Alkisah, di sebuah negara yang didirikan oleh para wibu, hiduplah seorang gadis kecil ramah dengan paras rupawan. Ia tinggal bersama ayah, ibu, dan saudari-saudarinya. Gadis itu merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya perempuan, bernama Mizu. Adiknya juga perempuan, namanya Chesa. Gadis itu memiliki sebuah keunikan, yaitu warna rambutnya terbelah menjadi dua. Rambut sebelah kiri berwarna hitam dan rambut sebelah kanan berwarna biru. Konon katanya, dahulu juga pernah ada seorang gadis yang seperti itu. Dan gadis tersebut memiliki sebuah kemampuan aneh yang hanya dimiliki oleh ia seorang. Namun hingga saat ini masih belum diketahui kemampuan apa yang dimiliki oleh gadis tersebut. Oleh karenanya, si gadis yang memiliki kelainan warna rambut itupun tidak mengetahui kemampuan apa yang dimilikinya.
Rumah gadis kecil itu berada di sebuah pedesaan dengan lapangan hijau menghampar. Sering kali domba-domba memakan rumput disana bersama dengan penggembalanya. Namun tentu saja bukan berarti penggembala tersebut memakan rumput. Oleh karena itu gadis kecil tersebut mengenal lumayan banyak penggembala yang sering pergi kesana.
Gadis itu memang tinggal di desa, tetapi ini bukan desa yang seperti pada umumnya. Tapi desa ini terletak didalam hutan. Atau lebih tepatnya, desa ini dikelilingi oleh hutan dan tak terlalu luas. Oleh sebab itu pula desa ini jarang penduduk. Karena desa ini didalam hutan pula lah, jarang ada yang tahu keberadaan desa tersebut. Penduduk desa sendiri harus melewati hutan jika ingin pergi ke kota. Tapi hal tersebut tak membuat para penduduk merasa terasingkan. Bahkan mereka merasa beruntung bisa tinggal disana. Sebab, di kota sudah jarang terdapat udara segar dan serangga-serangga. Sudah jarang pula mereka melihat anak-anak bermain permainan tradisional. Yang anak kota mainkan pada umumnya adalah gadgetnya.
Jika kehidupan di kota tidaklah damai dan sering terjadi konflik, lain halnya dengan di desa. Di desa, semuanya damai. Saling bergotong royong untuk meringankan pekerjaan, saling menolong jika kesulitan, saling menghibur ketika sedih adalah hal yang masih bisa ditemukan di desa. Lain halnya di kota, itu sudah jarang terjadi karena pengaruh kemajuan teknologi. Yang umumnya kita lihat di kota adalah orang-orang dengan kesibukannya masing-masing. Oleh karena itu si gadis kecil bersyukur telah terlahir di desa. Jika ia tinggal di kota, tentu orang tuanya akan bersikap cuek padanya dan ia tak mau hal itu terjadi.
"Pooru-chan!! Kemari sebentar nak! Bantuin mama sebentar!" Panggil sang ibu kepada Pooru.
"Iya ma!" Jawab Pooru sambil berlari kecil mendekati ibunya. Kemudian ia bertanya, "mama mau Pooru bantuin apa?"
"Tolong jemur cucian yang barusan mama selesai cuci ya. Mama mau bersihin rumah dulu." Perintah sang ibu. Pooru yang mendengar perintah dari ibunya langsung menganggukkan kepalanya riang. Pooru memanglah anak yang periang.
Pooru pun berjalan menuju dapur dimana terdapat mesin cuci yang ibunya gunakan tadi untuk mencuci pakaian. Setelah sampai disana, Pooru melihat keranjang yang berisi pakaian-pakaian basah. Pooru segera mengangkat keranjang tersebut dan membawanya keluar. Saat Pooru sudah berada di depan rumahnya, ia segera menggantung pakaian-pakaian yang masih basah tersebut ke jemuran sederhana yang hanya terbuat dari seutas atau dua utas tali.
Tiba-tiba saja, angin bertiup agak kencang sehingga menerbangkan sebuah kain tipis berwarna putih yang belum sempat Pooru jepit. Pooru yang sadar akan hal itu segera mengejar kain tersebut. Kain tersebut terbang ke arah hutan.
"Tunggu aku, kain!"
Saat mengejar kain tersebut, tiba-tiba saja kain itu tersangkut di atas pohon. Pooru yang masih berusia 10 tahun masih belum cukup tinggi untuk menggapai kain tersebut. Pooru pun tanpa pikir panjang langsung memanjat pohon tersebut. Saat sudah mendapatkan kain tersebut dari atas pohon, Pooru ingin turun. Namun saat ia lihat kebawah, ternyata pohon ini sangat tinggi. Pooru ketakutan. Ia tidak bisa turun. Awalnya ia mencoba tenang hingga tiba-tiba ada kadal yang jatuh ke atas kepalanya. Ia langsung menangis ketakutan. Bagaimana jika ia terjebak disini hingga malam? Atau bahkan lebih buruk, selamanya? Bagaimana jika tidak ada yang menemukannya? Bagaimana jika bukannya ia ditemui oleh seseorang, ia malah ditemui hewan buas? Apakah ia akan mati secepat ini? Kira-kira begitulah isi pikirannya.
"Oi Pooru! Kamu ngapain diatas sana?" Tanya seseorang dengan suara familiar dari bawah pohon. Pooru segera melirik ke arah bawah pohon dan menemukan kakaknya dibawah sana.
"ONEE-CHAN! (KAKAK!) HWEEEEE!!! POORU GAK BISA TURUN! POORU TAKUT! HWEEEEEEE!!!!"
Kakak Pooru yang diketahui bernama Mizu itu langsung panik. Apa yang harus ia lakukan? Sebab, ia tak bisa memanjat. Ia juga takut. Jika ia malah berujung seperti Pooru bukankah sama saja? Mizu juga hanya berbeda satu tahun dengan Pooru. Sehingga perbedaan tinggi badannya tak terlalu jauh.
"A-ah, Pooru tenang dulu dong. Aku juga jadi pengen nangis nih. Hu-huweeeee!!!"
Pada akhirnya, Mizu pun ikut menangis. Mizu yang tadi datang bersama adik bungsunya yang selisih 6 tahun darinya yaitu Chesa pun kebingungan.
"Miju-nee kenapa nangic? Poolu-nee juga kenapa nangic? Checa gak ngelti. Checa bingung. Checa jadi pengen ikutan nangic. Hweeeeee!!!"
Dan jadilah ketiga bersaudara itu menangis bersamaan.
Tangisan ketiga bersaudara itu sangat melengking sehingga mengundang orang lain untuk datang. Ada seorang pria dengan wajah warga asing yang datang mendatangi mereka. Lebih tepatnya, wajah orang tersebut seperti wajah orang Indonesia. Ingat bukan, ini bukan negara Indonesia. Tapi ini adalah sebuah negara bernama "wiki" yang sengaja dibangun oleh para wibu yang gagal belajar bahasa jepang. Wiki merupakan singkatan dari wibu kingdom.
"Adek-adek ini kenapa pada nangis??" Tanya pria tersebut.
Mizu yang merupakan sang kakak menjawab, "P-pooru nyangkut diatas pohon. Hweeeee!!!"
Pria itu langsung menoleh ke arah yang dimaksud Mizu dan menemukan Pooru yang sedang menangis sambil memegang kain tersebut dan memeluk dahan yang menopangnya.
"Eh kamu! Jangan nangis! Sini lompat aja! Nanti kakak tangkep!" Kata pria tersebut.
"TA-TAKUUUUUT!!!!"
"Udah gak papa! Loncat aja! Nanti kakak tangkep!"
"NANTI POORU KALO JATOH KEBAWAH GIMANA?!"
"Ya kan kalo jatoh emang kebawah dek."
"NANTI POORU KALO JATOH TERUS GAK KETANGKEP AMA OM GIMANA?!"
"Ya paling nibanin kakak. Udah, cepetan turun!"
Pooru pun dengan takut-takut segera meloncat ke arah pria tersebut. Bruk! Pooru jatuh diatas perut pria tersebut. Sungguh mengenaskan.
Pooru dengan polosnya bangkit dan memeluk kedua saudaranya itu kemudian ia berbalik, "Makasih om! Om namanya siapa?"
"Gak usah om. Panggil aja Kak Dani." Jawab si pria itu.
"Oke! Makasih om Dani!" Kata ketiga bersaudara itu.
Bersambung...
See you next chapter!!
-Asahina Mizu-
Jum'at, 28 Juni 2019
1029 words
KAMU SEDANG MEMBACA
Khong Gwan Family
De TodoBercerita tentang sebuah keluarga dengan marga Otagawa, yang menetap di sebuah rumah tanpa seorang ayah. Bukan karena sang ibu ditinggal sang suami karena suaminya menggarap istri baru. Bukan pula karena suaminya pergi berperang. Lantas karena apa m...