Pt. 16

1.6K 194 27
                                    

Akibat kejadian mengejutkan itu. Semua orang menjadi heboh karena penasaran bahkan banyak yang mencoba menanyainya namun, Hyojoo selaku yang memegang kendali permainan itu juga mungkin merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi langsung turun tangan menenangkan diikuti oleh Hoseok dan Namjoon ssaem yang belakangan juga mengetahui apa yang terjadi.

Raena yang hanya diam kebingungan akhirnya hanya bisa menuruti ucapan Hyojoo untuk beristirahat dikamar. Tanpa bertanya apalagi yang terjadi selanjutnya karena ia begitu lelah akibat belum mendapat istirahat yang cukup, belum lagi keterkejutannya akibat tatapan mata Jimin yang serasa mengirimkan ketakutan entah darimana asalnya, belum juga sirna. Jadi, setelah memakan beberapa suap makan malam yang diantarkan ke kamarnya, Raena memilih segera merebahkan tubuhnya diranjang. Berusaha melupakan kejadian yang baru saja terjadi.

Hingga pagi telah menyongsong, bahkan kalau bukan karena suara yang ditimbulkan orang yang baru memasuki kamar, Raena mungkin belum ingin membuka mata.

Namun, segaris wajah cemas Hyojoo kini telah cukup mengundang kesadarannya, Raena bangun dengan gelagapan. “A-ada apa?”

“Park Jimin menghilang, ia tak kembali ke penginapan setelah kejadian dipondok itu.”


●♤●


Raena sudah menduga bahwa rencana tamasya konyol ini hanya akan berantakan tak karuan akibat banyak yang ikut dengan setengah hati tetapi ia tak pernah menduga bahwa akan terjadi peristiwa seperti semalam yang bahkan menyeret dirinya. Ia bahkan tak mengerti kenapa Jimin bisa bersikap seperti itu? Apa karena ia menolak? Tapi itu terasa berlebihan. Belum lagi laki-laki itu mendadak menghilang menimbulkan kehebohan yang sempat teredam kembali mencuat.

Sampai siangpun akhirnya Si Son hanya berdiam diri didalam penginapan. Selain itu beberapa acara memang dibatalkan karena kepanikan akan hilangnya Jimin. Lalu suara kenop pintu bergerak terdengar sebelum sesaat kemudian sosok Hyojoo muncul.

“Apa sudah ada kabar?”

Hyojoo tak langsung menjawab, ia memilih duduk bersandar pada ranjang. “Sudah. Jimin hanya pulang lebih dulu.” bisiknya terdengar agak sinis.

Namun, itu terasa mengirimkan napas kelegaan bagi Raena, “Baguslah,” ia menghela napas, melepas beban yang seketika terasa terangkat. Sebelum gadis bersurai coklat yang bersandar pada ranjang disebelahnya menegakkan punggung dengan ekspresi acuh.

“Ayolah, jangan berlagak khawatir atau semacamnya. Apa kau tak sadar bahwa kaulah yang membuat Jimin seperti ini?”

Dahi Raena berkerut, “Apa? Apa maksudmu berkata seperti itu?”

Hyojoo mendecih seakan sudah mengetahui jawaban yang akan dilontarkan sang lawan bicara. “Kau menolaknya begitu saja, sedangkan setiap hari kau mengajaknya seakan kau memang mendekatinya, jangan berpura-pura bodoh seperti itu!”

Raena kehilangan kata-kata. Apa semua orang berpikir seperti itu? Tapi, Jiminlah yang mendekat bukan sebaliknya.

“Kau salah paham, aku tak pernah—“

“Ah, sudahlah. Mana mungkin kau mengakuinya’kan?” Hyojoo kini menatapnya sengit, menyudahi percakapan.

Namun, Raena masih tak ingin membiarkannya begitu saja. Dengan menahan emosi yang memang sedikit tersulut, gadis itu kembali berkata, “Kau tak mengerti Jimin. Aku mengenalnya sejak lama. Dan asal kau tahu, Jimin telah berubah terlalu banyak, hingga aku bahkan hampir tidak mengenalinya. Jadi,jangan berlagak mengerti apa yang terjadi diantara kami!”

Raena menyudahi kalimatnya dengan ekspresi mengeras. Tetapi tak seperti yang diharapkan Hyojoo malah berbalik dengan mata berkabut akibat genangan air mata tertahan.

“Karena kaulah Jimin berubah!” Teriaknya kali ini. Berhasil membuat Raena bungkam dengan kebingungan yang serasa hampir meledakkan kepala.

“Apa sebenarnya maksudmu? Mengapa kau—“

“Kau menghancurkannya lagi. Tidak, lebih tepatnya kau membohonginya! Apa kau puas?” Hyojoo kini menunjuk Raena dengan sorot kebencian.

“Aku—aku tak pernah...” Raena kehilangan kalimatnya, ia tak mengerti apa yang baru saja dikatakan gadis bermarga Kang didepannya. Bahkan sebelum Raena dapat menerka maknanya, Hyojoo menyeret langkah keluar. “Tunggu,” Pergelangan tangan Si Kang kini ditahannya. “To-tolong jelaskan apa maksud perkataanmu? Jimin...apa yang kau ketahui tentangnya? Aku—“

“Jauhi dia.” Tukas Hyojoo singkat,  menyentak tangan Raena yang terpana. “Intinya, kau hanya membuatnya semakin hancur jika kau berada didekatnya. Asal kau tahu saja, dia tak pernah baik-baik saja. Jadi, jauhi Park Jimin.”


●♤●


“Ada...ada orang yang mempercayaiku. Dia satu-satunya orang, Hyo...”

Hyojoo hanya menatap diam laki-laki disampingnya. Mata yang biasa dilihatnya hanya menatap kosong kini terlihat sedikit bercahaya.

“Ada orang yang percaya bahwa aku tak membunuh ibuku,” ucap Jimin lagi kini dengan tersenyum.

“Aku juga percaya kau tak melakukan itu.” Hyojoo menukas, terdengar bergetar diudara sore hari yang mengambang sunyi dengan desiran angin lembut.

“Tidak. Kau sama saja seperti bibi dan ayah.”
Hyojoo bungkam. Ia memang tak yakin, tapi perasaan mendorongnya lebih kuat untuk percaya. Meski begitu, Jimin malah melihat keraguan yang terselip disana. Dengan mengatupkan bibir Hyojoo kembali memandang wajah Jimin dari samping.

Seandainya ia bisa melindungi Jimin dari segala yang bisa menyakitinya.

Teringat, seberapa sering ia melihat Jimin pulang dengan keadaan yang berantakan akibat rumor penyebab kematian sang ibu—yang entah mengapa bisa ditujukan padanya.

Namun, tak ada yang cukup peduli seberapa pun Hyojoo mencoba mengembalikan kepingan dunia sang sepupu. Semua seakan tuli baik ayah Jimin maupun saudara almarhum ibu Jimin—ibunya sendiri,yang memilih menarik diri seakan masalah itu begitu sepele. Seakan, Jimin memang pantas menerima perlakuan itu. [♤]













A/N : Hi! Kembali dengan bacotan author :v
Happy 2k+ readers💜 sampai nggak tahu harus ngucapin apalagi. Jujur, aku nggak nyangka bakal ada yang baca Eglantine sampai sebanyak ini hehe. Aku masih pemula banget disini, menuangkan ide cerita masih lambat dan amburadul. Kalian bisa liat cerminan awal alias ke-alay-an aku terutama di cerita Without A Heart🥴 (nggak recommended untuk dibaca😪) dari masih banyak pake kata non baku, typo bertebaran dan segala kejanggalan, aku berusaha memperbaiki diri disini, meski cerita ini juga masih banyak banget kekurangannya. Terima kasih udah baca dan apresiasi Eglantine sampai sejauh ini :)

I PURPLE U

Ramaikan kolom komen guys😘 siapa tahu aku balas dengan bocoran next part🤔☺

Eglantine || DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang