2 : Beli Kain Baru!

66 11 3
                                    

   Terlihat senyuman ceria ketiga anak tersebut. Tapi tak lama kemudian senyum itu pupus dari wajah si sulung. Adiknya yang menyadari hal itupun segera menanyakan perihal yang mengganjal itu.

"Onee-chan kenapa? Ada yang salah?"

   Si sulung pun langsung menunjuk kain yang dipegang adiknya, "Itu," Kemudian ia mengambil nafas dan bertanya, "kain kesayangan mama kan? Itu sobek loh!"

    Sontak, Pooru dan Chesa memandang ke arah kain. Dan ternyata benar saja, kain itu sobek. Pooru kemudian menunjukkan mimik wajah akan menangis--diantara mereka bertiga, yang paling cengeng saat ini adalah Pooru. Pria yang mengaku bernama Dani tadi langsung berkata, "Eh jangan nangis dong! Kainnya sobek ya? Coba sini kakak lihat!"

   Pooru pun menyerahkan kain tipis yang sudah sobek itu kepada Dani. Kemudian Dani menggelengkan kepalanya. Bentuk sobeknya panjang juga melebar. Ditambah, ia memang tak bisa menjahit. Tak mau mengecewakan anak-anak, ia pun kembali berfikir bagaimana untuk memperbaiki kain tersebut. Lalu bagaikan ada lampu bohlam diatas kepalanya, ia mendapatkan ilham. "Gimana kalo kita beli baru aja? Kain ini banyak yang jual kok di mall! Harganya juga gak terlalu mahal."

"E-eh? Bolehkah? Gak ngerepotin?"

"Enggak kok."

"Ya udah ayo!" Sahut Pooru.

"Tunggu Poolu-nee. Checa mau nanya." Ujar Chesa dengan pose berfikirnya yang serius. Namun tetap saja itu malah terlihat imut.

"Hm?"

"Mall itu apa?"

"Mall itu tempat terjadinya jual beli dengan menggunakan harga tetap. Jadi gak bisa nawar disana."

"Hmm.. belalti mall itu kayak pacal ya? Teluc kenapa ga beli di pacal aja?"

   Dani mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti maksud anak ini. Anak ini memang masih cadel huruf R dan S. Tapi tetap saja membingungkan. Karena tak mengerti maksud Chesa, ia pun menggelengkan kepalanya. "E-enggak deh ya. Kita ke mall aja. Disana dingin loh. Biasanya anak kecil suka yang kayak gitu kan? Kalian juga boleh main disana sebentar. Nanti kakak temenin."

    Ketiga bersaudara itu saling tatap menatap dan tatapan mereka mengandung keraguan. Namun akhirnya mereka mau ikut bersama Dani menuju mall. Sekilas, jika orang lain melihat ini seperti om-om yang menculik anak kecil. Tapi semoga tidak ada yang berfikir seperti itu.

    Tadinya ketiga anak itu berniat akan izin kepada ibunya, tapi jika begitu, maka kesalahan Pooru akan diketahui. Karena mereka tidak kembali dulu ke rumah pula lah yang membuat mereka masih memakai baju main mereka. Mizu menggunakan atasan kaos berkerah dengan celana selutut. Sedangkan Pooru menggunakan dress putih--karena memang tadi dia sedang didalam rumah, bukannya bermain. Kemudian Chesa menggunakan baju kodok. Ah, ada yang tahu baju kodok seperti apa? Kalo tidak ya sudah :v

   Saat perjalanan, ketiga bersaudara itu tak berhenti-berhentinya mengoceh. Yah, khas anak kecil. Dani tersenyum karena itu. Tiba-tiba saja Mizu menyeletuk, "Om om! Om ini apa? Kayaknya bukan penggembala domba ya? Kalo emang penggembala domba kan gak mungkin ninggalin kawanan dombanya." Adik-adiknya itu pun mengangguk-angguk.

   Dani yang terkejut pun menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, lalu ia membuka mulutnya, "Iya. Aku memang bukan penggembala domba. Aku ini sebenarnya tinggal di kota. Tapi tadi aku ke sana cuma niat jalan-jalan. Karena walau aku dulu sering kesana, aku belum pernah sekalipun nyoba untuk berkeliling disana. Ah! Kalian kayaknya bukan dari kota. Kalian darimana?"

"Kita dari desa di dalem hutan."

"Eh? Didalem hutan ada desa?"

"Iya! Nanti kapan-kapan kita ajak om main ke rumah kita deh! Hehe."

Khong Gwan FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang