberapa tahapan, akhirnya Felix bisa menjadi anggota UKM tersebut.

"Acara dimana deh?"

"Ga ngerti tapi yang gue inget juga di sekitar sini."

"Lah serius?"

"Iya, kalo lo ga tanya mungkin gue lupa UKM gue lagi ada acara disekitar sini. Gue baru sadar pas lihat plang di depan tadi, lihat nama daerahnya sama."

"Ohh,"

"Kenapa? Lo ada mau gebet anak UKM gue?"

"Ga, tanya doang kali." laki-laki bertubuh semampai itu kembali berswafoto, dia memakai topi sebagai barang endorse untuk di upload ke sosial media.

"Di sini kira-kira jalan yang cepet buat ke minimarket mana ya?" Haris berpaling menatap Felix intens, dia dengar pertanyaan itu. Tapi tidak dia jawab, Haris justru menarik tangan Felix untuk kembali ke villa yang mereka sewa.

"Lo kenapa sih Ris!? Tadi kayanya masih asik selfie." Haris menatap tajam Felix mengisyaratkan agar pemuda itu tetap diam sampai masuk ke dalam villa.

Setelah masuk ke dalam villa, nafas Haris sedikit tidak beraturan. Felix yang paham situasi juga sabar menunggu penjelasan Haris. Felix kini menunggu temannya berbicara sambil duduk bersantai di ruang tamu.

"Tadi gue denger ada yang tanya, minimarket terdekat dimana. Tapi gue tau itu bukan elu, cewe." Felix mengangkat alisnya heran, sepertinya tadi dia juga mendengar suara itu.

"Gue juga denger." Haris membelalakkan matanya tak percaya.

"Serius? Kayanya kita jangan keluar malem-malem deh, emang villa ini buat liburan buat istirahatin pikiran."

"Woi kalian berdua! Buruan sini, mau makan ga? Ini masakannya udah jadi." ujar Jinendra menginterupsi percakapan mereka sore itu.

"Yoi, masak apa Bang Ino?" akhirnya mereka bertiga menuju ke ruang tengah dan makan bersama di sana.

"Tuh ada kesukaan Felix, nasi goreng nanas." ujar Fazrin.

"Wih enak nih pasti." kata Haris menambahi.

"Iyalah kita yang masak." Bayu gini-gini bisa diandalin masakannya. Meyakinkan ga kaya punya Calvin, Calvin is very noob.

"Dah ambil semua?" tanya Bayu memastikan adik-adiknya dapat jatah makan.

"Udah semua kuy." si bungsu menimpali, dia nampak tak sabar menikmati masakan Ino Fazrin dan Bayu.

"Oke, berdoa menurut agama masing-masing, mulai." serentak semua member Eska menundukkan kepala untuk berdoa mengucap syukur kepada Tuhan atas makanan yang sudah Ia berikan.

"Selesai." Bayu mengakhiri doa bersama, dan anak-anak Eska dengan segera menyantap hidangan di depan mereka. Mereka duduk melingkari hidangan, sungguh seperti kemah.

"Eh Haris sama Felix tadi kemana?" tanya Jinendra dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Ditelen dulu baru ngomong gitu." Auto kena slepet Mahesa yang anti dengan orang bicara saat makan. Beberapa di antara mereka geli terkikik melihat reaksi Mahesa.

Bayu -bangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang