Pt. 19

1.7K 200 28
                                    

Bus itu tampak begitu lengang, hanya ada beberapa penumpang yang berada didepan sedangkan mereka memilih lebih tepatnya Raena memilih bangku yang berada cukup dibelakang sedangkan Taehyung hanya mengikuti keinginan gadis itu.

Terbebas dari masalah menunggu bus, sekarang pikiran Taehyung masih mengingat ucapan sang ibu. Pikirannya tak bisa dikendalikan untuk tidak memunculkan kemungkinan buruk. Jujur saja, ketika malam itu ibunya datang ke kamarnya memberikan pelukan mendadak yang membuatnya hampir tak bisa berkutik. Perubahan mengejutkan itu, ucapan sang ibu, ia benar-benar luluh dan percaya. Tapi, sekarang nyatanya ketakutan itu masih ada, bagaimana pun ia meyakinkan diri sendiri.

Wanita itu telah berubah, keadaan akan baik-baik saja’kan?

Jawabannya, ia tak pernah yakin. Dan disisi lain desiran asing ini selalu menghantuinya. Mengirimkannya perasaan tak tenang setiap waktu. Ia ingin menyangkalnya, tentu, berteriak bisu pada diri sendiri; ini pasti hanyalah perasaan asal yang akan hilang bersama waktu.

Seharusnya ia percaya itu, seharusnya biar bagaimanapun Taehyung harus sadar batas telah ada untuk mereka bahkan dariawal tapi kenapa ia tak mampu mengendalikan kegilaan ini.

Dariawal, jika perubahan ini tak terjadipun rasa tak terjelaskan yang seakan ikut berdetak didadanya memang seharusnya tak ada. Apalagi kini, setelah keadaan berubah drastis ia seharusnya tetap berada dalam batas saudara, saudara yang menjaga dan melindungi Raena, bukan menyimpan sesuatu untuknya.

Ya, benar, seharusnya seperti itu. Bukankah sekarang mereka  telah menemukan jalan pulang bersama-sama? Sekarang ia dan Raena hanya perlu hidup lebih baik, berbagi dan menerima sesuatu yang tak pernah dilakukannya selama ini—kasih sayang, kehangatan familiar, atau mungkin saling menyembuhkan luka masing-masing dalam sebuah tempat bernaung yang kini disebutnya keluarga.

Bukankah itu yang mereka butuhkan?

Taehyung menghirup udara pelan. Suasana terasa begitu hening, kaca-kaca bus disisinya hanya menampakkan suasana malam yang baru saja menyambut. Hasratnya yang sedari tadi ditahan agar tidak melirik kearah Raena yang berada disampingnya kini runtuh begitu saja. Melihat mata indah gadis itu terpejam dengan kepala yang beberapa kali terhuyun kedepan akibat kantuk tak tertahan.

Sedikit menggeleng, Taehyung mengeluarkan tangannya yang sedari tadi terselubung dalam saku jaket, bergerak perlahan-lahan, berusaha membenarkan posisi Raena agar tepat bersandar pada kursi bus dengan baik.

Namun, tak diduga, tubuh gadis itu kini bergerak tanpa sadar bersandar pada dadanya. Taehyung tergesiap, menahan kehangatan asing yang menjalar cepat ke seluruh tubuhnya. Sepersekian detik membuat jantungnya serasa berdetak dua kali lebih cepat. Sial, debaran ini.

Secepatnya,dengan hati-hati ia mendorong bahu Raena mencoba menjauhkan gadis itu. Tapi yang ia temukan malah tubuh mengigil sang gadis.

Tunggu, ia kedinginan?

Akhirnya dengan ragu-ragu, sambil tak melepas sedikitpun pandangannya, Taehyung dengan lembut menarik Raena mendekat, membiarkan kepala gadis itu kini bersandar di pundaknya. Tangannya terjulur merangkul pundak Raena, memberinya kehangatan.

Didetik berikutnya, ia malah menemukan matanya kini menelusuri setiap lekuk wajah Raena. Kelopak mata yang memejam damai dengan bulu mata yang berjejer melengkung. Hempusan napas gadis itu bahkan dapat didengarnya, pelan dan teratur. Taehyung mengulum seulas senyum. Raena tampak seperti anak kecil yang tidur pulas akibat kelelahan bermain.

Namun, setelahnya ia sadar bahwa kendali dirinya telah goyah. Batas yang baru saja diyakininya memudar dengan cepat. Setelah matanya jatuh pada satu titik, Taehyung serasa telah kehilangan kemampuan untuk mengendalikan tubuhnya. Karena perlahan dengan pandangan meredup, ia mendekatkan wajahnya. Seakan memberi kesempatan lagi bagi kehangatan itu untuk menjalar, kali ini tanpa penolakan. Sedetik kemudian mata Taehyung terpejam dan ciuman kesepian itu mendarat lembut pada bibir Raena.


●♤●


“Astaga Raena! Kau tahu aku hampir mati karena panik?!” Suara Hoseok langsung memenuhi telinganya. Sesaat setelah ia memasuki kelas dan laki-laki itu langsung mendatanginya.

Raena hanya membalas dengan senyum canggung. “Maaf, karena telat menghubungimu”

Tidak-tidak.” Hoseok menggeleng keras sambil menyerahkan barang-barang Raena yang tertinggal di mini bus kemarin. “Seharusnya aku lebih teliti dan berhati-hati. Untung saja kau bisa pulang dengan selamat.” Segaris raut bersalah benar-benar terpancar dari wajah Hoseok.

Raena juga merasa dirinya begitu beruntung. Meski ia belum mendapat jawaban jelas dari Taehyung mengapa laki-laki itu juga tepat berada disana karena setelah sampai dirumah dengan kondisi kelelahan ia segera menghubungi Hoseok agar tidak terjadi kehebohan karena dirinya yang tertinggal disana. Meski sebenarnya ia masih penasaran mengapa ia bisa ditinggalkan begitu saja, padahal setiap orang yang keluar bus pasti didata. Tetapi ia merasa sedikit enggan, toh ia baik-baik saja sekarang. Raena sudah cukup dengan masalah lain yang bergumul diotaknya.

“Aku kira kau melakukan tindakan seperti Ji—“ Hoseok menggigit bibir bawahnya, memalingkan pandangan. Sedikit merasa bodoh akan ucapan yang setengah terlontar itu.

Raena menghela napas pendek,menengok kearah bangku disampingnya. “Apa Jimin sudah datang?”

Hoseok yang hendak menjawab kini  menelan kalimatnya lagi kala siluet seorang gadis memasuki kelas. Pandangan Raena segera mengikuti langkah Kang Hyojoo yang melewati bangkunya. Tatapan mata tajam Hyojoo kini menghujamnya sebelum gadis itu menduduki bangku bagian belakang dan memutus kontak mata.

Sesaat kemudian, mendadak Hoseok berucap ragu. “Raena,sebenarnya...” laki-laki itu mendekat hendak berbisik. “Sebenarnya daftar penumpang yang turun kuserahkan pada Hyojoo, dan ia mengatakan kau telah naik kembali ke bus jadi aku tak memeriksanya lagi. Tapi ternyata kau...tertinggal disana.” [♤]











A/N : See you in 2020💜🙏🎉

Eglantine || DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang