Mereka terus berjalan hingga berhenti di suatu tempat. Perasaan Pooru semakin menjadi tidak karuan karena prasangka buruknya menjadi kenyataan.
Tempat yang dimaksud anak itu adalah pemakaman.
Anak itu masuk ke dalam pemakaman. Pooru tetap mengikutinya sambil terus berdo'a semoga anak itu tak berhenti didepan salah satu makam. Anzu dan Ifa nampak ketakutan juga. Tetapi mereka berusaha untuk menjadi berani.
Kemudian anak itu berhenti didepan pohon besar. Saat sampai disana, Pooru terkejut.
"Ini rumahku. Ini kakakku. Dan ini adikku."
Mereka bertiga sangat tidak menyangka bahwa di pemakaman ini terdapat tiga anak kecil yang tinggal. Apalagi itu hanya terdiri dari 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Yang terlihat lebih tua adalah perempuan, usianya mungkin 12 tahun. Ia menggendong seorang bayi laki-laki yang sedang tertidur. Dan si anak tadi, usianya sekitar 10 tahun. Anzu tiba-tiba saja meneteskan air matanya. Ia pun memeluk Pooru.
"Mak, mereka boleh tinggal di rumah kita aja gak mak? Anzu ngerasa.. kalo misalkan waktu itu emak gak mau bawa Anzu ke rumah, nanti nasib Anzu bakal kayak gini juga."
Pooru memeluk balik anaknya. Hati nuraninya pun tak kuasa melihat ketiga anak ini tinggal di pemakaman yang sudah pasti tak tersedia makanan. Ketiga anak ini juga nampak terbiasa dengan air hujan yang jatuh diatas mereka.
"Kalian.. mau tinggal sama saya aja? Disini kalian susah dapet makan kan? Disini kalian kedinginan kan?"
Ketiga anak itu terdiam. Mereka saling memandang seakan-akan sedang bingung akan mengiyakan atau tidak.
"Dan, kalian ga dapet kasih sayang disini kan?"
☆☆☆
"MAAAK!! AKHIRNYA MAK UDAH BA一EH? SYAPA TUH?" Teriak Karen yang sudah melihat Pooru yang kembali dengan tiga anak tambahan di belakangnya.
"Ntar mak ceritain ya nak. Sekarang emak mau bikin air anget dulu buat mereka mandi."
Tak lama kemudian, air hangat siap. Pooru segera menyuruh ketiga anak itu, Anzu, dan Ifa untuk mandi. Awalnya ketiga anak itu menolak. Tapi Pooru terus membujuknya. Akhirnya mereka mandi secara bergantian.
Seusai mandi, semua anak beserta Pooru berkumpul di ruang tengah. Yui, Karen, Macha, dan Miyu yang tak tahu apa-apa terlihat antusias. Mereka benar-benar penasaran tentang ketiga anak itu.
"Psst, Yui-nee, anak yang itu mirip ama Yui-nee ya?" Kata Karen sambil menunjuk si anak berambut putih yang enggan melepaskan bonekanya.
"Mirip warna rambutnya doang Ren." Jawab Yui.
"Nak, bonekanya cuci dulu ya? Basah loh." Kata Pooru sambil membujuk anak itu agar mau memberikan bonekanya. Namun anak itu tetap menggelengkan kepalanya dan semakin erat memeluk boneka tersebut.
"Gini deh, bonekamu saya cuci dulu. Untuk sementara, kamu bisa pake boneka yang lain. Nanti kalo bonekamu udah kering, saya balikin lagi. Gimana?"
"...boneka lain?"
"Iya. Mau?"
Akhirnya anak itu mengangguk. Pooru pun memberikan sebuah boneka beruang kepada anak itu. Sedangkan boneka basah yang dipegang tadi langsung dicuci oleh Pooru.
"Hey, nama kalian siapa? Kalian darimana? Kalian kok bisa ikut ama emak? Kalian ada hubungan apa ama emak? Kalian tinggal dima一"
"Yui-nee, bisa ga ilangin kebiasaan bacotnya?" Tanya Macha kepada Yui sambil memberi tatapan dingin kepada Yui. Yui tak merasakan dinginnya tatapan itu, jadi ia tersenyum lebar memamerkan gigi putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khong Gwan Family
SonstigesBercerita tentang sebuah keluarga dengan marga Otagawa, yang menetap di sebuah rumah tanpa seorang ayah. Bukan karena sang ibu ditinggal sang suami karena suaminya menggarap istri baru. Bukan pula karena suaminya pergi berperang. Lantas karena apa m...