Cahaya lembut lampu sebuah ruangan langsung menyilaukan mata Raena yang susah payah ia buka. Masih mengerjap pelan, Raena berusaha mengumpulkan kesadaran. Dengan sisa energi yang masih dimiliki, gadis bersurai hitam itu perlahan menegakkan punggung. Sebelum getaran ketakutan merambat cepat, didetik pandangannya menyadari hal janggal.
Dimana dia? Tempat apa ini?
Raena susah payah meneguk ludah, ia sangat yakin setelah pemakaman sang ayah, ibu mengantarkannya ke dalam kamar, melihat kondisinya yang menggigil kedinginan. Lalu samar-samar ia mendengar ibunya menghubungi seseorang dengan nada sarat akan kekhawatiran meminta seseorang yang dihubunginya itu untuk menemani dan menghiburnya. Sempat begitu penasaran akan siapa yang ibunya hubungi tetapi rasa lelah telah menggelayuti kelopak matanya hingga tanpa sempat mendengar lebih jauh ia telah terlelap.
Lalu....
Raena mencoba mengingat lebih jauh. Ah, ya, malam itu ia terbangun ditengah hujan deras. Menyeret langkah lunglainya menuju pintu kamar lalu...sepasang lengan merengkuhnya ketika ia hampir ambruk.
Taehyung? Apa laki-laki itu yang membawanya kemari?
“Oh, kau sudah bangun, Raena?”
Mata Raena seketika melebar, saat pandangan matanya bertemu sosok laki-laki yang mendadak muncul sambil membawa nampan.“Ji-Jimin?” Suara Raena berderit rendah. Ia tak dapat mencerna situasi apa yang ia hadapi saat ini. Begitu banyak pertanyaan, tetapi ia bahkan begitu bingung untuk mengajukan salah satunya. Presensi mendadak Jimin ditempat yang bahkan begitu asing bagi Raena membuatnya teringat bagaimana perubahan Jimin beberapa hari yang lalu—pandangan mata yang berubah drastis itu.
“Raena,”
“Menjauhlah!” Raena menepis tangan Jimin yang menyentuhnya. Napasnya tertarik tak beraturan. Memandang Jimin yang kini telah duduk ditepi ranjangnya.
Jimin menghela napas, menaruh nampan berisi semangkuk bubur dan beberapa obat. Pandangannya kini memandang netra bergetar Raena dengan seulas senyum tipis. “Tenanglah, Raena. Kau sedikit sakit jadi kau perlu istirahat dan minum—“
“Kenapa aku berada disini? Dimana aku? Ap-apa yang kau—“
“Maafkan aku,”Jimin menukas cepat, memotong kalimat penuh pertanyaan Raena. Gadis didepannya terdiam. “Maafkan aku atas sikapku dihari itu. Aku tahu aku berlebihan. Kumohon, dengarkan penjelasanku,”
Raena bergerak tak nyaman. Kebingungan yang merambat kini berubah menjadi kebimbangan dengan segaris ketakutan. Apa yang berusaha dilakukan pemuda didepannya ini?
“Aku tahu, kau mungkin menyadari perubahanku, sangat berbeda seperti yang pernah kau kenal dulu...Jimin yang menyendiri, Jimin yang bersembunyi ketakutan di pojok ruangan...Aku tahu mungkin ini membuatmu kebingungan. Tapi, aku melakukan ini karenamu Raena. Aku tak ingin kehilangan kepercayaan itu. Kau...satu-satu orang yang percaya padaku. Kau begitu berharga untukku,”
Jimin perlahan mendekat, seketika membuat Raena yang masih dibalut selimut itu bergerak panik, berusaha menjauhi Jimin yang kini telah menaiki ranjang king size tempatnya setengah berbaring, sebelum tangan pemuda itu kini menggapai pergelangan tangannya. Gadis itu menegang takut. Pandangan mata Jimin menyorotnya dalam, menyiratkan pandangan yang sulit diartikan. Jimin lalu melanjutkan lirih. “Jangan menolakku Raena, aku ingin bersamamu, berada didekatmu. Jangan tinggalkan aku—“
Plak
Jimin terdiam kaku. Sebuah tamparan mendarat tepat dipipinya. Raena segera menyentak pegangan tangan pemuda itu lalu bergerak menjauhi ranjang dengan gemetaran. “Aku...aku hanya menganggapmu teman, Jimin. Kumohon, hentikan sikapmu itu dan jelaskan apa semua ini? Dimana aku?”
Jimin meraba sudut bibirnya, menarik senyum miring. “Kau berada dikamarku.” ucapnya datar.
Raena tercekat napas. “Ap-apa?”
“Iya, kau berada dikamarku, Son Raena.” Jimin perlahan turun dari ranjang, berdiri lalu memandang lurus kearah perempuan bersurai hitam itu.
“Kenapa aku bisa berada disini? Apa yang ingin kau lakukan? Dimana keluargaku?” Raena melangkah mundur, menatap sekeliling berharap seseorang akan menjelaskan keadaan yang ada didepannya.
“Keluarga?” Jimin terkekeh. “Kau yakin, kau memiliki itu?”
Raena tanpa sadar memincingkan mata, meneliti setiap gerik-gerik Jimin,mencari sesuatu yang mungkin disembunyikan laki-laki itu tetapi nyatanya Raena malah mengingat ucapan yang membangkitkan rasa takut lama yang mencuat kembali. Ia kini menggeleng. Mungkinkah?
Perlahan suara berat Taehyung seakan terdengar ditelinganya.
‘Beginikah caramu menyambut neraka?’
‘Sudah kubilang aku ini adalah nerakamu, jangan menyambutku dengan sikap bodohmu itu.’
‘Selamatkan dirimu selagi bisa.’
Raena kembali menggeleng. Tidak, ia memiliki keluarga sekarang. Ibu tiri dan Taehyung yang telah melengkapinya. Mereka...mereka tak mungkin—Ancaman itu, ancaman Kim Taehyung hanya kebohongan belaka’kan?
“Kenapa? Kau mulai menyadarinya?” Jimin kini perlahan mendekat.
“Menjauhlah!” Raena memekik.
Namun, Jimin tak berhenti melangkah, ia hanya memperlambat langkah kakinya, sesekali tertawa pelan. “Kau tak bisa menjauh dariku. Apa kau tak mengerti juga?”
Raena berusaha mundur, tetapi ia telah terpojok diantara sofa dan dinding.
“Kita ini sama, Raena. Tak pernah ada jalan pulang, tak pernah ada jalan kembali. Kita hanya berusaha mencari celah sempit untuk tetap bernapas, bukankah begitu?” Bibir pemuda itu kini membentuk seringaian. “Yang mengelilingi kita hanya kebohongan yang begitu manis. Tenggelam dalam drama kasih sayang, lalu pada akhirnya kita tersadar. Jadi...bukankah kita sama?”“Tidak! Hentikan omong kosongmu!”
“Wah, kau menelan kebohongan itu terlalu banyak, Raena. Bagaimana kalau aku menceritakan sesuatu yang menarik?”
Dada Raena naik-turun mencoba tetap memegang teguh kepercayaan yang mulai terkikis oleh ketakutan yang meningkat.Namun, tanpa sempat menghindar, Jimin telah menarik tangannya, membawanya mendekat dalam sepersekian detik. Laki-laki itu kini kembali berucap, “Cerita pertama, ibu tiri tersayangmu itu, menjualmu padaku.” [♤]
A/N: Hi readers♡
Ayoloh, siapa yang kemarin ngira yang meluk Raena itu Taehyung?🤭🌚
Jujur ya, aku belakangan ini sering banget cek wp, promote cerita ini di beberapa akun, ngeliat readers Eglantine yg membludak. Aku nggak nyangka bakal sebanyak ini, rasanya seneng banget. Iya, aku apa adanya aja ngomong disini, emang dasarnya aku lebay, baperan dan agak melankolis😌 alasan lain kenapa aku sering cek wp itu karena aku pengen tau respon kalian. Bener deh, kalau liat ada yang komen tu senengnya bukan main, rasanya seru banget bisa tau pendapat kalian tentang cerita ini di setiap part. Karena dengan begitu aku tau hal apa yang disukai pembaca dari cerita aku, apa yang membuat kalian stay disini. Aku pengen menemukan ciri khas cerita aku di mata kalian apa? :)
Oke, sekian bacotan dipart ini. Jangan lupa komen dan vote yap🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Eglantine || DITERBITKAN
Fanfiction[SEBAGIAN PART TELAH DI-UNPUB UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [PUBLISHED UNDER THE NAME: RAVEN] Dengan masing-masing luka, kenangan kelam dan tembok ketidakpedulian, Son Raena bertemu Kim Taehyung. Calon kakak tiri yang tanpa basi-basi melontarkan anc...