Seorang wanita tampak mencoba menghubungi satu nomor berkali-kali, sebelum menurunkan benda persegi yang sempat ia tempelkan beberapa saat lalu disisi samping wajahnya.
Tugas semudah ini masih tak bisa dilakukannya dengan baik? Kakak beradik sama saja. Apakah aku harus kembali mencuci otaknya yang mulai tidak patuh itu? Atau membuatnya kembali memjadi kurir pengantar barang?
Wanita itu tersenyum senyap daribalik kemudi, diam-diam memperhatikan gerik-gerik seorang gadis sebelum sosok yang ia perhatikannya menghilang dibalik keramaian kesibukan dipagi hari.
“Anak itu, apa ia bisa lebih berguna?” Wanita berambut pendek itu kini memutar kemudi, kembali menjalankan mobil yang sempat berhenti disana selama beberapa menit.
“Jangan katakan kau sedang menghisap rokok disuatu tempat dengan santai, Kim Taehyung.”
●♤●
Taehyung mengunyah suapan terakhir bubur dalam mangkuk itu, lalu menggapai segelas air diatas nakas. Teringat bagaimana cerewetnya Raena pagi tadi mengingatkannya untuk memakan bubur, minum obat serta istirahat membuatnya berkali-kali hampir tersedak tawa tertahan, belum lagi tanggapan gadis itu akan bualannya. Kenapa lucu sekali?
Setelah dirasa keadaannya mulai membaik, Taehyung kini bangun perlahan dari ranjang Raena. Lelaki itu kini memperhatikan dekorasi kamar dan barang-barang yang menyambut pandangannya. Mulai dari buku-buku yang bertumpuk diatas meja hingga beberapa pajangan foto. Dan sekali lagi ia melihat foto yang kemarin malam telah membuatnya kembali bermimpi buruk. Meskipun tidak ada kesalahan apapun yang dilakukan oleh laki-laki didalam foto itu—dia bahkan berusaha menyelamatkan Seokjin, dan kini lelaki itu cukup menjadi pengingat kejadian tersebut.
Taehyung menjadi sedikit penasaran seperti apa hubungan laki-laki itu dengan Raena. Melihat senyumnya didalam foto, seharusnya hubungan mereka sangat baik. Sebagai kakak tiri lainnya, dia terlihat seperti sosok dengan perhatian dan tanggung jawab.Tetapi, kalau memang kakak tiri Raena sebelumnya itu seperti dugaannya, mengapa dia pergi dari rumah ini?
Belum sempat pikirannya berasumsi lebih jauh, mendadak suara bel rumah terdengar. Alis Taehyung bertautan. Perlahan ia menaruh bingkai foto tadi kembali ke tempatnya lalu beranjak keluar kamar.Siapa yang datang pagi-pagi seperti ini? Raena’kah? Apa si keras kepala itu melupakan sesuatu hingga kembali ke rumah lagi?
Kaki jenjang Taehyung dengan cepat telah menuruni anak tangga. Setelahnya ia segera menggapai kenop pintu kemudian menariknya. Pintu itu terbuka dengan lebar, menampilkan sesosok wanita. Seketika Taehyung merasa disambut guyuran air es tepat diwajahnya.
“Merindukanku, sayang?”
●♤●
Kepulan asap putih samar berpendar di ruang tamu. Sesekali wanita itu mengetukkan rokoknya, menjatuhkan bagian ujung yang perlahan lepas setelah terbakar.
“Bagaimana kabarmu disini? Aku kira kau melupakan sesuatu, Taehyung.”
Rahang Taehyung bergemeretak, berusaha mengendalikan nada suara agar tetap tenang. “Kenapa kau kembali secepat ini? Aku yakin kau juga ingin menikmati tubuh tua itu disamping hartanya.”
Wanita itu kini tersenyum miring, memamerkan senyum menawan, mirip dengan senyuman milik lelaki yang tengah menahan amarah disebrangnya. Ia kini kembali menghisap rokok.
