"U-Uh.." Desah Miyu yang kesulitan menggapai pisang di meja makan. Ifa yang melihatnya pun berinisiatif untuk mengambilkan pisang tersebut untuk Miyu.
"Nih." Kata Ifa sambil memberikan pisang tersebut kepada Miyu.
"Arigatou, Ifa-neesan." Kata Miyu.
Ifa pun mengangguk dan pergi ke ruang tengah bersama Miyu. Setelahnya, Miyu langsung pergi ke arah kamarnya untuk memberikan makanan kepada monyetnya.
"Nah, Ifa-san, kita mulai kenalan dari yang tertua aja. Anzu-nee, silakan!" Kata Yui.
"Ah iya, namaku Anzu. Sebenarnya aku cuma anak asuh, bukan anak kandungnya emak. Tapi emak ga pernah beda-bedain jadi Anzu ngerasa nyaman dan lagian anak-anak disini juga udah nganggep aku kayak nee-san mereka sendiri kok."
"Kalo namaku Yui! Inget ya, Yui! Y-U-I. Bukan M-O-N-Y-E-T ataupun S-E-T-A-N! Oiya, aku anak kandung emak! Ehe~"
"Namaku Macha. Karena aku ama Karen kembar dan udah kayak paketan, sekalian aja kukenalin. Ini Karen, dia kakak kembarku. Walau dia kakakku, tapi dia lebih gob一maksudku bodoh dibanding aku. Kita berdua sama-sama anak kandung emak. Yakali Karen anak emak terus aku anak tetangga sebelah tapi bisa kembar. Lawak kali kau."
"Meooow~"
Tiba-tiba muncul dua kucing berbulu tebal, yang satu berwarna hitam putih, satunya lagi berwarna jingga atau yang biasa disebut oren.
"UWAAA KUCING! :3" Jerit Karen antusias dan menghampiri kucing tersebut. Namun Karen salah memilih, karena kucing yang ia pilih untuk didekati pertama adalah kucing berbulu jingga. Kucing itu langsung menyakar tangan Karen. Karen pun menangis dengan suaranya yang melengking. Segera, Pooru menghampiri anaknya yang menangis itu.
"Hah? Karen-chan kenapa?" Tanya Pooru. Kemudian ia melihat bekas cakaran di tangan Karen.
"Dicakar Machan." Jawab Yui singkat. Macha yang merasa namanya disebut langsung menoleh dan mengelak.
"Apaan sih nyet! Boong mulu! Kusumpahin lidahnya kegigit!" Rutuk Macha.
"AHAHAHAHA! MANA MWLUNGKIW一AW!" Tawa Yui yang disusul dengan lidahnya yang tergigit. Karma instant.
"Karen-chan tadi dicakar ama kucing oren." Jawab Anzu.
Sedangkan Miyu malah membanggakan monyetnya, "Makanya Karen-nee peliharanya monyet aja, kayak aku. Neko mah jahat, nanti digigit, dicakar, kayak tadi. Coba nih liat monyetku. Anteng banget kan?"
Seketika semuanya menoleh ke arah Miyu yang sedang menggendong monyetnya. Ada perasaan miris disaat mereka melihat keadaan monyet itu. Monyet itu nampak pasrah digendong sambil diberi susu botol oleh Miyu. Ditambah, di kepalanya terdapat kunciran dan monyet tersebut dipakaikan popok oleh Miyu.
"Aku ngerti perasaanmu nyet." Batin semua orang.
Keheningan baru berlangsung selama 15 detik, namun keheningan tersebut langsung dipecahkan kembali oleh tangisan Karen yang mengeluh kesakitan. Pooru pun mengajak Karen untuk membersihkan lukanya.
"GAK MAU MAK! PERIH! PERIH MAK! HWAAAAAAAAAAAAA!!!"
Pooru tak bisa berekspresi. Sebab, bahkan airnya saja belum menyentuh kulit Karen, namun Karen sudah mengeluh perih.
"Drama banget ya Allah, sabar Poor, sabar." Batin Pooru.
Pooru sudah berkata bahwa dirinya akan membersihkan luka itu dengan pelan-pelan. Namun Karen tetap menangis. Bahkan lebih kencang. Akhirnya Pooru menarik tangan Karen paksa untuk dicuci. Tangisan Karen makin menjerit, sedangkan anak-anak lain hanya mengintip tanpa ada niatan untuk menenangkan Karen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khong Gwan Family
RandomBercerita tentang sebuah keluarga dengan marga Otagawa, yang menetap di sebuah rumah tanpa seorang ayah. Bukan karena sang ibu ditinggal sang suami karena suaminya menggarap istri baru. Bukan pula karena suaminya pergi berperang. Lantas karena apa m...