“Namanya Son Raena. Dia bilang dia percaya bahwa aku tak melakukan itu.”
Lamunan Hyojoo kini terpecah kala Jimin mendadak kembali berucap. “Akhirnya ada orang yang tidak menolakku.”Mata Hyojoo meredup. Namun ketika hendak menanggapi perkataan Jimin mendadak seorang menarik lengannya, memaksanya berdiri.
“Hyojoo! Sudah ibu bilang jangan menemuinya lagi!”
Gadis bersurai coklat itu terbelalak kaget. padahal ia sudah mengendap-endap dan memastikan ibunya tak akan kembali secepat ini. Tapi, sebelum dapat melakukan sesuatu ia telah diseret menjauh. “Tapi, ibu! Jimin—“
“Mereka akan segera pindah darisini! Kita tak ada hubungan apapun dengan mereka lagi.”
“Apa? Jimin akan pergi?” Hyojoo berusaha melepas cekalan tangan yang menariknya. Sang ibu masih menyeretnya untuk menjauh dari rumah itu, meski kemudian Hyojoo berhasil melepas cekalan itu secara paksa. “Lepas!” Napasnya tersengal, “Dia tidak membunuh bibi, ibu.”Wanita didepannya memijat pelipis, kepalanya serasa berdenyut. “Dia itu gangguan jiwa. Kau tak mengerti Hyojoo!”
Hyojoo seketika bungkam. Dadanya kini terasa semakin nyeri. Tidak, Jimin tidak seperti itu’kan?
“Dan entah apa yang dipikirkan ayahnya hingga menutupi semua ini. Berhasil membungkam segalanya, termasuk tuntutan ibu! Menjadikan segalanya menjadi hanya rumor. Kurasa dia hanya melindungi nama baiknya sebagai pengusaha.”
“Tapi, ibu—“
“Jauhi dia. Ibu mohon, jauhi Park Jimin dan segala yang berhubungan dengannya.”
Cekalan tangan sang ibu kini kembali menyeretnya. Hyojoo kembali menengok untuk melihat rumah Jimin yang hanya dihuninya sendiri belakangan ini. Benarkah sang paman melakukan itu? Melindungi namanya sendiri dan membuang Jimin secara tak langsung?
Pikiran yang masih dipenuhi pertanyaan itu,kembali dikejutkan dengan kedatangan mobil sedan hitam, segera melaju masuk ke rumah Jimin. Sebelum jelas terlihat sesaat kemudian Tuan Park turun dengan tergesa. Tanpa perlawanan mencekal tangan Jimin dan langsung menariknya masuk ke mobil. Disanalah terakhir kali ia melihat pandangan mata kosong pemuda itu.
●♤●
Hyojoo menyandarkan kepala pada kaca.Kemarin, pandangan mata kosong itu kembali dilihatnya, dan kali ini mengirim perasaan tak terjelaskan yang terasa mencekam.
Sejak kejadian kemarin pikirannya bahkan membongkar dan menyiarkan ingatan lama tanpa bisa dicegahnya. Bagaimana rasa lega dipaksakan itu kini berubah menjadi penyesalan. Seandainya jika dihari itu ia mencegah Jimin dibawa sang ayah pergi, apakah ia bisa menyembuhkan pemuda itu tanpa membuatnya terluka lagi? Apakah ia dan Jimin akan memiliki akhir yang berbeda nantinya? Sehingga Jimin tak perlu mengejar Raena hanya karena pernyataan yang dikatakan gadis itu bahwa, ia mempercayai Jimin.
Kenapa Jimin tak bisa melihat kepercayaan dirinya juga? Aku mempercayaimu Jimin, kau tak melakukan pembunuhan itu.
Helaan napas tertahan kini dihembuskan Hyojoo. Jika saja ia tahu ini semua hanya akan berakhir menyakiti Jimin lagi maka ia akan berusaha mencegah sepupunya itu untuk mengejar perasaannya pada Raena. Hanya karena dihari Jimin menceritakan Raena, untuk pertama kalinya ia melihat senyum tanpa beban diwajah Jimin, bahwa gadis yang bernama Son Raena mampu menyembuhkan luka pemuda itu. Maka ketika setelah beberapa tahun berlalu ia kembali bertemu Jimin secara tak sengaja dan menemukan Jimin ternyata masih sosok dengan senyum tanpa beban yang asing karena keyakinan akan ucapan Raena dan ingin mencari gadis itu, ia tak akan membantu Jimin melakukannya. Jimin kembali hancur, ia tahu itu.
Perasaannya kini berkecamuk hebat. Ini semua karena gadis itu.
Ditengah emosinya yang juga ikut memuncak mendadak terdengar suara Hoseok yang nyaring. “Perhatian! kita akan berhenti untuk mengisi bahan bakar. Dan karena itu bagi yang ingin turun untuk ke kamar kecil dan membeli sesuatu dipersilakan.”
Mendadak senyum miring kini tanpa sadar terbentuk dibibir Hyojoo melihat sesosok orang bangun dari kursinya.Setidaknya, kau harus diberi pelajaran.
●♤●
Perjalanan ini memang melelahkan. Tapi, keadaan pikirannya lebih buruk, lelah dan kebingungan yang bercampur serasa siap meledakkan kepalanya.Jauhi Jimin
Perkataan Kang Hyojoo seakan kaset rekaman rusak yang tak bisa berhenti. Raena dimakan rasa penasaran tetapi, apa haknya untuk bertanya ketika ia bahkan telah menolak pemuda itu? Dan semua ucapan Hyojoo memperkuat asumsi bahwa ia memiliki kesalahan. Bagaimana jika memang benar bahwa sikapnya selama ini kepada Jimin memang salah? Bahwa menjauhinya adalah cara yang seharusnya ia pilih untuk menghadapi Jimin, atas perubahan mendadak yang membingungkan dari pemuda itu.
Raena menghela napas. Bahkan saat ia sedang berada di kamar kecil pun beban pikirannya masih terbawa. Akhirnya setelah selesai, Si Son berusaha membuka pintu kamar kecil. Sebelum mendadak ia langsung dilanda panik, pintu itu mendadak macet dan tak bisa dibuka.
Apa yang terjadi?
Ia berusaha sekuat tenaga membuka pintu itu tapi tetap tak berhasil. Sial, apa yang harus ia lakukan? Ponselnya ia tinggalkan di mini bus. Kemungkinan besar tak ada yang menyadarinya pergi karena yang biasanya saling mengingat keberadaan masing-masing adalah teman sebangku. Tapi, Jimin tak ada.
Dengan rasa panik yang mencuat, Raena kini menggedor-gedor pintu sambil berteriak. Akhirnya setelah beberapa menit mencoba membuat suara gaduh, seseorang menjawab suaranya. Bercampur setengaah kelegaan, Raena mengatakan bahwa pintu toilet itu rusak sehingga tak bisa dibuka. Orang yang mendengarnya tadi dengan segera mencoba membuka pintu itu.
Masih dengan sisa kekalutan pikirannya pintu tersebut akhirnya berhasil dibuka.
“Ba-bagaimana kau bisa ada disini?” Raena terpaku ditempat.[♤]A/N : Taehyung mana ya? Aku rindu :v
Jadi, di salah satu bagian part yang super membosankan ini aku bakal ngebacot lagi😗Murni kegabutan malam senin ini, jujur ide cerita diotakku itu berkeliaran tapi nggak satupun yang jelas. Tapi, tenang, Eglantine udah aku buat sampe tamat🤐
Aku pengen tahu aja pendapat kalian kalau semisal aku buat fanfict yang pemerannya salah satu member TXT, gimana? Ada peminatkah jika aku beneran buat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eglantine || DITERBITKAN
Fanfiction[SEBAGIAN PART TELAH DI-UNPUB UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [PUBLISHED UNDER THE NAME: RAVEN] Dengan masing-masing luka, kenangan kelam dan tembok ketidakpedulian, Son Raena bertemu Kim Taehyung. Calon kakak tiri yang tanpa basi-basi melontarkan anc...