“Kau sangat tahu seperti apa diriku, Taehyung. Ingatlah kembali kesepakatan kita, hm? Jika tugas kecil seperti ini saja kau tak mampu, maka aku juga tak yakin akan tetap bungkam. Dan tentu aku tak ingin melihat kembali kehebohan tak berguna seperti yang diperbuat kakakmu.”
“Hentikan, cukup!” Napas Taehyung tersengal, sekuat tenaga ia tetap berusaha menahan emosi. “Jangan pernah mengungkit masalah itu. Aku...aku sangat mengingat kesepakatan kita.”
“Tapi, kau hampir merusaknya Taehyung, kau membuang-buang aset yang susah payah aku dapatkan.” Wanita itu bangkit setelah melempar rokok dalam himpitan jarinya. “Sudah kubilang untuk tetap berada disamping Raena. Apa kau tak dengar?”
Tangan Taehyung mengepal sempurna “Raena tak berguna, ia tak berharga sedikitpun, untuk apa aku menempel terus padanya?” Tatapan matanya menyorot wanita didepannya, berusaha tegar dari ketakutan asing yang menjalar.
“Tolong, jangan bodoh.” Sang ibu menukas cepat.
Tatapan matanya kembali mengeraskan raut wajah Taehyung, seakan bisa menebak apa yang akan terjadi.
Mengapa ia tak bisa diam setenang dulu? Mengapa rasa takut kini semakin mencekiknya?
“Intinya jalankan tugasmu dengan baik, Taehyung. Layak dulu saat kau masih menjadi kurir pengantar yang patuh. Maka dengan begitu perbuatanmu akan selalu menjadi rahasia. Lalu begitu semua akan berjalan sesuai aturan dunia. Kau mengerti’kan?”
Taehyung terdiam. Aturan dunia, ya? Tawa menggema seakan ingin menyeruak keluar. Tapi, tenggorokannya sudah dipenuhi sumpalan ketakutan lebih dulu. Seakan menggerogoti tubuhnya perlahan, Taehyung bungkam dalam teriakan histeris bisu dalam dadanya; manusia dan panggung dunia seharusnya tak pernah diciptakan, ini sangat memuakkan!
Sang ibu kini telah beridir dan menggapai pundak Taehyung yang menegang. “Kuharap kau merindukan makan malam keluarga yang manis. Tak ada salahnya menikmati ilusi bahagia sesaat’kan? Itu akan membuat cerita lebih menarik. Karena jika ending ceritanya terlalu cepat kurasa akan membosankan,”
Pemuda itu kini benar-benar ingin berteriak mengeluarkan kemuakan berakar yang tertanam dibenaknya.
Namun, suara yang jatuh lembut diselimuti ambisi gila itu kembali menyapa telinga Taehyung. “Tunggu kami beberapa hari lagi, kuharap kau dan Raena menyambut kami dengan baik,”
Suara ketukan hak sepatu kini mendominasi ruangan. Kebisuan Taehyung masih bertahan bahkan saat sang ibu telah berjalan kearah pintu depan.
“Oh, ada satu hal lagi. Aku hampir melupakannya.” Wanita itu menghentikan langkahnya tepat diambang pintu. Ia berbalik anggun. “Jangan biarkan gadis itu mengubahmu, Taehyung. Kau tahu? Perasaan dapat tumbuh tanpa bisa kau duga. Dan itu bisa memperburuk keadaan lebih dari yang kau tahu. Seperti...pangakuan pembunuhan ayahmu, misalnya.” [♤]
KAMU SEDANG MEMBACA
Eglantine || DITERBITKAN
Fanfiction[SEBAGIAN PART TELAH DI-UNPUB UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [PUBLISHED UNDER THE NAME: RAVEN] Dengan masing-masing luka, kenangan kelam dan tembok ketidakpedulian, Son Raena bertemu Kim Taehyung. Calon kakak tiri yang tanpa basi-basi melontarkan anc...