8 : Gara-Gara Rayko

70 8 5
                                    

    Sesampainya di taman, terlihat Miyu yang nampak bahagia berada di dekat Oreki. Pooru yang melihatnya turut senang, merasa Oreki memang benar-benar bisa diandalkan.

Walau pada kenyataannya berbalik.

"Emaaak!!" Miyu segera berlari menuju sang ibu dan memeluknya.

"Wah, wah. Kenapa nak? Kamu mau apa?" Iya, Pooru memang sudah sangat hafal karakter anak-anaknya. Seperti Miyu saat ini. Miyu hanya akan memeluk Pooru di dua keadaan. Yaitu ketika kakak-kakaknya memeluk Pooru dan ketika ia menginginkan sesuatu.

"Miyu mau jadi anaknya mas Ole-Ole!"

    Mendengar itu, Pooru langsung mematung. Berbagai pikiran menghinggapi otaknya. Apa mungkin anak bungsunya ini sudah tak ingin menjadi anaknya? Apa mungkin anak bungsunya ini membencinya? Jika iya, karena apa? Apakah kasih sayang yang ia berikan kepada Miyu masih belum cukup? Atau ia terlalu memanjakan anak-anaknya yang lain?

"Eh, anu, itu, Pooru-san. Saya ga ngomporin kok. Emang dianya yang mau. Trusー"

"Kamu mau?"

"Eng.. anu, untuk saat ini sih enggak. Saya masih SMA. Buat ngebiayain diri sendiri aja udah belepotan, apalagi kalo ditambah ama Miyu. Nanti juga apa kata temen-temen saya kalo mereka tau saya punya anak?"

"Nah, Miyu-chan udah denger kan?"

"Huffft!! Tapi Miyu mau jadi anaknya mas Ole-Ole!"

"Gak boleh sayang, mas Ole-Ole nya sibuk kerja sama sekolah. Nanti Miyu ga ada yang ngajakin main loh?"

"Ya nanti Miyu tinggal ikut aja sama mas Ole-Ole!"

"Gak bisa sayang, yang namanya kerja sama sekolah itu gak bisa main-main. Pokoknya Miyu-chan gak boleh jadi anaknya mas Ole-Ole ya?"

    Miyu menggembungkan pipinya dan berkata, "Emak jaad!"

    Miyu segera berlari kearah kakak pertamanya. Seketika Yui memeluk Miyu dan memberikan tatapan ckckck, anakmu bukan? Kok minta hal yang sederhana aja gak dikasih?

     Pooru menarik nafasnya untuk menahan diri agar tidak menjitak kepala anak pertamanya yang memang memancing keributan.

"Anak-anakku tercinta, ayo kita pulang. Kan udah beli es krim." Kata Pooru lembut.

"Mak, gendong." Kata Yui sambil mengulurkan kedua tangannya.

"Yui kan udah gede. Masa mau gendong?"

"Iya, Yui ngantuk. Nanti kalo Yui jatoh dijalan gimana?"

"Oh, yaudah."

     Yui pun digendong Pooru. Sedangkan anak-anaknya yang lain mengikuti Pooru di belakang.

☆☆☆

      Sesampainya di rumah, Pooru menidurkan Yui. Yang lain juga sama. Terkecuali Anzu. Ia masih nampak sedih. Ia duduk di depan cermin.

"Nak, kenapa gak mau tidur? Masih kepikiran hm?" Ujar Pooru sambil menepuk pundak Anzu dan melihat raut wajahnya lewat cermin.

"...aku sedih. Tapi aku juga seneng. Tapi aku juga bimbang."

"Gegara apa sayang?"

"Aku sedih, mengetahui fakta bahwa aku ternyata gak disayang orang tuaku. Buktinya mereka ngebuang aku. Tapi aku juga seneng, punya Pooru-san sama yang lainnya yang mau sayang sama aku. Tapi aku juga bimbang. Apa.. sampah yang udah dibuang ini.. pantes untuk dipungut lagi sama Pooru-san?"

Khong Gwan FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang